26

2K 151 34
                                    

"Pahit dan manis hanya perkasa rasa yang saling berdampingan."

_Taksa Gavriel Rasendriya_










Happy Reading

🌧️🌧️🌧️











"Apa maksud kamu ingin memukul Wira, hah?! Masih belum cukup kamu membuat keributan di pesta ulang tahun Viona?!" bentak Bayu berdiri membelakangi putra bungsunya yang otomatis ia berdiri tegap di hadapan si sulung.

Setelah keributan yang di timbulkan sang Anak di pesta, Bayu memutuskan untuk pamit sebelum pesta ulang tahun itu usai. Dia terlanjur malu atas ulah anaknya yang tidak bermoral, apalagi orang-orang mulai berbisik-bisik menggunjing perangai anaknya itu.
Maka, sebelum telinganya semakin panas ia memutuskan untuk pergi.

Namun, ia tak tahu pasti apa penyebab perkelahian antara Aksa dan juga Kenzie.

Pasti apa sesuatu yang terjadi, tapi apapun itu ia tidak peduli. Intinya Aksa telah mempermalukan dirinya di depan umum, anak itu telah mencoreng harkat dan martabat yang selama ini ia jaga.

"Kamu buat Ayah malu di depan mereka, sialan!" Bayu menoyor kepala anaknya kasar. 

Selain telah mempermalukan keluarga Anak itu juga hampir merusak persahabatannya dengan orang tua Kenzie yang terjalin sejak bertahun-tahun lamanya. Memang bedebah sialan!

"Berkali-kali saya peringatkan. Jangan buat saya malu, jangan mencoreng kehormatan keluarga! Tapi, apa?!" cerca pria paruh baya itu tak habis pikir.

"Asal kamu tahu, memiliki kamu sebagai anak saja sudah mencoreng harga diri saya!" pedasnya tak berperasaan.

Remaja yang telah menginjak masa akhir putih abu-abu itu mendongak menatap balik sorot tajam penuh amarah sang Ayah.

"Ayah selalu memikirkan kehormatan dan harga diri Ayah sendiri, tapi apa Ayah pernah memikirkan bagaimana perasaan aku?" lontar Aksa tanpa adanya keraguan.

Sekian lama ia diam tidak berani mengungkap isi hatinya, bertahun tahun ia selalu di cap pembuat onar dan hanya sampah dalam keluarga. Nyatanya ia sudah muak dengan hal itu, ia tidak sanggup bertahan lebih lama lagi di lingkungan toxic yang selalu menyudutkan dirinya ke sisi yang bersalah.

Aksa tidak mengatakan bahwa ia tidak pernah salah, tapi ada kalanya ia juga ia butuh di akui kebenarannya.

"Ayah anggap aku selalu salah, Ayah hanya menganggap aku beban. Alasan yang tepat kenapa aku di sini, tinggal di rumah ini, tidak lebih dan tidak bukan hanya karena rasa bersalah kalian berdua kan?!" ucap Aksa.

"Apa kata kamu, Aksa?!" sentak Danisa merasa tersinggung atas ucapan anak pertamanya.

"Benar kan? Aku memang tidak tahu masa lalu kalian sepenuhnya, tapi sekarang aku menyadari sesuatu yang seharusnya dari dulu menjadi pilihan ku. Harusnya aku tidak di sini karena bersama kalian hanya membuatku menderita dan kalian tidak bahagia."






Bugh







"Berani kamu berbicara seperti itu Aksa?! Kurang ajar!"

Bayu menatap nyalang anaknya, berani-beraninya dia berbicara seperti itu. Dan apa katanya tadi 'menderita?' memang bajingan! Tidakkah dia bersyukur hidup layak dan terjamin selama ini, bagaimana bisa dengan enteng mengatakan hidupnya menderita.

"Apa yang kurang sampai kamu berani berkata seperti itu? Selama ini saya membiayai segala hal yang kamu butuhkan, hingga kamu hidup dengan berkecukupan. Uang, pakaian, makanan, kendaraan, biaya sekolah, semua saya yang tanggung! Semua berasal dari uang yang saya miliki! Jika bukan karena saya mungkin kamu sudah hidup menjadi gelandangan di luar sana!"

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang