11

2.2K 140 9
                                    

"Mulut adalah racun yang bisa merusak pikiran seseorang"

_Taksa Gavriel Rasendriya_









Happy Reading


***













Dia dalam kamar bernuansa Hiro Marvel itu, si pemilik kamar sibuk mondar-mandir berusaha menyelamatkan koleksi mainan yang ayahnya masukkan ke dalam box. Rengekan memohon tak juga pria itu hiraukan, malah semakin tega memasukkan mainan anaknya ke dalam box yang nantinya akan ia sumbangkan ke panti asuhan.

Aksa mencoba mengambil pistol gelembung yang kini ada di tangan besar ayahnya. Namun pukulan keras ia terima hingga mengurungkan niat mengambil mainan tersebut.

Netra bulat bocah itu berembun menatap pilu mainan-mainan yang ayahnya ambil tanpa belas kasih. Semua mainan yang Ayah ambil adalah pemberian 'dia' orang yang Aksa sayangi, orang yang dengan sukarela membelanjakannya mainan apapun yang ia inginkan.

"Ayah, jangan! Itu mainan Aksa!" raung Anak itu.

Bayu menatap tegas anaknya, ia melirik beberapa mainan yang ia belikan dulu.

"Itu masih banyak, lagipula kamu sudah besar tidak perlu mainan ini lagi!" tegas Bayu menutup box berisikan mainan anaknya itu.

Ia akan menghilangkan apapun yang berhubungan dengan orang itu, ia akan buat Aksa menjauh dan dengan begitu 'dia' tak akan bisa merebut Aksa. Agar rencananya berjalan lancar ia harus menyingkirkan mainan pemberian orang itu, supaya kelak tak ada kenangan apapun yang tersisa dalam ingatan anaknya.

Pandangan pria itu terjatuh pada sebuah boneka besar di tengah-tengah kasur, ia lantas berdecih. Untuk apa anak laki-laki bermain boneka?

Melihat titik pandang ayahnya membuat Aksa panik, ia pun berusaha keras naik ke atas kasur untuk menyelamatkan, setidaknya satu mainannya.

Namun, tangan besar ayahnya lebih cekatan meraih boneka tersebut. Aksa yang baru menaikkan satu kaki ke atas tempat tidur mengurungkan niatnya, dia lantas meraih kaki boneka Teddy itu berusaha menahan ayahnya.

"Jangan Ayah!"

Wajah pria itu nampak keruh, tanpa berperasaan ia menghempas tubuh mungil itu hingga belakang kepalanya menghantui meja nakas di samping tempat tidur.

Aksa menjerit bersama tangis memegangi belakang kepalanya yang sakit, untungnya tidak sampai mengeluarkan darah. Seakan tidak bersalah Bayu tak ada niatan membantu anaknya berdiri atau sekedar meminta maaf.

"Untuk apa kamu menyimpan benda menjijikkan ini, huh! Laki-laki tidak pantas bermain boneka Aksa! Boneka adalah mainan perempuan bukan laki-laki!"

Aksa menggeleng kecil, itu hadiah ulang tahunnya dua bulan lalu yang 'dia' berikan. Aksa menyukai boneka itu karena bisa ia peluk saat tidur dan ia jadi merasa tak sendirian. Melihat anaknya yang menangis kencang tak menyurutkan emosi yang merajai diri, ia lantas berjalan keluar dengan menenteng boneka itu.

Masih dengan berderai air mata, Aksa mengikuti jejak kaki ayahnya. Tak henti ia meminta Ayah mengembalikan boneka yang ia miliki.

"Anak laki-laki, tapi suka benda ini. Cih, menjijikkan!" Bayu melempar benda berbulu halus itu ke dalam tong sampah.

"Ayah jangan dibuang, nanti-" Aksa berucap sesenggukan.

"Nanti apa hah!" damprat sang Ayah.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang