8

2.3K 134 0
                                    

"Pikiran itu mudah teracuni, maka kendalikan pikiran itu."

_Taksa Gavriel Rasendriya_








Happy Reading

***










Dua bocah cilik itu sedang duduk di tengah-tengah ruang keluarga, beralas karpet cream berbulu tebal. Meja kecil lengkap dengan peralatan dapur mainan serba berwarna merah jambu ada di antara keduanya.

Gadis kecil itu berkutat menyiapkan makanan lalu menatanya secantik mungkin agar terlihat persis dengan aslinya, sementara si bocah laki-laki duduk memegang sendok dan garpu mainan mengetuknya di atas meja kecil seolah tak sabar mencicipi masakan si anak perempuan.

"Pukie udah belum" Aksa menghentikan ketukan sendoknya.

Awalnya ia menolak saat di ajak bermain masak-masak tapi mau bagaimana lagi, Aqila sangat pemaksa. Jika tak dituruti Aksa takut temannya itu menangis. Apalagi Aqila meminta agar memanggilnya dengan nama aneh itu, Pukie dan ia dipanggil Paipu. Mau tak mau Aksa menurutinya sebab Aqila si gadis manja itu tak mau menyahut jika tak dipanggil demikian.

Menurut Aksa, Aqila ternyata itu tak kalah menyebalkan dari adiknya, si Wira.

Namun, ternyata bermain masak-masak begini tidak seburuk yang dirinya bayangkan. Mungkin, nanti dia akan meminta mainan seperti Aqila juga pada bundanya.

"Sabar" ucap Aqila sambil menolak balik mainan berbentuk daging.

"Sini aku bantu aja" Tangan Aksa terulur mengambil mengambil mainan berbentuk roti burger yang sudah Aqila tata sedemikian rupa.

"Paipu!" sentak Aqila menggeplak punggung tangan Aksa.

Aksa pura-pura mengaduh kesakitan saat melihat raut bersalah Anak perempuan itu. Benar saja Aqila langsung melatakkan spatula mainannya dan mendekati kearahnya untuk minta maaf.

"Ahahaha, aku cuma bercanda" kelakar Aksa tak kuasa melihat ekspresi bersalah Aqila.

Anak gadis itu mendengus kemudian kembali melanjutkan acara masak-memasak nya, begitupun dengan Aksa yang kembali ke posisinya semula. Aqila menyusun makanan itu ke atas piring berwarna senada dengan peralatan dapur kecilnya, setelahnya ia meletakkan di hadapan Aksa.

"Selamat makan Paipu" ucap Aqila ceria.

"Wah, terimakasih" Aksa pura-pura menyantap hidangan itu. Kepala bergerak ke kanan- kiri seolah menghayati peran yang sedang ia mainkan.

"Enak?" Aksa mengangguk antusias.

"Pukie, air" pinta Aksa yang langsung di turuti Aqila.

Dengan cangkir kecil ia berpura-pura menuangkan air menggunakan teko kecil seperti yang ada dalam kartun yang sering ia tonton.

"Manis sekali" komentar Aksa seolah menyeruput teh.

"Paipu gak suka manis manis?"

"Suka, tapi ini terlalu manis. Nanti Pukie buat jangan banyak manisnya ya."

"Oke."

"Ini uangnya" Aksa mengeluarkan satu lembar uang mainan.

"Ini kurang!"

Aksa membulatkan matanya, "Banyak itu!"

"Kurang, mana uang lagi" todong Aqila.

"Satu ribu kurang?"

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang