20

2.4K 133 5
                                    

"Diam lah jika yang kau katakan hanya kepalsuan, Berpaling lah jika yang akan kau lakukan hanya kepura-puraan."

_Taksa Gavriel Rasendriya_









Happy Reading

🌧️🌧️🌧️






Bagaikan mimpi yang hanya hadir ketika tidur, terkadang terbangun dengan ingatan alur dari bunga tidur. Namun, tak lama melupakannya seolah bukan hal yang penting. Terkadang juga mimpi itu dilupakan tanpa pernah diingat sedikitpun.

Begitu pula pada sejuknya udara pagi tat kala mata itu beradu dengan mata Ayah dan Bunda, tak ada kata maaf atau pembahasaan lebih lanjut mengenai peristiwa dua hari yang lalu. Selayaknya bunga tidur tidak penting, semua yang terjadi bukanlah masalah besar.

"Makan yang banyak Aksa."

Kalimat yang terlontar dari nyonya di rumah itu memancing senyum tipis untuk terbit.

Tidak ia jumpai emosi meluap-luap itu hari ini, mereka menikmati sarapan pagi dengan ketenangan tanpa sindiran atau memulai sebuah perdebatan. Aksa juga mencuri pandang pada sang kepala keluarga yang hanya diam menikmati sarapannya.

"Lukamu sudah di obati?"

Cowok itu tersentak, lalu ia menatap ibunya yang terus memperhatikan dirinya.

"Udah" sahut Aksa tanpa ragu. Ia sedikit melirik sang Ayah yang hanya diam seolah tidak peduli.

"Uang jajan mu bulan ini Bunda tambah, ya. Dan untuk apa yang terjadi kemarin, Bunda harap kamu tidak mengulanginya lagi" ucap Danisa menuang air minum ke dalam gelas.

Aksa mengerjapkan mata seolah tak percaya. Apa Bunda serius akan memberinya uang tambahan? Ini sangat mengejutkan mengingat seperti apa bundanya itu.

"Terimakasih Bunda, Aksa sayang bunda. Aksa janji hal seperti kemarin tidak akan terulang lagi" seru cowok itu bangkit dari tempatnya duduk lalu memeluk Danisa dari samping.

Aksa paham sekarang, kemarin bundanya hanya marah sehingga lontaran kata yang diucapkan hanya berbentuk luapan emosi semata.

Wajar wanita itu marah dan membentaknya, karena siapapun ada di situasi seperti itu pasti tidak akan mudah mengendalikan emosi ataupun perkataan.

Kedua orang tuanya hanya marah untuk beberapa saat setelahnya semua akan baik-baik saja, sekiranya itu yang ada dalam benaknya saat ini.

"Aku ke atas duluan ya, mau siap-siap" pamit cowok itu menguraikan pelukannya.

Hari ini ia, Kenzie dan Aqila berniat pergi mencari kado ulang tahun untuk sahabat mereka, Viona.

Sebelum melangkah pergi Aksa menyempatkan diri memberi seringaian mengejek pada sang Adik.  Wira yang melihat itu merotasikan mata malas.

"Dasar manusia tidak tahu diri!" batin remaja itu mengumpati kakaknya.

Selepas siluet kakaknya tak lagi terjamah mata, cowok beralis tebal itu mengukir senyum yang tertuju kepada kedua orang tuanya. Raut kesalnya tadi tak lagi ada, sehingga hanya ekspresi ceria yang menghiasi wajah tampannya.

"Terimakasih Bunda, Ayah" ucap Wira terdengar tulus.

"Iya sama-sama" sahut Danisa.

"Apapun yang kamu inginkan akan ayah usahakan Wi, semua ini demi kamu" timpal Bayu.

Atas keinginan putra bungsunya lah ia tak lagi membahas peristiwa dua hari lalu, dan dia juga mengabulkan permintaan putranya itu untuk memberikan sedikit kebebasan untuk si sulung. Ingat, hanya sedikit.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang