16

2K 115 0
                                    

"Tutup mulutmu jika kau hanya berbicara kebohongan, sekalipun itu berupa ungkapan manis."

_Taksa Gavriel Rasendriya _

Happy Reading

***

Riuh gemuruh orang-orang berseragam putih abu berjalan di sepanjang koridor, sebagian besar dari mereka bertujuan mengisi perut di kantin.

Setelah berkutat dengan pelajaran yang cukup menguras otak, mereka memilih memanfaatkan jam istirahat dengan sebaik mungkin. Entah dengan memanjakan diri lewat makanan yang tersedia di kantin, mengunjungi perpustakaan untuk menambah wawasan, atau bahkan bersenda gurau menambah kenangan.

Dari banyaknya aktivitas yang dilakukan, ada sepasang umat manusia yang memilih berdiam diri di dalam kelas dan menyantap bekal yang sengaja di bawa dari rumah.

"Makan yang benar, yang" ucap si lelaki menegur perempuan di sampingnya.

"Hmm" gumam gadis tersebut dengan perhatian tertuju pada ponsel pintarnya.

Melihat gadis itu tak merespon baik ucapannya membuat Aksa sedikit kesal. Apa yang ada di handphone itu, sehingga membuat gadis itu enggan mengalihkan pandangan?

"Aqila" peringat Aksa menegaskan kata yang ia ucap.

"Apa sih? Ganggu aja" gerutu Aqila masih fokus pada handphonenya.

Aksa menukik-kan sebelah alisnya. "Ganggu? Aku cuma minta kamu makan, main hp bisa nanti."

"Diam deh, Sa. Aku lagi malas berantem" ucap Aqila.

"Okey, maaf" sahut Aksa yang kini memilih memakan bekal miliknya.

Aqila menepuk jidatnya, ia menoleh ke samping di mana Aksa tak lagi bersuara dan sibuk menghabiskan bekalnya.

"Aksa, kamu marah?"

"Enggak, lagian handphone lebih penting daripada makan. Iya, kan?" sahut Aksa sarkasme.

"Mana ada begitu" sanggah Aqila.

"Ya kalau gak gitu. Taruh handphone nya terus habiskan bekal kamu."

Kali ini gadis itu menurut, meletakkan benda pipih canggihnya di atas meja lalu menyuap nasi goreng buatan ibunda tercinta. Namun, baru beberapa suap gadis itu menghentikan acara makannya, dia menoleh ke samping kanan di mana Aksa sudah menghabiskan bekalnya.

Ia mengerling licik.

"Yang, suapin dong."

"Enggak, punya tangan dua masih berfungsi kan?" sahut Aksa memasukkan kotak bekalnya ke kolong meja.

"Biar romantis Aksa" bujuk gadis itu menaik turunkan alisnya.

"Ini di sekolah Aqila, jangan aneh-aneh deh."

"Cuma minta disuapin aja, masak enggak mau."

"Enggak, makan sendiri."

Gadis itu mendengus lalu memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyahnya tanpa minat.

Aksa menggelengkan kepala heran melihat tingkah manusia macam Aqila, sangat mudah merajuk untuk hal yang sepele sekalipun. Jadi, ya. Harus super sabar menghadapi tingkahnya itu.

"Berduaan teross!" sindir seorang perempuan yang menyandang gelar sebagai ketua kelas.

Keduanya menoleh ke arah pintu kelas, di mana Dinda— Si ketua kelas, yang tidak mau mengakui jabatannya— berdiri.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang