50~End

3.4K 117 12
                                    

"Kita pun berakhir pada pilihan masing-masing."

_Taksa Gavriel Rasendriya_







Happy Reading

🌧️🌧️🌧️











"Aku gak mau, aku akan tetap di sini" tegas remaja itu pada ibu tirinya.

Danisa tersenyum kecut mendapat penolakan yang sama untuk kesekian kalinya, dia ingin Aksa tinggal bersamanya saja agar tidak kesepian tinggal sendiri dan setidaknya ada yang mengurus kalau-kalau sakit dan lainnya.

Tidak tega ia membiarkan anak sambungnya itu hidup sebatang kara, Danisa ingin menebus kesalahannya pada Aksa juga mendiang Indira dengan merawat Aksa dan menjadi orang yang merangkul di masa sulit seperti ini.

Namun beribu kali meminta hasilnya tetap sama yaitu penolakan, remaja itu cukup keras kepala untuk dikukuhkan.

"Bunda gak mau kamu kesepian di rumah ini, kalau kamu mau ikut Bunda ada Wira yang jadi teman kamu. Kebutuhan kamu juga ada yang urus, jadi mau ya pulang ke rumah ayahmu, kita tinggal sama-sama lagi." bujuknya

Kembali Aksa menggeleng dia tidak mau meninggalkan rumah yang menyimpan kenangan bersama mamanya, ia ingin di sinis di tempat yang tidak pernah menutup pintu untuknya datang dan pergi, rumah yang membuat nyaman tanpa sesak perselisihan dan keirian.

Rumah ini peninggalan ibunya, biarlah ia yang menempati dan merawat tempat tinggal ini.

"Aku baik-baik saja di sini, Bunda gak usah khawatir. Kalau Bunda mau datang menemui aku ke sini, gak masalah, sesekali juga aku mungkin berkunjung ke sana menemui Bunda." kata Aksa tersenyum sopan.

"Bukan Bunda meragukan kamu hidup mandiri, cuma untuk sekarang lebih baik kamu tinggal sama Bunda. Untuk rumah ini bisa di panggil tukang bersih-bersih agar tetap terawat."

"Rumah ini satu-satunya tempat yang menyimpan kenangan bersama Mama meskipun hanya sebentar, aku ingin disini, aku akan tetap di sini." lugasnya tetap pada keputusan awal.

Menghela napas pasrah Danisa tak dapat lagi memaksakan kehendak jika memang anak itu sendiri kukuh pendirian, mau bagaimanapun caranya Aksa pasti menolak. Banyak hal yang sudah terjadi di waktu lalu, mungkin luka yang begitu besar membuat ia tidak menginginkan berbalik arah. Bahagia yang di terima di tempatnya kini mungkin jauh lebih besar sehingga enggan beranjak pergi.

Aksa bebas memilih bahagianya sendiri dan ia tak akan menghalangi dengan menariknya dalam bayang kesakitan lagi. Sudah cukup derita yang ia sebabkan sampai di sini, selanjutnya biar Anak itu berpijak dengan jalannya sendiri, melayang dengan kepakan sayapnya sendiri.

Pemuda itu menunduk menatap benda persegi berwarna hitam yang di letakkan ibu sambungnya di atas meja, tanpa dijelaskan pun ia tahu apa fungsi benda itu dan di berikan kepada siapa. Namun jujur ia tak enak hati menerimanya.

"Kalau begitu keinginan kamu Bunda tidak akan memaksa, tapi terima ini sebagai seorang Anak menerima pemberian ibunya. Pergunakan itu sebaik mungkin, gunakan untuk membeli kebutuhan kamu sehari-hari. Setiap bulan Bunda akan kirimkan uang lewat rekening itu" terang Danisa menyerahkan kartu ATM kepada anak sambungnya.

"Maaf, aku gak bisa menerima ini. Sebaiknya Bunda berikan kepada Wira karena untuk biaya pendidikan Mama sudah menyiapkannya kalau untuk sehari-hari mungkin aku bisa kerja part time. Aku tidak ingin membebani Bunda" ucap Aksa enggan.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang