34

2K 109 13
                                    

"Jadikan kisah kita pelajaran berharga yang membuat kamu lebih dewasa."

_Taksa Gavriel Rasendriya_









Happy Reading


🌧️🌧️🌧️








Aksa memutar mutar bolpoin di tangannya, ia duduk tegak bersandar pada kursi pandangannya lurus pada papan tulis yang tengan di lukis dengan rumus-rumus matematika oleh seorang wanita berkisar 35 tahun yang mengempa mata pelajaran di jam kedua.

Mata mungkin fokus pada penjelasan sang guru tapi pikiran justru berkelana pada perkataan ibunya semalam. Bagaimana wanita itu berbicara dan memohon membuat dia tak bisa berkata-kata selain menyanggupi.

Walau sebenarnya ia ragu pada diri sendiri, mungkinkah ia mampu mengabulkan keinginan sang Mama?

"Mulai saat ini kamu harus menjadi yang terbaik Aksa, janji sama Mama bahwa kamu tidak akan pergi kemanapun dan kamu harus berjanji tidak akan menemui ayahmu lagi."

Malam itu Indira menjadi sosok egois dengan mengikat Aksa pada janji yang begitu berat. Meminta janji agar kali ini ia tak lagi di tinggal sendiri.

"Kamu harus menjadi orang sukses, apapun yang terjadi nanti."

"Jangan kecewakan Mama dan buktikan bahwa dengan bersama Mama kamu menjadi lebih baik. Jangan beri cela ayah kamu untuk meragukan didikan Mama setelah ini."

Ia sudah memilih untuk menetap bersama wanita yang menghadirkan ia ke dunia, jadi sudah menjadi keputusan untuk tidak membuat ibunya kecewa.

Jika dahulu ia pernah membuat Mama menyeka air mata dan jika dahulu ia pernah membuat Mama terluka. Maka, tak akan lagi terulang.

Kali ini, ia kan buat Mama bahagia, akan dia buat rasa bangga saat ibunya melihat ia berdiri gagah dengan keberhasilan.

Aksa sempat meragu pada kemampuan diri, tak yakin bisa menjadi seorang yang berhasil mengingat tak ada prestasi yang dimiliki sejauh ini, masih belum ada mimpi yang ingin digapai.

"Tidak perlu terburu-buru, tetap berusaha dan jalani prosesnya. Mama percaya kamu bisa menjadi orang yang hebat." 

Namun, bagaimana jika di tengah prosesnya ia mengalami kegagalan hingga membuat kecewa? Apa mampu bertahan tanpa berpikir menyerah?

Tidak, menyerah adalah pilihan kesekian triliun dari apa yang ia jalani, masa depan kelak akan bersinar jika ia berani melangkah.

Prosesnya mungkin tidak mudah dan akan banyak yang dikorbankan, tapi bukankah pohon juga membutuhkan waktu untuk tumbuh?

"Semangat, semua demi masa depan," batin remaja itu berseru.

Mengenyahkan isi kepala yang berisik ia mulai fokus pada pelajaran, mencatat materi yang sekiranya penting.

Waktu bermain-main sudah cukup, sekarang waktunya mengejar apa yang harusnya dikejar. Dengan begitu mungkin ia bisa membuat Ayah melihat kearahnya tanpa membandingkan dengan Wira, dan juga mungkin dikala ia sudah berhasil nanti pandangan ayahnya akan sama seperti memandang Wira penuh bangga.

Jikapun dia gagal nanti, setidaknya dia sudah berjuang mati-matian bukan hanya berdiam diri menunggu kesuksesan.

Tiga jam berlalu sampai akhirnya sound sistem bersuara menyatakan waktu istirahat telah tiba, para pelajar menutup buku mereka masing-masing, merapikan alat tulis yang mereka pergunakan.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang