21

1.9K 122 8
                                    

"Sebelum meninggalkan, yakinkan dulu bahwa tak akan menyesal."

_Taksa Gavriel Rasendriya_










Happy Reading

🌧️🌧️🌧️







Danisa melangkahkan kakinya memasuki salah satu ruangan bernuansa putih bercampur biru, aroma khas obat-obatan menusuk indera penciuman tak menghalangi niatnya untuk menginjakkan kaki di ruangan yang telah lama tidak ia kunjungi.

Menarik napas panjang sebelum ia membuka pintu dengan kaca memanjang  di tengah-tengah daun pintu, decitan kursi roda di sekitarnya juga orang-orang berlalu lalang semakin menguatkan tekatnya.

Wanita dua Anak itu langsung di suguhi pemandangan seseorang berjas putih dengan kacamata tengah membolak-balik lembaran kertas, dari ekspresi yang dia lihat lagaknya orang itu tengah sibuk.

"Aku ingin bicara" ujar Danisa tanpa mau repot-repot mengucap salam.

Seseorang yang menyandang status Dokter itupun mengalihkan fokusnya dari berkas di tangannya, ia mengernyit tak suka akan kedatangan tamu tak diundang itu. Tanpa salam dia masuk ke ruangan pribadi seseorang, entah dimana sopan santun nya.

"Aku ingin bicara" ulang Danisa saat tak menuai respon dari seseorang yang sengaja ia temui.

"Saya sibuk, tidak punya waktu untuk meladeni kamu. Jadi, silahkan pergi" tolak orang itu mengusir secara terang-terangan.

"Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum kamu mau mendengarkan ku!" bantah Danisa keras kepala.

Dokter itu menyugar rambutnya, mendengus kesal pada wanita yang berdiri di hadapannya. Wanita yang dulu pernah memporak-poranda hatinya kini datang tanpa rasa bersalah, menyebalkan.

Ia tak akan lupa dengan apa yang terjadi bertahun-tahun lalu. Penghianatan itu, akan selalu menjadi landasan benci dalam hatinya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Karena saya rasa kita sudah tidak memiliki urusan lagi" dingin orang itu.

"Ini tentang Aksa, menurutku ini hal yang penting" Danisa duduk berhadapan dengan orang berstatus Dokter tersebut.

"Apa kamu ingin menyerahkan tanggung jawab Aksa kepada saya?"

"Jangan harap!" sergah Danisa.

Dokter itupun mendengus kasar lantas melipat tangan di depan dada. Kali ini ia menunjukkan aura yang mendominasi, ekspresi wajahnya menunjukkan keangkuhan.

"Aku ingin meminta sedikit bantuan darimu."

"Bantuan?" beo sang Dokter masih tak mengerti.

Bagaimana mungkin wanita itu datang tiba-tiba lalu meminta bantuan pada dirinya, rasanya tidak mungkin tanpa adanya' maksud terselubung mengingat hubungan antara antara keduanya yang tak lagi sedekat dulu.

"Selama ini kamu membesarkan Aksa sendiri, berlagak tidak membutuhkan bantuan saya. Lalu, kenapa sekarang kamu mengemis bantuan kepada saya? Apa kamu sudah tidak sanggup menangani Aksa, hingga kamu dengan tidak tahu diri datang menemui saya?"

"Tidak, bukan seperti itu!" sangkal Danisa cepat.

"Lalu?"

"Aku yakin kamu akan melakukan yang terbaik untuk Aksa, kamu pasti tidak akan membiarkannya dalam kesulitan, bukan?"

Dokter itu menukik-kan alis mencerna baik-baik setiap kata yang wanita itu ucapkan. 

"Jadi, bisakah kamu membantu memeriksa kesehatan Aksa? Memastikan bahwa dia bersih dari obat-obatan dan HIV tentunya" ucap Danisa penuh harap.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang