43

1.8K 105 12
                                    

"Matahari, hujan, bahkan badai sekalipun tidak akan menunggu tangismu reda. Buktinya bumi tetap berputar sesuai porosnya dan malam tetap datang sesuai waktunya."

_Taksa Gavriel Rasendriya_





Happy Reading

🌧️🌧️🌧️






"Taraa nasi goreng spesial khusus untuk yang paling spesial!" seru Indira meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan putranya.

Remaja yang telah mengenakan seragam sekolah lengkap dengan dasi yang tersimpul rapi itu bersorak antusias, wajahnya nampak cerah di pagi hari ini. Menghirup aroma nasi goreng yang menggugah selera, dia mulai menyuap sarapannya.

"Enaknya! Masakan Mama memang yang terbaik!" Aksa memuji nasi goreng buatan ibunya.

"Enggak ah, biasa aja. Dibandingkan masakan Mama, makanan di restoran jauh lebih enak" elak Ibu satu anak itu rendah diri.

Aksa menggeleng kontras, "Memang masakan restoran lebih enak tapi kan bagi aku makanan yang Mama masak tetap yang terenak."

Makanan di luar sana beragam jenis, beragam rasa dan punya keunikannya tersendiri. Namun, entah mengapa masakan Ibu di rumah akan terasa nikmat sekalipun itu hanya berupa sambal.

Ada sesuatu dalam sajian yang di buat oleh Ibu, sesuatu yang bukan hanya mengenyangkan perut tapi juga hati.

Hanya berupa makanan saja bisa membuat penikmatnya merasa pulang, padahal jika dibandingkan itu hanya makanan sederhana yang bahan bakunya sama dengan tempat lain. Tapi tetap saja rasanya berbeda. Masakan Ibu menumbuhkan kerinduan pada rumah.

"Ada-ada saja kamu" Indira menggeleng kecil diiringi segaris senyum manis penuh kasih. 

Dia mulai melahap sarapannya begitupun dengan Aksa.

Di luar embun masih menyelimuti dedaunan, sinar mentari perlahan menyeruak menerangi semesta, sepasang Ibu dan Anak itu mulai dengan sepiring nasi goreng ditemani percakapan hangat.

"Oh iya, Minggu depan aku udah mulai ujian akhir sebelum kelulusan." beritahu cowok itu mengingat hari ujian telah di depan mata.

Indira memusatkan perhatian pada anak tunggalnya itu, tangannya tergerak menepuk pucak kepala Aksa lembut.

"Semangat ya. Ingat belajar yang benar jangan main game terus, usahakan nilai kamu tinggi tapi apapun hasilnya Mama akan tetap bangga sama kamu." ucap wanita 40 tahunan itu.

"Mama percaya kan kalau aku tidak akan mengecewakan Mama? Aku janji akan melakukan yang terbaik."

"Mama selalu percaya kepada kamu Sa, selalu."

Indira tak lagi punya kerabat dekat, hanya Aksa lah satu-satunya orang yang ia miliki sebagai keluarga. Jika ia tak bisa mempercayai anaknya sebagai keluarga lantas siapakah yang bisa dipercayai lagi?

Dia juga yakin pada kemampuan anaknya sendiri, ia percaya bahwa Aksa pasti akan berusaha keras untuk mencapai yang terbaik. Ia percaya anaknya itu mampu menjadi orang yang hebat sekalipun harus melewati curamnya dunia.

Aksa tak mengalihkan pandangannya dari sang mama yang kini kembali melahap sarapannya yang tinggal setengah itu. Ia jadi teringat kemarin sore tak sengaja bertemu Bunda—istri ayahnya sekarang— di supermarket, semula dia ingin menghindar tapi wanita itu memaksa untuk makan bersama beralih ingin bicara hal penting.

Entah mengapa ia merasakan sesuatu yang telah lama hilang hadir kembali, di hari itu Bunda datang bersama sosok keibuan sebelum ia menginjak kelas empat SD. Sosok Ibu yang menemani masa kecilnya seolah kembali.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang