4

2.9K 188 17
                                    

"Kelopak mawar mekar begitu indah. Namun genggaman durinya bagaikan belati."

_Taksa Gavriel Rasendriya_



Happy Reading

***



Aksa duduk bersila di atas karpet tebal berbulu halus, kedua tangannya memegang mainan robot. Namun fokus matanya tertuju pada film kartun di dalam tv. Sesekali ia tertawa melihat adegan-adegan yang menurutnya lucu.

Sabtu sore ini akan ia habiskan untuk menonton kartun, sambil menunggu 'seseorang' menjemputnya.

Rasanya ia sudah tak sabar bertemu dengan orang itu, padahal terakhir mereka bertemu satu Minggu yang lalu tapi serasa tidak bertemu berbulan-bulan.

Anak lima tahun itu melirik tas gendong yang berisikan dua set baju yang tadi pembantu di rumahnya siapkan, rutinitas weekend Aksa adalah menginap di rumah 'dia' menghabiskan waktu singkat bersama membuat Aksa jauh lebih bahagia.

Anak itu juga merasa sangat di sayangi di sana sebab tidak ada yang akan merebut mainannya, tidak ada yang meminta makanannya, dan yang paling dia suka di sana tak ada yang memarahinya.

"Kakak, ayo main!" Wira datang membuat Aksa berdecak.

"Enggak mau ah, mending nonton TV." 

"Tapi Wi mau main di luar."

"Yaudah kamu main aja sendiri, Kakak mau nonton TV" acuh Aksa.

"Ayo Kak!" paksa Wira menarik lengan kakaknya agar berdiri.

"Enggak mau!"

Wira itu keras kepala dia tidak suka seseorang menolak ajakannya, sementara Aksa tipikal orang yang tidak suka di paksa, cocoklah bila mereka di satukan.

"Wi aduin ya Kakak yang coret-coret handphone besarnya Ayah!" Satu lagi Wira si pengancam dan suka mengadu.

Menghela napas pasrah Aksa bangkit dari duduknya, mau tak mau ia menuruti keinginan adiknya itu daripada dimarahi ayah karena mencoret-coret I-pad milik beliau.

"Yaudah, ayo!" 

Dengan semangat Wira menggandeng tangan Aksa menuju halaman belakang rumah, hari ini ia ingin bersepeda.

"Mau main apa, ya?" Aksa tampak bingung.

"Naik sepeda!" seru Wira.

Aksa menganggukkan kepala singkat, ia segera berlalu mengambil sepeda terletak di dekat ayunan.

"Ayo, naik Wi" Wira mengangguk antusias ia naik ke sepeda yang akan kakaknya kayuh.

"Berangkat!" seru Wira menumpukan tangan di atas bahu Aksa.

Aksa mulai mengayuh pedal sepedanya mengelilingi halaman, kedua anak itu tampak asik dalam dunianya, gelak tawa pertanda betapa bahagianya mereka.

"Huh, capek. Kita berhenti dulu" Aksa turun dari atas sepeda begitupun Wira.

"Wi mau bawa sepedanya juga" Wira menaiki sepeda kakaknya.

"Jangan Wi, nanti kamu jatuh" cegah Aksa, pasalnya adiknya itu tak bisa mengendarai sepeda tanpa roda bantuan.

"Enggak akan" keukeh Wira.

"Kalau kamu jatuh jangan nangis loh, ya."

"Iya."

Bocah itu mulai mengayuh sepedanya, sementara Aksa memperhatikan adiknya itu was-was. Jangan sampai Wira jatuh dan merusak sepedanya.

"Tuh kan Wi bisa!" seru Wira semakin melajukan kayuhan sepeda.

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang