18

1.9K 135 22
                                    

"Tidak selamanya kamu benar dan tidak selamanya aku harus selalu salah."

_Taksa Gavriel Rasendriya_










Happy Reading

🌧️🌧️🌧️








Senja tak lagi nampak oleh mata, setitik cahaya mentari pun turut bersembunyi bergantian gemerlap bintang bertabur menghias langit malam. Di antara jutaan umat manusia, seorang pria paruh baya berdiri menatap benda di tangan kanannya. Guratan kecewa begitu kentara dari ekspresi wajahnya, cengkraman pada benda yang kemasannya mirip permen itu kian mengerat.

Tidak pernah ia sangka aduan macam ini ia dapat ketika pulang bekerja, lelah yang ia harap enyah kala bertemu keluarga di rumah justru di hadapkan pada satu kenyataan seperti ini.

Benda itu, benda yang tidak selayaknya di beli oleh anak remaja yang masih berstatus pelajar di jumpai di dalam tas salah satu anaknya.

Bayu menatap istrinya yang terduduk dengan pandangan lurus ke depan, tak jauh beda dengan dirinya wanita itu terlihat sangat marah dari sorot matanya.

"AKSA!" teriak Bayu menggelegar memenuhi seiring ruangan.

Bersamaan dengan teriakan itu seorang remaja menuruni undakan tangga dengan wajah bingungnya, kenapa ayahnya terlihat sangat marah? Apakah pria itu sudah tahu tentang kelancangan dirinya yang pergi tanpa meminta izin?

Tapi biasanya tidak sampai semenyeramkan ini respon yang ayahnya beri, terlebih dia juga mendapatkan sorotan kemarahan dari bundanya.

"Bajingan! Sini kamu!" maki Bayu.

Meskipun ragu Aksa melangkah mendekati orang tuanya, pandangannya sempat beradu dengan sang Adik yang menunjukkan senyum kemenangannya. Sekarang dia paham, semua ini pasti ulah bregundal satu itu.

"Apa ini Aksa!" bentak Bayu melempar bungkusan yang berhasil menyulut kobaran api dalam dirinya.

Remaja laki-laki itu mengerutkan kening lalu memungut kemasan saset yang dilempar ayahnya, kedua bola matanya membesar saat membaca sebuah mereka tak asing di matanya. Ia bukan orang sepolos itu sampai tidak tahu fungsi alat itu.

"I-ini bukan punya aku, Yah" bantah Aksa.

"Kalau itu bukan punya kamu, lalu kenapa alat kontrasepsi itu Wira temukan di tas kamu?!" sergah pria dewasa itu murka.

Aksa melirik tajam adiknya, sudah ia duga Wira telah mengadu yang tidak-tidak tentang dirinya. Di antara semua pengaduan adiknya itu menurut Aksa kali ini yang paling parah dan sangat kurang ajar.

"Aku gak tahu kenapa bisa ada di tas aku, aku gak pernah beli alat seperti ini" ucap Aksa memberikan pembelaan pada dirinya sendiri.

"Terus punya siapa? Ngaku aja deh Sa. Gue sendiri yang nemuin itu di tas lo, gue yakin itu pasti punya lo apalagi tadi lo baru pulang jam lima an. Pasti lo habis ngelakuin itu kan?" sambar Wira.

"Gue pulang terlambat bukan berarti gue ngelakuin hal yang aneh-aneh, otak lo itu terlalu kotor untuk menilai gue!"

"Terus lo kemana? Cewek mana yang habis lo ajak tidur? Ngaku lo!" desak Wira.

Aksa mengacungkan jari telunjuk di hadapan Wira, wajahnya memerah padam pertanda menahan amarah yang meledak-ledak.

"Gue bukan orang seperti itu, dan ini bukan punya gue. Bisa aja kan ini akal-akalan lo supaya gue terlihat buruk"

Terputus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang