KESEDIHAN YANG BERDANSA

34 3 2
                                    

Jakarta, November 2015.

-

Bukan dansa menawan dengan gairah terpendam ini yang kurindukan.

Sebuah dansa konyol, tak jelas tujuannya, tak patuh iramanya, tapi selaras perasaannya. Selaras tatap dan sentuhnya. Dansa itu yang sedang kurindukan, yang sekarang liar menapaki isi kepalaku di tengah dansa yang tengah kulakukan.

Aku sedang berdansa dengan lelaki lain, lelaki yang sudah telak mengikatku dalam kontrak sehidup semati. Tidak ada pasal yang menyertakan dansa konyol itu dalam kontrak itu.

Lelaki yang selalu setia menjadi pasangan dansa konyolku itu, sedang terikat dansa yang juga sama menyedihkannya seperti ini beberapa meter dari tempatku. Dengan perempuan lain, yang juga sudah telak terikat kontrak sehidup semati dengan lelaki itu.

Di atas lantai dansa ini, di bawah pendar cahaya yang meriah memayungi, kami selaras tatap, tapi tak selaras sentuh.

Yang aku lihat, kesedihan sedang berdansa dan sesekali menghampiriku dan dia, mengejek kami berdua.

Kesedihan saja bisa bebas berdansa tanpa bentuk. Kenapa aku malah terjebak di balik rengkuhan tangan yang semakin lama kami mengayunkan jejak, semakin terasa tak sabar ingin menjamahku jauh?

Tangannya terus memberi isyarat bahwa malam itu aku telah jadi miliknya. Pernyataan yang terus menerus Reyan tekankan melalui sentuhannya. Seakan cincin yang baru saja tersemat di jari kami berdua beberapa saat lalu tak cukup. Bukan ini yang aku butuhkan. Aku merindukan tangan milik lelaki lain yang sebelum ini menawarkan candu lembut pada setiap bagian tubuhku. Tangan milik lelaki yang sekarang sudah berpamitan selamanya dari izin menyentuhku, yang sekarang hanya sebatas memberi sekian detik tatapan.

Dia masih membacaku.

Dia masih bisa membacaku sesekali tapi aku tidak lagi bisa berbicara lepas melalui peluk bibir kami. Aku merasa dicurangi.

Mungkin ketika akhirnya aku berhenti membiarkannya membacaku dan tenggelam saja dalam ruang sentuh yang Reyan berikan, dendamku yang berbicara.

MARI TELANJANGI SEMUA LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang