ABSTRAK

22 2 0
                                    

Jakarta, November 2015.

-

Apa alasan utama sepasang manusia terikat janji seumur hidup? Menikah misalnya.
Untuk memenuhi kewajiban yang tertera entah di pasal mana, atau entah di rantai kata mana kah?
Atau itu semua hanya alasan tak jujur yang menutupi sepi?

Apa aku harus mencari pasangan yang sama hancurnya denganku? Untuk sama-sama mencari jawaban? Untuk sama-sama menuntaskan rasa penasaran?

Seperti perempuan yang penasaran bagaimana rasanya saling bertukar cinta melalui bibir atau bahkan melalui malam yang tak ada habisnya di atas ranjang. Atau perempuan yang ingin tau bagaimana kebebasan mencintai anak sendiri, dan bukannya anak orang lain. Atau mungkin sesederhana bagaimana rasanya dicintai tanpa batas? Makanya pernikahan jadi janji agar sepasang manusia bisa saling menjawab semua pertanyaan dan mungkin pertanyaan-pertanyaan lainnya yang selama ini tidak pernah mereka temukan?

Aku sedang melihat samar-samar pantulan diriku di kaca pintu busway.

Keinginan-keinginan itu juga dengan samar terpantul di sana.
Sejak malam itu, setelah aku berjanji untuk berpamitan selamanya dengan kamar hotel itu, dengan semua yang terjadi di antara diriku dan Tirta, mungkin saja aku juga berpisah dengan keinginan-keinginan itu.

Ketika akhirnya aku membiarkan Reyan menuntunku mengikat janji dengannya, aku tidak sedang berputar balik untuk menjadi perempuan yang menjawab semuanya. Tidak.

"kamu mau berapa anak?"

Reyan yang sebelumnya terus menggerutu karena sepanjang jalan harus berdiri di busway yang penuh demi mengikuti ajakanku, baru saja menyapa telingaku dengan suara yang ceria.

Aku melirik seorang ayah yang belum berumur, yang tengah memangku anaknya yang masih balita, yang duduk di hadapan kami berdua. Lelaki itu tampak kesulitan menenangkan si balita, tapi juga tampak menyimpan segudang sabar, dan mungkin juga segudang sayang hingga lelah itu bisa dia tutupi dengan senyum.

Mataku terus mengamati laki-laki itu.

Aku baru sadar. Aku sedang merancang pertanyaan lain, jawaban lain, yang semuanya tampak abstrak.

MARI TELANJANGI SEMUA LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang