Bab 19

223 28 56
                                    


Pov Najaendra

@home

Gue masih terpejam ketika sesuatu menggelitik wajah gue. Oh, help ... i need some rest. Please anyone don’t disturb me! I can’t hear anything but I feel something on my face.

Gue bisa merasakan ada tangan lembut menyentuh pipi gue. Seketika gue terlonjak kaget, bangun dari tidur.

“Kara?”

Gue mengerjap berkali-kali buat mastiin kalau gue nggak lagi mimpi. Dan sentuhan lembut Kara di kedua pipi gue, berhasil membuat gue yakin kalau gue nggak lagi ada di dunia mimpi.

Dilepasnya earphone dari telinga gue. Kara letakin earphone itu ke atas meja. Dan balik duduk sedikit menggeser kaki gue yang sejak tadi selonjoran di sofa.

“Pantes dipanggilin dari tadi nggak nyaut. Kamu kebiasaan kalo dengerin musik volume full. Nggak takut gendang telinganya rusak?”

Gue bengong. Sampai speechless masih nggak percaya kedatangan bidadari cantik berseragam sekolah. Ini pertama kali Kara mau datang sendiri ke rumah gue.

“Kamu sakit apa, Na?” Diusap lagi kening gue yang nggak kenapa-napa ini.

Gue mengernyit bingung. Sakit apa? Siapa yang bilang gue sakit?

“Kenapa nggak ngasih tau aku, Na? Kenapa aku harus tau dari orang lain? Emang aku nggak boleh khawatirin kamu? Emang kamu doang yang boleh peduli sama aku?”

Hm, mulai. Gue mendesah pelan. Baru juga buka mata, udah diceramahin sama Kara.

“Juno bilang kamu ambil libur hari ini. Makanya selesai dari sekolah, aku ke sini."

“Kamu ... .” Gue bangunin badan lebih tegap, duduk berhadapaan. ”Siapa yang nganter kamu ke sini?”

“Sendiri.”

"Sendiri?"

"Iya lah. Sama siapa lagi?"

Ah, iya. Nggak mungkin juga dia diantar papanya. Gue mengangguk percaya.

"Tadinya mau dianterin sama Sheryl. Tapi aku nggak mau. Anak-anak masih pada ngumpul. Tadi aku abis ngambil ijazah. Yeeyy, aku udah lulus beneran dong, Na."

"Yey!! Congratulations my baby. Sekarang udah gede dong." Gue tersenyum mencubit hidungnya. Padahal kesadaran gue masih setengah di awang-awang, efek minum obat sebelum tidur.

"Terus? Kamu kenapa libur hari ini?" tanya Kara mengingatkan kembali ke obrolan awal.

"Nggak biasanya kamu sampai ijin kalo nggak bener-bener penting. Aku pikir kamu sakit.”

Gue biarin Kara meng-eksplore wajah gue dengan telapak tangannya. Memeriksa berkali-kali sampai dia kebingungan sendiri dimana letak kesakitan gue.

“Kemarin mata kamu merah banget, kenapa?”

“Kemarin? Mana? Enggak kok. Nih coba aja lihat.” Gue yakin dia dapet spoiler dari Juno. nggak ada tersangka lain selain si manusia cepu.

“Jangan bohong, Na. Nih kamu lihat, aku ada foto kamu kemarin waktu di kantor.”

Kara nunjukin foto gue waktu meeting pagi kemarin. Iya, bener. Kemarin mata gue memang masih bengap merah. Tapi sekarang udah nggak lagi.

"Merah, kan?” Kara memastikan. Gue malah salfok sama isi chat Kara sama Juno.

“Bentar, aku mau liat dulu.” Gue ambil alih ponsel Kara.

” Gue ambil alih ponsel Kara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NAJAENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang