Bab 33

232 17 19
                                    

Kalo lo jadi gue, apa yang bakal lo lakuin? Apa lo bakal ngelakuin hal yang sama?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo lo jadi gue, apa yang bakal lo lakuin? Apa lo bakal ngelakuin hal yang sama?

Kalaupun gue disebut bodoh dan gila, i even don't care.

***

POV  NAJAENDRA

#Flashback on

[Cewek lo boleh juga.]

Sebuah pesan asing masuk, dan gue nggak tau itu nomor siapa.

Awalnya gue nggak ingin peduli. Namun akhirnya gue tau siapa pengirimnya setelah kembali menerima pesan berisi file foto.

Foto lama yang menampakkan wajah Kara. Masih dengan seragam warna putih yang dia kenakan saat itu. Wajah penuh ketakutan dan ketidakberdayaan.

[Gue yakin lo belum pernah nyobain tubuhnya.]
[So sorry, gue duluan.]
[Kira-kira laku berapa untuk satu foto? Gue punya banyak kalo lo mau beli.]

Gue meremas kuat ponsel, membayangkan Yuta ada di genggaman gue sekarang. Gue nggak bisa tinggal diam. Dia udah berhasil mancing emosi gue.

***

Tanpa pikir panjang, gue langsung pergi ke tempat Yuta. Gue nggak peduli siapa lawan gue sekarang dan apa yang bakal terjadi nanti. Yang ada di otak gue hanya ingin melenyapkan manusia iblis itu.

"Nyali lo gede juga." Yuta menghisap rokoknya dalam-dalam. Lalu menancapkan ujung rokok yang masih menyala itu pada asbak hingga mati dan mengeluarkan asap tipis. Tempat itu sudah dipenuhi dengan puntung rokok. Dan terlihat beberapa botol minuman keras berserakan di atas meja.

Dua orang teman yang duduk di depannya saling melirik. Seolah menunggu aba-aba untuk turun tangan. Tapi Yuta justru menyuruh mereka untuk diam.

"Mau lo apa?" tantang gue.

Yuta bangkit dari tempat duduknya. Mendekat dengan seringaian menyebalkan. "Lo pinter ternyata."

Dengan santai, tangannya bertengger di pundak gue. Berbicara dengan nada rendah penuh penekanan. "Jadi, ... Lo pasti tau sekarang gue harus mulai bisnis gue lagi. Gue  butuh duit. Lo bisa diajak kerjasama kan?"

"Gue nggak ada urusan-"

"NGGAK USAH PURA-PURA TOLOL!!" Yuta mencengkarem kuat kerah jaket gue. Menyorot tajam penuh dendam. "Ini semua karena lo yang sok-sok an jadi pahlawan kesiangan! Gara-gara lo bisnis gue jadi berantakan, Bangsat!!"

"Oh." Gue tau arah tujuan Yuta kenapa masih punya dendam ke gue. "Jadi sekarang lo miskin, sampai harus meras gue lewat koleksi murahan lo itu?" Gue tersenyum sungging.

"Lo yakin masih bisa senyum di depan gue?" Yuta mendorong kuat. Diikuti dua temannya yang sekarang ikut maju, menahan gue agar lebih mudah jadi bahan amukannya.

Tapi ternyata Yuta nggak melakukan apapun. Justru kembali duduk di tempatnya.

Gue diseret duduk, dengan meja kaca pendek sebagai jarak pemisah. Sementara kedua lengan gue ditahan kuat oleh mereka.

NAJAENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang