"Mom?" Sarah berpaling dan menatap Noah dengan tatapan sedih yang terlihat jelas. Ia kemudian melepaskan pelukan suaminya dan memeluk anaknya hingga menangis.
"Apa yang harus mom lakukan Noah? Mom tidak tahu Leyvi alergi dengan makanan laut."
Alergi?
Noah membalas pelukan Sarah, "Mom, jangan khawatir." Bisiknya. Berusaha menenangkan ibunya. Sarah masih menangis terus, memikirkan keadaan Leyvi di dalam sana."
Tak lama setelah memeriksa keadaan Leyvi, dokter datang dan menyatakan bahwa Leyvi mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan laut. Dokter menjelaskan bahwa reaksi alergi tersebut berpotensi fatal jika saja penanganan diberikan terlambat, oleh karena itu dokter memberikan epinefrin (adrenalin) kepada Leyvi untuk meredakan gejala anafilaksis dan memberikan pengobatan lain seperti kortikosteroid dan antihistamin. Meskipun Leyvi merespons pengobatan dengan baik, ia harus tetap dirawat di rumah sakit untuk dipantau selama beberapa jam setelah serangan anafilaksis terjadi.
"Diantara gejala yang dialami pasien tadi tak lain dari gatal-gatal, pembengkakan, dan kesulitan bernafas. Jika pasien sudah sadar, mungkin akan ada gejala lain yang dialaminya seperti muntah dan diare. Mohon segera memberi tahu jika hal itu terjadi. Terima kasih." Ujar sang dokter sebelum berpamitan. Noah dan kedua orang tuanya memberikan tanda terima kasih dengan membungkukkan kepala mereka kepada sang dokter.
Sarah merasa lega ketika mendengar bahwa menantu kesayangannya baik-baik saja, meskipun hampir saja berada di ambang kematian.
[Beberapa jam yang lalu]
Sarah datang ke kediaman putra dan menantunya, setelah insiden kecil antara Noah dan Leyvi. Sarah membawa hidangan laut yang ia buat sendiri untuk menantu kesayangannya.
Sarah tidak tahu jika Leyvi memiliki alergi makanan laut. Sarah sebenarnya tidak keberatan jika Leyvi menolak hidangan tersebut karena alerginya yang tidak diketahui Sarah sebelumnya.
"Mom membuat hidangan laut untukmu. Ini pertama kalinya mom membuatnya. Kuharap kau menyukainya sayang."
Sarah merasa bersalah karena tidak mengetahui kondisi kesehatan Leyvi, dan ternyata hidangan laut yang dibuatnya ternyata sangat berbahaya bagi Leyvi. Sarah merasa sangat menyesal dan bersumpah untuk selalu memeriksa kesehatan keluarganya dan bertanya tentang alergi atau penyakit yang mungkin dimiliki oleh mereka.
Noah? Tentu saja ia tidak tahu.
Merepotkan sekali! Harusnya jangan kau makan jika kau tau kau alergi dengan makanan itu. Bodoh! Batin Noah.
Begitu situasi mulai sedikit tenang, Noah meminta ibu dan ayahnya untuk pulang terlebih dahulu agar dirinya yang menemani Leyvi di rumah sakit. Setelah itu, dia memandangi istrinya yang masih terbaring dengan mata tertutup di ranjang rumah sakit, lalu menghela nafas dan berkata pelan, "Kuharap ini yang terakhir Abigail."
Beruntung saja perawatan Leyvi berlangsung dengan baik, jika besok sudah membaik, Leyvi sudah diperbolehkan untuk pulang. Untuk sementara masih butuh pantauan untuk menghindari adanya kemungkinan gejala berbahaya atau kambuh kembali.
***
Pukul 1 dini hari, Leyvi terbangun. Dapat ia rasakan pembengkakan pada tenggorokannya mulai membaik. Meski ada rasa tak nyaman yang ia rasakan di area perutnya. Tak lama, matanya menangkap sosok pria yang duduk menyilangkan kaki di sofa kamar rumah sakit. Meski kamar itu dalam keadaan gelap, Leyvi dapat melihat jelas tatapan tajam dari pria itu, "Noah?" ucapnya dengan suara serak tertahan.
Noah menatap Leyvi sejak tadi. Wanita itu akhirnya membuka mata. Dan Noah tidak tidur.
Ah. Belum tidur.
Tidak disangka ia terlihat seperti suami siap siaga untuk istrinya. Konyol sekali.
Noah melihat Leyvi hendak untuk bangun tapi ia hentikan dengan kata yang keluar dari mulutnya, "Diam dan tetaplah seperti itu." Noah bangkit dari duduknya kemudian menuju ke arah pintu kamar. Noah keluar tanpa mengucapkan apapun lagi. Tak lama, kembali bersama dengan seorang dokter dan perawat.
Pemeriksaan hanya berlangsung beberapa saat. Noah sibuk mendengarkan penjelasan dari Dokter tentang ini dan itu. Leyvi menyunggingkan senyum maninya saat melihat Noah. Suaminya terlihat serius mendengarkan penjelasan dokter tentang dirinya.
"Suami nyonya sangat perhatian." ujar sang perawat kepada Leyvi dengan nada kecil yang tentu hanya Leyvi mendengarnya. Leyvi tersenyum malu-malu mendengar kata perawat tersebut. "Suamiku sangat manis." balas Leyvi.
Setelah pemeriksaan selesai, dokter dan perawat itu keluar dari ruangan. Noah lalu kembali mengalihkan pandangannya pada Leyvi. Melangkah mendekat dan duduk di samping tempat tidur Leyvi dan menatapnya terang-terangan.
"Jangan menatap ku seperti itu." kata Leyvi yang mulai merona.
Noah kembali menghela nafas, "Tidurlah Abigail."
"Jangan memanggilku dengan nama itu. Menggelikan sekali. Dan aku sudah tidur."
"Tidurlah kembali."
"Aku tidak bisa."
"Tutup matamu."
"Kenapa?"
"...."
"Apa kau ingin pergi?"
"..."
"..."
"Tidurlah, Abigail. Kuharap ini terakhir kalinya aku mengatakannya." ujar Noah yang mulai geram.
Ck Abigail lagi. Batin Leyvi
Leyvi diam beberapa detik kemudian kembali memanggil nama suaminya dengan sangat pelan, "Noah?"
"..."
"Apa kau menyesal?" Tanya Leyvi. Entah dari mana Noah bisa tahu maksud dari pertanyaan istrinya. Menyesal menikah denganku?
"Tidak." jawab Noah berbohong. Situasi sekarang tidak mendukung untuk memulai perdebatan. Ia terlalu lelah.
Beberapa detik mereka terdiam. Hingga Leyvi pun kembali memanggil nama suaminya. "Noah?"
"Ng?" Gumam Noah.
"Apa kau merindukannya?"
"..."
"Maria."
***
'22.12.30

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Divorced, Noah
Romance"Mari berpisah," "Mari berpisah, Noah." © 2022, Emmicavu