"Astaga, Leo, apa yang telah terjadi?!"
Leyvi terkejut melihat lebam di wajah putranya.
"Ini karena bola—"
"Apa kau pikir ibu bodoh, Leo?!"
Leo mendesis pelan. Ia pikir akan berhasil jika mengatakan itu, ternyata ibunya memang sulit untuk dibohongi.
"Cepat katakan, apa yang terjadi!"
Baiklah, Leo tidak ada pilihan lain selain menceritakan kejadiannya. Sorot mata Leyvi seolah akan menghantuinya sampai sebulan. Itu menyeramkan bagi Leo.
"Jadi..."
Leo berusaha sebaik mungkin menjelaskan kejadiannya kepada Leyvi.
Dan Leo, sedikit gugup namun harus kuat menahannya karena selama ia menjelaskan, Leyvi tengah menggenggam sebuah spatula. Leo yakin, spatula itu akan melayang kepadanya jika tiba-tiba suaranya terdengar kaku.
Leyvi menjadi lebih rileks usai penjelasan singkat Leo kepadanya. Tampak bersyukur karena dugaannya salah. Ia pikir, putranya terlibat pertarungan antar remaja-remaja nakal.
Ternyata... Karena seorang perempuan.
"Ya ampun. Lalu, apa kau memukulnya dengan benar?"
"Tentu saja. Aku rasa hidungnya patah bu."
"Sungguh?"
Leo mengangguk cepat.
"Kerja bagus."
Woah, sejenak, Leo merinding. Apa ini benar-benar ibunya? Meskipun yang ia lakukan tidak salah tapi tetap saja, mendengar ibunya mendukungnya seperti ini rasanya sangat aneh.
[1 Jam yang lalu]
Kelas terakhir baru saja usai. Joy teramat lelah setelah kelas terakhir yang berlangsung cukup lama. Di tambah, Profesor garang pada mata kuliah di akhir itu benar-benar menguras energinya.
Saat Joy keluar kelas, ia langsung di hadang oleh seorang mahasiswi.
"Joy? seseorang memintaku memberikan ini kepada mu."
Kening Joy mengernyit, lalu menerima pemberian mahasiswi tersebut. Sebuah kertas yang terlipat rapi baru saja di berikan kepadanya. Dan ia lebih terkejut dengan isinya.
Kepada cintaku, masa depanku, kekasihku, oh sayangku...
Joy ku kasih, aku mencintaimu sej...
Tidak sanggup meneruskan membaca isinya, Joy langsung meremukkan kertas itu. Begitu menjijikkan sampai ia ingin menemukan pria ini dan menonjok nya.
"Sialan. Mataku benar-benar ternodai."
Namun, tanpa Joy sadari, pemberi surat tersebut mengamatinya sejak awal. Pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat, tidak terima suratnya di tolak seperti itu.
Meski tidak mendengar sepatah kata dari mulut Joy, tapi pria itu tahu, Joy menolaknya, bahkan sebelum membaca isi suratnya sampai habis.
Tadinya Joy ingin melupakannya dan memilih membuang surat menjijikkan itu, tapi tidak setelah seorang pria aneh menghampirinya dan meremas payudaranya dengan lancang.
Joy histeris saat itu juga. Anehnya pria itu justru tersenyum sinis menatap Joy lalu berkata, "Sial, payudaramu bahkan lebih kecil dari kepalan tanganku. Apa kau pikir aku sangat menyukaimu sampai mengirim surat seperti ini, huh?"
Joy yang masih syok dengan apa yang terjadi semakin syok setelah tahu ternyata pria mesum ini yang mengirimkan surat bodoh tadi.
Para mahasiswa di sana mulai berkumpul, anehnya tidak ada yang membela Joy, tidak juga kepada pria mesum itu. Hanya diam berdiri seolah tengah menonton pertunjukan seru.
Joy benar-benar marah mengetahui ia baru saja dilecehkan hanya karena surat konyol itu ia remuk. Joy kemudian melepas sepatunya dan melayangkan kepada si pria mesum itu hingga berkali-kali.
Pria itu meringis selama mendapatkan serangan terus-menerus dari Joy, tapi begitu mendapatkan celah, pria itu langsung merebut dan melemparkan sepatu Joy menjauh.
Joy butuh beberapa detik untuk memahami situasi yang dihadapinya ini. Dan situasi yang di mana ia mendapatkan tamparan kuat di pipinya.
Pria itu... Memukulnya.
"Jalang! Apa kau pikir kau secantik itu hanya karena aku suka?!"
Pria itu ingin kembali memukul Joy namun di hentikan dengan serangan tiba-tiba dari belakangnya.
Joy terkejut melihat pria itu tersungkur dengan keras. Dan lebih terkejut saat tahu Leo lah penyebabnya.
Pertarungan antara Leo dan pria mesum itu tidak cukup memakan waktu, karena pria mesum itu ternyata jauh lebih lemah dari tubuhnya yang besar. Setelah benar-benar tidak berdaya usai mendapatkan pukulan Leo, akhirnya pria itu berhasil di selamatkan dari orang-orang sekitar.
Tidak perduli apa yang terjadi, Leo hanya ingin segera menarik tangan Joy dan meninggalkan tempat kerumunan dengan cepat.
"Hei! Lepaskan aku."
"..."
"Leo!"
Langkah Leo terhenti. Ia menoleh ke belakang dan menatap Joy dengan kerutan yang hampir penuh di keningnya. Leo hampir saja mengumpat keras saat ingatan ada pria aneh yang baru saja menampar Joy kembali terulang di kepalanya.
"Lihat aku, Leo."
Leo kembali melihatnya. Kali ini dengan raut wajah yang lebih rileks. Joy menghela napas pelan, beralih menuntun Leo ke suatu tempat.
"Akh..." ringis Leo. Mereka kini berada di bangku taman yang terletak jauh dari tempat kejadian mengerikan tadi.
"Jangan berlebihan, aku belum mengenai lukamu."
"Kau harus tahu ini, meski belum menyentuh tapi hawa iblis—akh! Ini benar-benar sakit, Joy bodoh!"
"Ya ya ya... Sebaiknya kau menutup rapat mulutmu sebelum aku tambahkan memar di wajah mu ini."
Leo spontan menutup mulutnya rapat-rapat. Joy tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Perempuan ini gila.
"Terima...Kasih..." ungkap Joy bersuara sangat pelan yang masih membantu mengobati luka memar Leo.
"Hei, ucapkan dengan lantang, apa kau pikir aku akan mendengarkan bisikan iblis mu itu?" kesal Leo. Ia benar-benar tidak mendengar jelas apa yang Joy katakan.
"Terima kasih!!!"
Astaga. Mata Leo tertutup sempurna akibat suara menyeramkan keluar benar-benar lantang.
"Astaga kau ini, amarahmu benar-benar sulit terkontrol—akh, kau ingin membunuhku?!" Leo kembali meringis saat Joy dengan sengaja menekan kuat memar di wajahnya.
Pada akhirnya mereka berdua terdiam. Joy kembali fokus mengoles obat kepada pasien dadakannya. Dan Leo pun terdiam pasrah menerima bantuan dari Joy.
Tanpa sepengetahuan Leo, pikiran Joy saat itu mulai berkecamuk. Pelecehan yang ia dapatkan tadi kembali terlintas di kepalanya. Bahkan di dadanya, Joy masih bisa merasakan sentuhan menjijikan pria mesum tadi. Karena semua itu, mengingatkannya kepada seseorang.
"Hei, kau baik-baik saja?"
Leo menyadarinya. Joy mulai tampak aneh. Entah sadar dengan kondisinya sendiri tapi napas perempuan itu mulai sedikit berat dan tangannya yang mengobati Leo sedikit gemetar.
"Tanganmu gemetar. Kau belum makan? Tidak mungkin. Dunia pasti akan ki—Joy?"
"..."
"Apa yang terjadi?"
"Dia kembali,"
"Dia? Dia siapa?"
"Saudara tiriku, dia kembali Leo."
Tidak lagi tertahan, kini seluruh tubuh Joy yang gemetar. Leo yang tadinya masih ingin bercanda kini mulai serius juga.
Ah, si brengsek gila itu sudah kembali.
***
30-04-'24
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Divorced, Noah
Romance"Mari berpisah," "Mari berpisah, Noah." © 2022, Emmicavu