Seharian ini, Leyvi telah merasakan mual yang begitu mengganggu hingga dia harus berulang kali memuntahkan isi perutnya, meskipun tidak ada yang benar-benar keluar. Pengalaman ini membuatnya menyadari bahwa trimester pertama kehamilan bisa sangat menantang dan...
Menegangkan.
Leyvi menatap bosan tayangan drama percintaan yang sedang berlangsung di televisi. Sejak tadi, ia merasa bingung tentang apa yang bisa dilakukannya selain terus menatap layar yng memainkan kisah romantis. Ternyata, menonton drama hanya membuatnya semakin bosan.
Berbeda dengan manusia satu di sebelahnya, Bely tampak asyik memandangi setiap adegan yang ditmpilkan di layar kaca.
Leyvi merasa ingin melakukan sesuatu di dapur, namun ia terhalang oleh peringatan dari Noah. "Jangan lakukan apa pun dan tetap diam dengan tenang. Dan ingat Abigail, jangan sekali-kali mengemudi sendiri, gunakan supir jika kau ingin pergi. Aku menyiapkan seorang supir untukmu," ujar Noah dengan tegas.
"Dengar Abigail, jangan mencoba menipuku. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Dan ingatlah, saat ini aku mengatakannya bukan karena aku peduli padamu, tapi karena aku tidak ingin direpotkan jika mom mengomeli ku karena kecerobohanmu sendiri. Apa kau mengerti?" lanjut Noah tegas.
Leyvi menghela nafas panjang. Padahal ia sudah merencanakan akan berkuliner di luar sana saat Noah pergi bekerja. Memikirkannya saja sungguh menyenangkan apalagi jika ia mencobanya, sayang sekali Noah mulai paham dengn pikiran piciknya.
"Saya lebih senang berada di rumah melihat drama. Terima kasih atas tawarannya, semoga hari anda menyenangkan." Ya, itulah jawaban Bely beberapa waktu yang lalu saat Leyvi ingin mengajaknya menentang perintah Noah dan keluar bermain.
Leyvi segera meraih ponselnya di meja dan mencari nomor suaminya, "Ada apa?" Ughh, suara berat yang sangat Leyvi sukai.
"Eng, aku..."
Leyvi sengaja tidak mengatakan apapun karena memang tujuannya menghubungi Noah adalah membuat pria itu kesal. Dan ya, ia terkekeh saat jelas mendengar helaan nafas lelah di seberang sana.
"Katakan, Abigail,"
"..."
"..."
"Ngh, bukan apa-apa. Sampai jumpa." Leyvi memutuskan panggilnya, terkikik geli dengan tingkahnya sendiri. Leyvi yakin, pasti Noah sangat kesal sekarang.
Air wajah Leyvi seketika berubah saat melihat sesuatu didepannya yang menjijikkan, "Bely!" Teriak Leyvi yang sangat mengejutkan Bely. Bely sontak berdiri dan melihat kiri kanan dan belakangnya. "Ada apa?" tanya Bely yang waspada.
"Lihat!" menunjuk ke arah layar kaca didepan.
"Ada apa dengan itu?" tanya Bely, polos.
"Mereka berciuman!"
Bely mematung seketika mendengar alasan nyonya-nya berteriak. Karena itu? Memangnya ada apa dengan itu?
"Bely!" panggil Leyvi lagi karena tidak mendapat respon apapun dari Bely yang hanya berdiri mematung.
"Nyonya, adegan seperti ini selalu terjadi di drama percintaan." jelas Bely, santai dan kembali duduk dengan posisi ternyaman nya tadi.
"Selalu?"
Wanita hamil ini sungguh kehilangan kata-kata.
"Apa kau selalu melihat hal seperti ini?!"
Suara Leyvi kembali meninggi saat mendengar penjelasan Bely, "Bely! Kau masih kecil untuk melihat hal seperti ini. Kemari lah, akan kuberi pelajaran." Leyvi mengulurkan tangannya untuk meraih telinga Bely tapi di kalah cepat dengan Bely yang sudah berlari menjauh.
"Bely, kembali!"
"Oh astaga, anak itu— Aaaaa!"
Leyvi kembali berteriak saat mendapati Noah berdiri tak jauh dari tempatnya, memperhatikan adegan di layar kaca itu.
"Kau menyukai hal seperti ini?" tanya Noah yang sudah mengalihkan pandangannya ke Leyvi. Leyvi dengan cepat meraih remote untuk mematikan benda itu.
"Hai, kau kembali," sapa Leyvi yang gagap setelah melempar jauh remote TV. Siapa yang menduga jika suaminya tidak jauh dari rumah saat ia menelepon tadi. Dan apalagi ini, Noah juga melihat adegan tak senonoh.
"..."
"..."
Leyvi memilih tidak mengatakan apapun lagi karena terlalu malu. Wanita itu memilih diam dan itu tidak luput dari perhatian Noah.
"Kau menyukai—"
"Tidak! Aku tidak menyukainya." sela Leyvi membantah. Ingatkan Leyvi untuk memberi pelajaran Bely nanti.
Noah menaikkan alisnya satu keatas, tidak percaya dengan perkataan Leyvi.
Noah melangkah maju lebih dekat ke hadapan Leyvi, memajukan wajahnya perlahan. "Kau yakin tidak menyukainya?" tanya Noah lagi.
Ada dengan pria kaku ini?
Leyvi memilih tidak menjawab karena memang bukan hal yang perlu ia jawab lagi. Noah mengapit dagu Leyvi dengan pelan, mendongakkan kepala wanita itu agar lebih mudah di tatapnya.
Leyvi bisa merasakan deru nafas berat Noah.
"Bagaimana dengan ini, kau juga tidak menyukainya?"
Wajah keduanya semakin dekat, maju sedikit lagi bibir keduanya akan bertemu.
Bahkan ada sedikit pertemuan kecil dari kedua bibir itu setiap kali Noah berbicara.
Leyvi menutup matanya sangat erat, percaya diri jika Noah pasti akan menciumnya. Lama menunggu tidak ada terjadi apapun, wanita itu membuka matanya, pandangan pertama yang dilihatnya adalah Noah yang tersenyum miring, menatapnya.
Pria sialan.
"Kau menyukainya ternyata."
Wajah Leyvi langsung memerah saat itu juga. Tapi,
Eh, apa ini?
Leyvi merasakan sesuatu di bawah sana, mengusapnya lembut,
Noah mengusap perutku?
"Bagaimana kabarnya?" tanya Noah tiba-tiba.
"..."
Leyvi tidak menjawab, hanya menatap Noah diam. Bukan enggan, hanya saja ini...
Noah menghela nafasnya, "Abigail, bagaimana kabarnya?"
"Oh? Ya, dia baik. Sangat baik."
Noah mengangguk kecil, tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Noah meninggalkan Leyvi yang masih betah dengan posisi diamnya.
Leyvi mengusap perut nya lalu menatap Noah yang sudah berjalan menjauh. Tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Blueberry, sapuan lembut tadi adalah ayahmu yang kaku, apa kau menyukainya?"
***
'23.01.26
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Divorced, Noah
Romance"Mari berpisah," "Mari berpisah, Noah." © 2022, Emmicavu