BAB 18

11K 540 0
                                    

Meski sempat terkejut dengan serangan tiba-tiba, Leyvi pun mulai bisa menyesuaikan diri.

Tubuhnya merasakan rasa panas yang aneh saat Noah menciumnya dengan penuh hasrat. Lidah Noah yang penuh keahlian kembali menyapa rongga mulut Leyvi, memancing sensasi-sensasi yang tak terkendali.

Leyvi tak bisa menahan lenguhannya, suara yang meluapkan kenikmatan yang tak terbendung. Bibir Noah seolah tengah bermain, menghisap, dan menggigit dengan lembut. Napas mereka terengah-engah, saling terbakar dengan keintiman yang mulai diselimuti nafsu.

Decapan, nafas terengah-engah, begitu jelas terdengar di dalam ruangan sunyi ini.

Noah mendekap Leyvi dengan lembut, menariknya lebih dekat, semakin memperdalam ciuman yang panas. Tangan Noah yang kini menjelajahi tubuh Istrinya. Membuat Leyvi bisa merasakan denyutan-denyutan erotis yang menyelimuti seluruh dirinya.

Kembali merasakan ini, Leyvi menyadari bahwa Noah, sangat pandai dalam berciuman bagi dia yang baru merasakan dua kali berciuman selama hidupnya.

***

Hampir saja.

Jika tidak teringat Leyvi hamil, mungkin saja mereka kembali bergumul nikmat di sana. Mereka tidak tahu, apakah boleh melakukan itu meski Leyvi tengah hamil. Noah maupun Leyvi sama-sama tidak ingin mengambil resiko yang membahayakan bayi mereka hanya karena hasrat yang tak terbendung.

"Kau baik-baik saja?" tanya Leyvi begitu Noah kembali dari kamar mandi.

Ia sudah menahan tawanya sejak tadi. Menahan hasratnya yang membuncah, begitu menderita rasanya, tapi sepertinya, Noah lebih menderita darinya.

Menggemaskan sekali suamiku.

"Ayo kembali." ajak Noah untuk segera pergi dari tempat itu sebelum hal tidak diinginkan terjadi.

"Baiklah."

Mereka berjalan bersama keluar dari lorong-lorong perusahaan menuju kendaraan mereka. Meski masih merasakan sedikit kecanggungan, Leyvi merasa kebahagiaan yang tak terbendung saat berjalan berpegangan tangan dengan Noah.

"Aku bersama dengan Bhin,"

Bhin — supir Leyvi yang Noah pekerjakan.

"Dia sudah pulang." jawab Noah dan Leyvi mengangguk paham.

Langit masih nampak cerah meski hari sudah sore dan sinar matahari panas mulai terganti dengan rasa hangat, yang membuat suasananya semakin menyenangkan.

Di dalam mobil, Noah masih belum juga melepaskan genggamannya. Entah apa yang membuatnya merasa tidak rela melepaskan jemari istrinya. Ia hanya tidak ingin melakukannya.

***

Leyvi sedang mandi, dan Noah tengah duduk di ranjang dengan posisi bersandar di sandaran ranjang sambil memangku sebuah laptop. Meski terlihat orang yang sedang bekerja, pria itu sebenarnya sedang memikirkan sesuatu yang lain.

Tengah mempertimbangkan menelepon seseorang.

"Aku butuh jawaban." katanya dan tanpa basa basi lagi menelepon orang tersebut.

"Selamat malam." sapa Noah dengan sopan.

Percakapan pun dimulai, Noah bahkan tanpa ragu melontarkan pertanyaannya, orang itu tertawa pelan diseberang sana. Gemas dengan Noah yang menelepon karena hal itu.

"Terima kasih."

"Tentu. Jangan ragu menghubungi saya jika Anda memiliki pertanyaan lagi."

Sambungan telepon terputus. Noah menaruh ponselnya di nakas dan segera membereskan laptop di pangkuannya. Selang beberapa detik, Leyvi keluar dari kamar mandi dan selesai mengenakan jubah tidurnya.

Let's Get Divorced, NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang