BAB 6

12.9K 742 5
                                    

[Sebelum perjodohan]

"Maria Renata, aku tahu bahwa aku bukanlah tipe pria yang romantis dan aku kadang-kadang kesulitan untuk mengungkapkan perasaanku dengan kata-kata manis. Namun, malam ini aku ingin membuat pengecualian. Aku berjanji untuk membuatmu bahagia dan mencintaimu selamanya. Aku tidak akan pernah mengkhianati atau menyakiti perasaanmu. Sayang, aku mencintaimu sejak dulu, sekarang, dan akan selalu mencintaimu, untuk selamanya. Maka dari itu, Maria Renata, maukah kau menikah denganku?" Noah berlutut di depan wanita yang paling ia cintai, dengan tulus dan penuh keyakinan di matanya.

Maria menutup mulutnya, tidak percaya. Air mata haru menetes dari matanya saat ia menyadari bahwa ia mendapatkan kejutan lamaran dari sang kekasih. Terlalu bahagia untuk mengucapkan sepatah katapun, Maria hanya bisa mengangguk dan menunjukkan bahwa ia menerima lamaran Noah. Noah langsung memasangkan cincin di jari manis kekasihnya, berdiri dan memeluk erat calon istrinya, merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan.

"Aku mencintaimu Maria." bisik Noah.

"Aku mencintaimu Noah." balas Maria.

Hari demi hari berlalu, Noah dan Maria semakin tak sabar untuk mengikat janji suci pernikahan mereka. Mereka telah menyelesaikan semua persiapan, bahkan sudah fitting baju pernikahan mereka. Semua kelihatan sempurna, dan mereka berdua merasa sangat bahagia.

Namun, takdir berkata lain. Ketika Maria pulang dari reuni dengan teman-teman SHS-nya, sebuah kecelakaan tak terduga terjadi. Maria mengalami serangkaian kecelakaan beruntun dan akhirnya menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Noah sangat terpukul dengan kepergian Maria, dia merasa seperti kehilangan bagian dari dirinya. Ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya akan berlanjut tanpa kekasihnya itu. Mereka seharusnya menikmati kebahagiaan bersama-sama, namun kini Noah harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Maria telah pergi selamanya.

[1 tahun setelah kepergian Maria]

Seiring berlalunya waktu, Noah semakin menutup diri dan bahkan upaya Sarah dan Merio untuk menghiburnya tidak berhasil membuatnya membaik. Sarah terus mencoba membujuk Noah untuk membuka diri dan mencoba untuk menikah dengan wanita lain, namun Noah menolak keras. Ia berjanji pada dirinya sendiri dan pada Maria bahwa tidak akan pernah mengkhianatinya dengan menikahi wanita lain.

Sarah merasa khawatir akan masa depan Noah yang akan hidup seorang diri. Sebagai seorang ibu, ia tidak bisa membayangkan Noah hidup dalam kesepian. Sarah tidak bisa merelakan putranya hidup seorang diri dan dia tahu betapa menyakitkan hidup dalam kesepian.

Sarah hanya bisa melahirkan satu anak dan tidak dapat melakukannya lagi karena masalah kesehatan yang dihadapinya. Namun, ia tidak bisa merelakan Noah dengan keputusannya untuk tidak menikah lagi. Baginya, kesepian adalah hal yang sangat menyiksa di dunia ini dan dia tidak ingin Noah mengalaminya sendirian.

"Keluarga Horvegd minta bantuan? Apa yang akan kau lakukan?" tanya Sarah kepada sang suami.

"Menolaknya tentu saja. Andjalar sebaiknya tidak ikut campur." ujar Merio.

"Hm... Sayang, bukankah mereka memiliki seorang putri?"

Merio menghela nafas. Sepertinya tau maksud lain dari pertanyaan istrinya. "Ya. Dan dia masih terlalu kecil."

"Tidak. Bukan putri kandungnya. Kau tau kan, putri angkat mereka? Aku pernah bertemu dengannya. Dia sangat manis."

"..."

"Ayolah. Kuharap kau tidak mendukung keputusan bodoh Noah! Aku juga terpukul dengan kepergian Maria. Tapi saat ini itu berbeda. Noah putra kita dan hanya dia yang kita miliki. Kau jelas ingat bagaimana pengorbanan kita dulu. Hidup berdua tanpa seorang anak sangatlah menyiksa. Bagaimana dengan Noah yang ingin hidup sendiri selamanya. Apa kau setuju dengan keputusannya itu?" jelas Sarah menggebu-gebu.

Let's Get Divorced, NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang