Aku merindukannya.
Bely mungkin tidak mendengar suara apa pun, tetapi melihat kondisi wajah wanita di depannya, ia bisa menebak perasaan wanita tersebut.
"Nyonya terlihat gelisah sejak kemarin, apakah nyonya baik-baik saja?"
Alih-alih menjawab, Leyvi lebih sibuk berdebat dengan batinnya.
Apa Noah sampai dengan selamat?
Apa Noah sudah makan?
Apa Noah baik-baik saja?
Mengapa dia tidak menghubungiku?
Aku merindukannya!
Kapan dia akan kembali?
Aku merindukannya!
"Nyonya?!"
"Ng?"
"Saya bertanya, nyonya baik-baik saja? Sejak kemarin nyonya terus melamun,"
"Aku? Ya, aku baik-baik saja. Tentu, aku baik-baik sa—"
"..."
"Aku merindukannya, Bely," bisik Leyvi dengan suara lirih, sambil tetap menahan air mata yang ingin tumpah.
Namun, beberapa saat kemudian, Bely dikejutkan dengan suara tangisan melengking tiba-tiba. Gadis itu menggeleng-geleng. Seperti yang diduga Bely, Leyvi sedang memikirkan Noah.
Bely mencoba memberikan saran yang masuk akal, "Ponsel nyonya rusak, kenapa tidak hubungi saja? Mungkin tuan menunggu nyonya."
Namun, Leyvi menggeleng tegas dan menatap Bely dengan mata penuh keputusasaan. "Hei, meski begitu, aku tidak sudi menghubunginya lebih dulu. Bagaimana dengan harga diriku Bely, aku tidak ingin Noah tahu betapa aku sangat merindukannya."
Bely tercengang mendengar kata-kata itu. Meskipun Leyvi sedang menangis seperti ini pun, ia masih memikirkan harga dirinya. Bely memahami betapa cintanya Leyvi terhadap Noah, namun juga paham bagaimana keegoisan dan keraguan bisa menjadi penghalang di antara mereka.
"Ya, terserah nyonya saja, saya tidak tahu apa pun." kata Bely dengan nada netral, mencoba menunjukkan sikap yang tidak peduli.
***
Suara ketukan jari menggema di ruangan yang sunyi, mencerminkan ketegangan yang melingkupi pria tersebut. Rahangnya mengetat setiap kali ia memikirkan hal yang tak pernah ia duga akan terjadi.
"Mue Ads, Manuel," gumam Noah dengan suara pelan, mengingat kembali nama pria muda yang tidak ia sukai itu.
Noah baru teringat bahwa Manuel adalah marga dari pria yang pernah ia dan Leyvi temui saat liburan. Dan ia juga baru tahu mengenai pria itu ternyata pewaris tunggal perusahaan periklanan ternama, Mue Ads.
Perusahaan Andjalar sangat membutuhkan kerja sama dengan Mue Ads. Meskipun ada banyak perusahaan periklanan lain yang bisa menjalin kemitraan dengan Andjalar, tetapi Mue Ads adalah yang selalu diincar Noah sejak lama.
Mue Ads telah mempertimbangkan keputusan kerja sama dengan perusahaan Andjalar, namun begitu Noah mengetahui bahwa pemimpin perusahaan itu sekarang adalah Raneel, keinginannya untuk menjalin kerja sama seakan-akan memudar.
Jake, menghela nafas kesal. Ia baru saja mendengar penjelasan konyol dari mulut bosnya yang semakin hari semakin gila saja. "Sir, mohon jangan libatkan urusan pribadi Anda dengan urusan bisnis. Tetaplah bersikap profesional," ujar Jake dengan serius.
Noah tidak langsung juga ingin membatalkan rencana itu begitu saja. Ia sedang berpikir keras saat ini. Entah mengapa, ketika ia memikirkan bahwa Raneel mengenal baik istrinya, rasa kesal semakin memuncak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Divorced, Noah
Romance"Mari berpisah," "Mari berpisah, Noah." © 2022, Emmicavu