BAB 1

30K 1.1K 13
                                    

Leyvi Abigail Andjalar. Namaku dengan nama belakang suamiku. Aku menikah diusia 17 tahun. Bukankah itu pernikahan dini? Ya, itu benar. Aku sangat tau tentang itu.

Tapi, apa aku punya pilihan?

Tidak. Aku tidak punya.

Noah L Andjalar. Suamiku. Putra tunggal dari keluarga Andjalar. Dan tentu saja dia adalah pewaris satu-satunya. Noah sama seperti ku. Harus memilih terikat janji pernikahan tanpa ada sebuah pilihan.

Oh? Apa sudah kukatakan jika kami di jodohkan?

Ya. Kami menikah karena sebuah perjodohan. Atau kalian juga boleh katakan, perjodohan terjadi karena ulah bodoh orang tua angkat ku.

Dan mengenai orang tua kandung, aku tidak tahu. Aku tidak tahu siapa orang tua kandung ku. Dimana mereka? Mengapa aku dibuang? Entahlah. Aku terlalu lelah untuk memikirkan itu lagi.

Doniel Horvegd - nama ayah angkatku. Paniilan Erdghan - nama ibu angkatku. Orang tua angkatku tidak menyukaiku. Sangat tidak menyukaiku. Yang ku dengar dari mulut pelayan penggosip, mereka mengadopsiku karena keterpaksaan. Itu karena kakek atau katakan saja ayah dari Doniel si sialan itu.

Doniel akan dijadikan seorang pewaris jika sudah memiliki seorang anak. Sayang sekali, Doniel tidak memiliki kesabaran yang baik untuk menunggu istrinya hamil. Hingga akhirnya ia memilih mengadopsi seorang anak berusia 4 tahun dari panti asuhan.

Ya. Anak itu adalah aku.

Kakek setuju saja saat Doniel mengatakan ingin mengadopsiku. Sama sekali tidak ada larangan untuk itu. Karena pikir kakek, Doniel dan Paniilan akan menjaga dan menyayangiku layaknya anak kandung mereka sendiri.

Omong kosong tentunya. Mau aku mati pun mereka tidak peduli.

Padahal bukan salahku berada diantara mereka. Tapi mengapa mereka membenciku sedalam itu? Okay, aku akui mereka tidak tidak pernah melukai fisikku. Tapi, melukai jiwaku. Sangat!

Aku benci mereka. Aku bisa menghabiskan waktu 24 jam hanya untuk mengatakan aku membenci mereka.

Rasa benciku semakin bertambah saat mereka akhirnya memiliki seorang anak. Ya. Paniilan akhirnya hamil saat aku berusia ke 6 tahun. Melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Angelica Horvegd.

Nah, harusnya aku tidak dibutuhkan lagi bukan? Ya, harusnya seperti itu. Aku bahkan ikhlas sepenuh hati jika saja mereka ingin mengembalikanku ke panti.

Tapi sayangnya tidak bisa. Mereka bisa apa? Kakek sudah pasti tidak setuju jika aku dikembalikan ke panti.

Lebih lagi, mungkin saja kakek akan langsung mencabut seluruh aset yang telah ia berikan kepada Doniel jika saja berani melakukan itu. Ya, sesayang itu kakek kepadaku.

Hingga beberapa tahun kemudian berita duka datang kepadaku. Kakek meninggal.

Satu-satunya keluarga yang kumiliki sudah tiada. Tak ada lagi seseorang yang membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Tidak ada lagi tempat aku bercerita. Tidak ada! Aku kini sendiri.

Doniel dan Paniilan akhirnya memiliki kesempatan untuk tidak lagi menahan diri menyiksaku. Penyelamatku sudah tiada. Aku pun mulai menjadi budak di rumah mereka. Setiap hari, aku diberi makan cacian dari mulut kotor mereka.

Aku pernah berpikir untuk kabur dan kembali ke panti asuhan. Sayangnya, mereka menemukanku dan membuatku lebih tersiksa. Membuat aku heran dengan sikap mereka. Mengapa mereka mempertahankanku jika tidak menyukaiku? Bukankah kakek sudah tiada? Apa alasan mereka? Pertanyaan yang selalu terlintas di benakku setiap saat.

Lalu datanglah penderitaan keduaku... Haa~ harusnya, dulu kukatakan saja kepada kakek jika mereka menyiksaku. Aku pasti tidak perlu merasakan penderitaan ini jika saja tidak memiliki rasa kasian kepada Doniel.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Diamlah! aku pening memikirkannya." ya ampun, mereka kebingungan. Kebingungan memikirkan bagaimana cara keluar dari kondisi buruk ini.

Aku tertawa. Untuk pertama kalinya, sejak kakek tiada aku kembali tertawa. Melihat mereka menderita seperti itu adalah suatu kebahagiaan besar untukku.

Doniel melakukan sebuah investasi yang berujung penipuan. Bodoh. Melihat Doniel di tipu dengan seseorang yang ia sebut sahabat, merupakan tontonan menyenangkan bagiku.

Mereka begitu kebingungan memikirkan utang yang mulai menempuk, yang tentunya berjumlah sangat besar untuk dilunaskan. Berujung mereka selalu bertengkar setiap hari. Belum lagi dengan putri kesayangan mereka yang selalu menginginkan uang jajannya di lebihkan. Keluarga merepotkan.

Apa aku bahagia melihat penderitaan mereka? Tentu saja YA!

Hehehe. Harusnya sih...

Tapi, tuhan selalu punya cara yang menurutku sangat aneh, membuatku kembali merasakan sakit. Rasa bahagiaku ternyata tidak berlangsung lama. Lagi dan lagi aku yang kembali mendapatkan kesialan mereka.

Mengapa harus aku yang jadi korban?

Untuk pertama kalinya Doniel dan Paniilan melukai fisikku. Memukulku dengan keras hanya karena aku menolak saat mereka mengatakan ingin menjodohkanku demi membaikkan perusahaan.

"Hei gadis tidak tau diri. Jika bukan karena aku yang mengadopsimu, kau pasti hanya sebuah lalat yang menjijikkan sekarang. Setidaknya kau berbalas budi kepadaku. Ayahku bahkan menyayangimu seperti cucu kandung. Dasar tidak tau malu. Kupastikan kau akan sangat menderita jika menolak."

Pada akhirnya aku tidak bisa menolak. Kakek adalah penyelamatku. Jika ini satu-satunya cara untuk membantu perusahaan kakek untuk tetap baik-baik saja, maka akan aku lakukan.

Mengapa konglomerat seperti keluarga Andjalar ingin membantu Doniel yang bodoh? Padahal gosip tentang penipuan yang dialami Doniel adalah berita yang paling panas beberapa minggu saat itu. Kuharap mereka tidak menyesal membantu Doniel.

Kini, tidak ada lagi ikatan antara aku dan keluarga angkatku. Tentu saja saat itu adalah kesempatan agar aku terlepas dari neraka ciptaan mereka. Aku menyebutkan permintaanku kepada mereka. Akan menerima perjodohan ini jika mereka benar-benar melepaskanku. Bukan hal yang mengejutkan saat mereka dengan senang hati menerima permintaanku. Sekarang kami hanyalah orang asing.

Dan inilah aku yang sekarang. Kehidupan baru Leyvi Abigail dengan marga Andjalar. Jika kalian bertanya apakah kehidupan pernikahan ku selama ini baik-baik saja? maka ku jawab tidak!

Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Noah menerima perjodohan ini juga karena tidak ada pilihan. Menginjak lima tahun pernikahan, kami belum melakukan apapun. Sekedar menyapaku pun ia enggan. Apalagi jika untuk hal lain.

Apa aku tidak lelah bertahan selama itu? Oh. Jangan ditanya lagi. Tentu saja lelah. SANGAT LELAH. Tapi apa yang harus aku lakukan? Disaat aku mulai mencintai suamiku yang dingin itu.

Pernikahaanku dengan Noah sangatlah biasa saja. Tak ada hal istimewa apapun di dalamnya, ada cinta, namun sepihak. Hati Noah benar-benar beku. Terkadang aku berpikir, suamiku menyukai wanita kan?

Aku berusaha. Selalu berusaha untuk mendapatkan perhatiannya. Secuil perhatian pun aku perjuangkan. Ya meskipun tetap berujung mendapatkan tatapan tidak suka dari ujung rambut hingga ujung kakiku.

Selamat datang di ceritaku. Sebuah pernikahan dengan cinta istri yang tak terbalaskan.

Aku mencintai suamiku.

***

'22.12.25

Let's Get Divorced, NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang