"Tidak tidak. Mungkin saja, aku hamil." katanya yang masih terdengar ragu.
Dan,
Leyvi merasa khawatir saat melihat wajah Noah yang tampak biasa saja. Tidak ada tanda-tanda ekspresi yang jelas, dan itu membuatnya bingung. Ia tidak tahu apa yang ada di balik ekspresi diam pria di hadapannya ini.
Leyvi yakin bahwa Noah mungkin juga terkejut seperti dirinya, namun ada sesuatu yang lain, sebuah perasaan yang terpancar dari dalam diri Noah, yang dapat dirasakannya.
"Kita ke dokter." kata Noah.
"Sekarang?" tanya Leyvi.
"..."
Sikap diam Noah semakin membuat perasaan Leyvi semakin tidak menentu. Ia merasa cemas dan khawatir dengan apa yang sedang terjadi.
Dan Noah pun kini paham alasan ia tiba-tiba begitu merindukan wanita ini. Yang jelas-jelas itu sangat mustahil di hidupnya.
"Eng. Baiklah," gumam Leyvi dengan suara lirih. Suara itu mencerminkan kekhawatiran yang melanda hatinya. Leyvi pun tak tahu mengapa ia tiba-tiba merasakan kekhawatiran.
Apa yang ku pikirkan. Berlebihan sekali, pikirnya.
"Selamat, kehamilan Anda sudah memasuki tujuh pekan," ucap Dr. Iljah, dokter keluarga Andjalar, sambil tersenyum.
"Cantik sekali. Janinnya masih sebesar buah blueberry," tambahnya.
Leyvi mengulangnya dengan pelan, "Blueberry?"
Sangat menggemaskan, meskipun hanya mendengar dia masih sebesar buah blueberry, Leyvi merasa hatinya dipenuhi kehangatan.
Ia kemudian memperhatikan Noah, yang masih terdiam sambil menatap gambar USG yang terpampang di layar monitor. Wajahnya tampak serius, seolah tenggelam dalam kehidupan yang sedang tumbuh di dalam rahim Leyvi.
"Apakah ada hal khusus yang perlu dia perhatikan?"
Leyvi terkejut saat Noah tiba-tiba menanyakan itu. Ia tersenyum, pikirnya tadi Noah hanya akan diam sampai mereka pulang. Ternyata pria ini masih mampu berbicara.
Dasar.
"Pastikan Anda mendapatkan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan hindari makanan yang berpotensi membahayakan janin." jelas Dr. Iljah, lalu menjelaskan lagi tentang nutrisi yang harus dikonsumsi oleh Leyvi.
Dan tanpa Leyvi sadari, Noah tengah berusaha mengingat penjelasan Dr. Iljah mengenai nutrisi yang perlu Leyvi konsumsi.
Dr. Iljah tersenyum dan berkata, "Sekali lagi, selamat kepada Anda, tuan muda dan nona Leyvi. Saya turut bahagia dengan kabar ini."
"Terima kasih," jawab Leyvi dengan senyuman manis.
***
Setelah Sarah dan Merio Andjalar kembali dari perjalanan mereka di Sydney, begitu tiba di rumah, Sarah langsung mengajak anak dan menantunya, Noah dan Leyvi, untuk makan malam bersama. Ya, ibu dan ayah Noah memutuskan untuk merayakan pergantian tahun di kota yang indah tersebut dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
Saat mereka duduk bersama di meja makan, suasana penuh keceriaan menyelimuti ruangan. "Happy New Year, dear," ucap Sarah dengan senyuman hangat, lalu bergantian mencium pipi Noah dan Leyvi. "Happy New Year, Mom," balas Noah dan Leyvi dengan penuh kasih.
Tidak lama setelah itu, Sarah mengeluarkan sebuah kotak hadiah yang dibelinya dari Sydney. Dengan penuh kegembiraan, ia menyerahkan hadiah tersebut kepada Leyvi. "Bukalah, sayang," pinta Sarah dengan mata berbinar-binar.
Leyvi, yang penuh rasa penasaran, segera membuka kotak hadiah itu. Namun, ia sedikit terkejut dengan apa yang terdapat di dalamnya. "Ini?" gumamnya dengan keheranan.
Ternyata, di dalam kotak tersebut terdapat sepasang sepatu bayi yang lucu dan menggemaskan. Leyvi menatap kedua mertuanya dengan kebingungan. Apa mereka sudah mengetahui kabar kehamilanku? Cepat sekali.
Sarah tersenyum penuh makna, merasakan kegembiraan yang sulit disembunyikan. "Mau sampai kapan kalian ingin menyimpan kabar bahagia ini, hm? Mom sangat tidak sabar ingin mendengarnya dari kalian," ucapnya dengan nada sedikit kesal namun penuh canda.
Leyvi bertanya, "Mom sudah tahu?"
"Tentu saja, mommy sudah tahu," jawab Sarah dengan bangga.
"Dr. Iljah yang memberitahu kami. Kami sangat bahagia mendengarnya." jelas Merio.
Sarah pun berdiri dari kursinya lalu mendekat dan memeluk Leyvi dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih sayang. Mommy sangat bahagia." kata Sarah dengan suara yang hangat.
***
Sungguh, ini begitu mengejutkan. Hingga saat ini, aku masih merasa sulit untuk mempercayainya.
Apa ini benar-benar terjadi?
Apakah aku sedang hamil?
Aku mencubit diriku sendiri, mencari tanda-tanda bahwa ini bukanlah hanya sebuah mimpi yang indah.
Namun, ketika aku melihat gambar USG yang ada di hadapanku, kepastian kembali menghampiriku. Aku tidak bisa menahan senyuman lebar yang terukir di wajahku.
Bagaimana mungkin sebuah keajaiban seperti ini dapat terjadi?
Aku mengamati setiap detail gambar USG yang menampilkan calon buah hatiku yang masih begitu kecil dan rapuh.
Mungkinkah itu adalah nyawa yang tumbuh di dalam rahimku?
Hei! Aku akan menjadi seorang ibu!
Namun, di tengah kegembiraanku, aku tentu memikirkan Noah. Aku berharap ia baik-baik saja dengan kabar ini.
Ya, aku tahu bahwa pernikahan kami tidak pernah menjadi keinginannya, jadi berita ini pasti akan memunculkan perasaan yang rumit baginya.
Aku khawatir bahwa perasaannya akan terganggu karena pernikahan ini semakin terikat dengan kehadiran buah cintaku.
Tidak.
Tidak. Apa yang ku pikirkan?!
Sungguh gila.
Aku percaya pada Noah. Aku yakin bahwa dia akan membuka hatinya untukku dan untuk bayi ini. Aku yakin bahwa dia akan menjadi seorang ayah yang luar biasa, memberikan cinta dan perhatian yang tak terhingga.
"Hai blueberry, terima kasih sudah hadir memberi kebahagian. Aku menyayangimu."
***
Leyvi hamil. Fakta ini begitu nyata dan mengguncang diri Noah. Pria itu merasa sangat bersalah. Ya, ia masih sadar jika semua ini adalah kesalahannya, kesalahan yang ia akui sejak awal.
Noah menatap foto Maria dengan tatapan kosong, dipenuhi dengan penyesalan dan permintaan maaf yang dalam. "Maafkan aku," bisiknya dengan suara lemah. Entah sudah berapa kali ia mengungkapkan kata maaf.
"Maria, aku akan menjadi seorang ayah. Tetapi bukan karena mu. Maria, aku tidak akan bisa lagi menghindari tanggung jawab ini. Mungkin kini kau sedang bahagia di tempatmu kan?. Mungkin kau telah menemukan seorang pria baik di sana dan menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan dengan takdir yang telah ditentukan," Noah menarik nafas dalam sebelum kembali berucap.
"Aku akan bersamanya. Bersama istriku. Maaf karena pada akhirnya aku tetap memilih jalan ini. Tapi Maria, aku tetap harus melakukannya."
"Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih telah hadir di hidupku. Aku mencintaimu." ucapnya sambil mengakhiri kalimat dengan beban berat di hatiku.
Perlahan-lahan, ia mengusap foto Maria yang terpampang senyuman manis di dalam genggamannya. Lalu, meletakkannya dengan penuh kasih dalam sebuah kotak dan menutupnya dengan hati-hati.
Tanggung jawab atas hidupnya.
***
'23.01.23
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Divorced, Noah
Romance"Mari berpisah," "Mari berpisah, Noah." © 2022, Emmicavu