BAB 3

15.9K 904 17
                                    

"Disana baik-baik saja son?" tanya Merio Andjalar—Ayah Noah.

"Ya." jawab Noah singkat.

"Kalian tau tidak? Mommy bertemu teman lama mommy tadi di klinik kecantikan dan woah, dia bersama cucunya yang sangat manis." sindir Sarah Andjalar—Ibu Noah. Leyvi tersenyum kaku mendengar ucapan dari ibu mertuanya. Sarah selalu seperti itu. Meski tidak langsung mengatakan jika dia menginginkan seorang cucu, tapi pasti akan selalu mengatakan sesuatu yang jelas mengarah ke perbicaraan tentang cucu, cucu dan cucu.

Noah? Jangan ditanya lagi, pria itu hanya diam dan terus fokus menyantap makanannya hingga habis tanpa peduli dengan ucapan ibunya.

Merio menghela nafas, istrinya mulai lagi. Noah ikut mengehela nafas lelah begitu ia selesai meneguk air minumnya, "Aku selesai." ucapnya kemudian berdiri meninggalkan ruang makan.

"Dasar anak durhaka." ujar Sarah kesal kepada tingkah Noah yang tentu pasti sengaja menyantap makanannya dengan cepat karena ingin menghindari ibunya.

Sarah kemudian menggenggam tangan Leyvi "Sayang, Noah memperlakukan mu dengan baik kan? Katakan pada mom. Akan mommy potong kepunyaannya jika tidak memperlakukan menantuku dengan baik."

Leyvi tersenyum dan membalas menggenggam tangan Sarah, "Aku baik-baik saja mom. Noah sangat baik padaku." balas Leyvi, berbohong tentunya.

Leyvi ingat, dulu saat pernikahannya dengan Noah masih menginjak satu tahun, tak ada sama sekali tanda mereka akan memiliki keturunan, sampai Sarah meminta Noah dan Leyvi mengikuti program bayi tabung saja karena mengira mungkin ada yang salah diantara Noah atau mungkin saja itu Leyvi. Yah meski akhirnya Noah menolak.

Leyvi tersenyum miris setiap kali mengingat kejadian itu. Bagaimana mungkin ia bisa hamil, Noah saja enggan untuk menyentuhnya. Dan bodohnya lagi, ia tidak mengatakan apapun kepada Sarah mengenai hubungan Leyvi dan Noah yang sama sekali tidak memiliki perkembangan sejak perjodohan di mulai.

"Noah," panggil Leyvi yang menemukan suaminya tengah duduk menyilangkan kakinya di kursi taman depan rumah mertuanya.

Noah berbalik dan menemukan seseorang yang memanggilnya baru saja. Tidak menjawab, hanya menatap sebentar lalu kembali menatap ke arah depan taman.

"Mom ingin kita menginap malam ini." Noah tetap tidak menjawab membuat Leyvi menjadi sedikit kesal.

"Noah!" panggilnya lagi, sedikit membesarkan volume suaranya.

"Telingaku baik-baik saja Abigail." katanya santai.

"Kau baik-baik saja?" Noah menaikkan alisnya satu ke atas, tidak mengerti maksud dari pertanyaan Leyvi.

"Ah itu, tadi aku bertanya kepada Bonip, ia mengatakan jika kepalamu sakit. Aku pikir kau demam atau semacamnya. Kau baik-baik saja kan?"

"Ya." jawab Noah kemudian. Leyvi mengangguk angguk mengerti.

"Noah," panggilnya, lagi.

"..."

"Apa aku boleh bertanya?"

"..."

Tak mendengar balasan apapun, akhirnya Leyvi bertanya kemudian, "Hm... Apa kau pernah mencintaiku?" detik itu juga Noah langsung berbalik menatap istrinya. Mengerutkan keningnya tidak percaya dengan pertanyaan bodoh yang baru saja di lontarkan oleh wanita yang baru saja duduk di sampingnya.

Apa dia bodoh? Bukankah sudah jelas bagaimana aku mengabaikannya selama ini? Bahkan aku meninggalkannya selama 7 bulan tanpa kabar, apa dia benar-benar tidak tau tentang itu?

"..."

"Hm, Noah?" panggilnya kembali.

"..."

"Aku hanya penasaran. Selama 5 tahun pernikahan kita, mungkin saja kau—"

Let's Get Divorced, NoahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang