05

1.2K 199 8
                                    

Siang berganti malam, bertempat di Game Center Taehoon merenungi dirinya yang bersikap egois seperti anak kecil kemarin malam. Hati dan pikiran nya terus bertentangan yang membuat pemuda itu merasa bingung dengan dirinya sendiri.

Terlintas di pikirannya, ia teringat akan obrolan dengan sang ayah, "Menurut ayah, Lee Dowoon itu bagaimana?" pertanyaan Taehoon cukup membuat Hansoo terheran.

Mengapa sangat tiba tiba seperti ini? atau karena anaknya rindu dengan teman lelakinya yang sudah lama tidak berlatih di Dojang? entahlah.

"Dowoon adalah anak yang baik, terlalu baik sampai jadi kasihan"

"..."

"Dia tidak tahu apa yang sebenarnya dia inginkan, dan terpaksa belajar sesuai yang di perintahkan seperti boneka. Anak yang begitu malang, dia begitu jauh dari kata bahagia... padahal dia tak harus hidup seperti itu.

Makanya, anakku Taehoon. Kau harus menjaga Dowoon, ya? tidak mungkin [name] bisa melindunginya dengan dari banyak hal. Jadi kau yang harus bertindak"

Hansoo menjelaskan begitu panjang dan lebar seraya mengusap kepala sang anak, sejak kecil Taehoon sangat anti sekali dimanjakan sampai sampai membuat Hansoo terheran.

Dan ini adalah kesempatannya untuk sedikit memberinya sikap manis yang sejak dulu selalu ia tahan."Sudah ku bilang jangan sentuh kepala ku!"

Rasa bimbang terus menerus menghantui Taehoon, ia sangat merasa bersalah dengan sikap egoisnya. Sudah hampir seminggu Dowoon tak menghubungi nya semakin membuatnya merasa risih dengan perasaan bersalahnya.

"Apa aku harus menghubunginya duluan?... aku kan Sabeom! sangat disayangkan sekali padahal hari ini ada ujian kenaikan sabuk. Mengapa hanya [name] yang datang sendirian dan dimana Dowoon harusnya kan dia menjaga gadis itu juga—arghh!... sialan!.. dasar bocah bodoh—"

Ditengah kebingungannya nya tiba tiba seseorang menanggilnya yang membuat Taehoon menoleh berharap jika itu adalah Dowoon

"Taehoon!"

"Dowoon?—"

Sangat di sayangkan itu bukanlah seseorang yang ia harapkan, melainkan anak buah dari Jung-Chan yang kebetulan sekelas dengannya.

"Ow ow aku bukan Lee Dowoon tau!"

"Kenapa mengajak ku berbicara bangsat!"

"Hihi kemunculan ku berlebihan ya?!.. tapi bukan itu yang penting Taehoon!.. Lee Dowoon dibawa oleh Jung-Chan.. aku juga disuruh segera menjemputmu!—"

"Kau!... maju kau"

"T—tunggu Taehoon, kenapa aku!.."

"Apanya yang kenapa bocah?! cepat tunjukan jalannya!"

Taehoon menarik paksa kerah pakaian pemuda itu lalu menyuruhnya menentukan arah jalan. Tak lama berjalan langkah nya terhenti ketika mengingat sesuatu.

"Sebentar.. dia kan jago bertarung, kenapa aku harus menolong nya? mau pakai 1080 derajat atau tidak terserah dia saja"

Taehoon melepaskan cengkraman nya lalu hendak kembali duduk di depan layar monitor namun ponselnya berdering dan tertera nama Dowoon di layarnya.

"Tuh kan, dia sudah membereskan nya lalu menelepon"

Menyentuh layar ponselnya untuk menjawab panggilan, Taehoon mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"Hmm, apa? aku sibuk nih!" sesaat tak ada jawaban sebelum suara menjengkelkan terdengar dari seberang.

"Taehoon, ini aku!" mendengar suara Jung-Chan membuat pemuda itu langsung tersulut emosi.

"Kenapa ponsel Dowoon ada padamu, hah?!.."

"Lho iya ya? Dowoon kenapa ya~ oh dan satu lagi aku menemukan seorang gadis cantik yang sepertinya akan ku jadikan pelacur—"

"DASAR GILA!.. dengar, aku datang bukan karena kalian tapi karena mereka!"

"Kalian dengar kan?.. dia akan datang kesini~ hahaha!"

Taehoon segera bergegas pergi ke tempat tujuan sedangkan [name] di bekap dan Dowoon di hajar habis habisan. "Terima ini sampai dia datang!" sentak Jung-Chan seraya terus menghajar tubuh Dowoon.

[Name] menangis sejadi jadinya, ia tak bisa melakukan apapun. Mulutnya dibekap, tangan dan kakinya pun diikat juga matanya yang ditutup menggunakan kain hitam. Gadis itu hanya bisa berharap jika Taehoon tak akan datang terlambat.

"Kau takut kami ada banyak?.. coba lakukan, Balchangi Dowoon"

"Tidak! sekarang aku tidak memakai Taekwondo lagi"

"Hoho? iya~ jangan"

Rintikan hujan menemani tangisan [name] semakin menjadi ketika mendengar suatu benda tumpul menghantam kepala Dowoon yang membuat pemuda langsung membuat nya terkapar. Pusing, dan nyeri menjadi rasa yang dominan di kepala Dowoon.

"Bangun bangsat!"

"Dia lagi akting tuh! hahaha"

"Hei! bangun bocah!"

Aku kena apa.. kenapa pikiranku kosong begini? sangat aneh..

"Kenapa Jung-Chan"

"Oh... LARI!"

"Hah?"

Kalau aku tidur sebentar, apa akan membaik setelah bangun nanti?

"LARI TEMAN TEMAN!"

Kalau begitu... aku akan tidur sebentar.

Tak ada suara bising yang terdengar membuat [name] semakin khawatir, "Suara suara itu menghilang.. Dowoon?.. apa kau baik baik saja?!.." jerit nya dengan susah payah namun tak ada jawaban sama sekali.

Rintikan hujan semakin deras begitu juga cairan merah yang mengalir dari kepala Dowoon dan menghiasi jalanan aspal tempatnya terkapar.

Kain hitam yang menutupi mata [name] perlahan menjadi tembus pandang membuatnya samar samar dapat melihat tubuh sahabatnya itu terkapar lemas.

"Do—.. Dowoon, hiks.. DOWOON!" tak bisa berbuat banyak, [name] hanya bisa menangis seraya terus memaki pada dirinya sendiri. Lemah, ia tak bisa menjaga Dowoon! Seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.

 Lemah, ia tak bisa menjaga Dowoon! Seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Tinggalkan jejak Vote and Comment okay?
So sorry bad typing

He's My Badboy Seong Taehoon [Slow up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang