Beberapa polisi sampai di kantor, dengan senang hati Seongjoon menyerahkan dirinya. Ia di borgol lalu di giring menuju ke dalam mobil, namun sebelum ia benar benar masuk ke dalam mobil Seongjoon sempat mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Hobin terdiam.
"Oh ya, Hobin. Aku tak tahu kapan tapi lain kali jika kita bertemu kita tak perlu berbicara formal, ya? dan satu lagi.. tolong katakan pada [Fullname] bahwa aku begitu mencintainya dengan tulus"
Dengan begitu Seongjoon di bawa pergi oleh para polisi bersamaan dengan hujan deras yang mulai mengguyur kota, Hobin dan Jjiksae menyandarkan tubuhnya di dinding sembari mengobrol dengan suasana hati yang teras buruk.
"Jjiksae.. sekarang semua sudah selesai, kan?" tanya Hobin sembari menundukkan pandangan nya, Jjiksae menghela nafas sesaat sebelum ia menjawab pertanyaan dari rekan sekaligus teman nya itu.
"Iya, sudah. Polisi kan sudah datang dan menangkapnya"
"...Maaf, ya. Karena aku kalian jadi terluka-"
"Ah sudahlah, lagipula mana ada orang yang selamat setelah menggangu Yakuza?"
"Tadi kau merekam apa?"
"Oh tadi aku merekam untuk berjaga jaga, barang kali bisa di gunakan sebagai bukti"
Hobin tersenyum, dan perlahan mulai menaikkan pandangan nya menatap ke arah Jjiksae. "Kau hebat ya, bisa merekam sambil menelepon polisi" ujar pemuda bersurai hitam itu.
Sontak Jjiksae mengernyit heran, "Huh? kau ini bicara apa? aku tidak menelepon polisi, aku menelepon ambulance" mendengar jawaban itu sontak membuat Hobin terdiam sembari menatap teman nya dengan raut wajah bingung.
"Ah sial, jangan jangan-Hobin! kau akan pergi kemana?!"
"Sebentar!"
•••
"Hobin, sebentar lagi aku akan mati. Padahal aku belum sempat memberikan setangkai mawar merah untuk kakak mu" gurau Seongjoon, di depan Hobin yang tengah menangis ini.
Beberapa saat lalu di tengah hujan deras itu Hobin berlari tanpa tujuan, ia mencari keberadaan Seongjoon dimana pun hingga akhirnya ia menemukan nya.
Pemuda dengan tatto yang terukir di tubuhnya itu tengah terduduk sembari menyandarkan tubuhnya di dinding pagar. Keadaan nya nampak mengenaskan dengan luka tusuk yang terpampang jelas di perutnya.
Hobin pikir Seongjoon akan menghajarnya namun ternyata dugaannya salah, pemuda itu justru menceritakan kisahnya yang sangat menyedihkan hingga membuat Hobin tak kuasa menahan tangisnya.
"Oh ya.. bagaimana kau tahu tempat ini?.. tidak seharusnya kau berada disini, bahaya cepat pulang" titah Seongjoon dengan suara yang begitu lirih, bahkan pandangan nya mulai buram.
"Kak... hiks.. a-aku merasa kasihan sekali pada kakak, tapi kakak tidak boleh d-dimaafkan hiks..karena kakak sudah membunuh orang, mana bisa itu diwajarkan. Jikalau orang seperti kakak tidak di hukum, m-maka orang lain di dunia ini pun tak akan di hukum.. hiks.."
Seongjoon terkekeh geli mendengar omelan Hobin barusan, jari jemarinya terangkat lalu mendekatkan kepala Hobin ke dadanya.
"..Ku kira kau anak kecil, ternyata kau lebih dewasa daripada aku. Ah jangan lupa ya.. katakan pada [Fullname] bahwa aku sangat mencintai nya" seutas senyum nampak terpatri di wajah tampan Seongjoon sesaat sebelum ia menutup mata untuk selamanya.
Hujan deras menjadi saksi bisu kematian pemuda dengan kisah menyedihkan nya itu, tak banyak orang yang tahu jika pemuda dengan tampang tegas dan tubuh kekar itu bisa menangis dan mengeluh di kala hujan turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Badboy Seong Taehoon [Slow up]
Fanfiction"Tolong bahagiakan dia sebagaimana kau membahagiakanku ku" [Fullname] gadis berparas cantik bak Dewi Yunani yang selalu menjadi pusat kebahagiaan dari banyak pemuda di sekitarnya. Original story : Taejoon Park Art : Kim Junghyun Editing Cover : Verr...