tujuh

439 7 0
                                    

Namanya Elena. Baiklah, Alea bodoh amat.

Alea : hai Elena.

Sapanya datar.

Elena : Nathan, liat. bahkan menyapa ku saja ekspresinya gak ikhlas begitu.

Adu wanita itu manja. Sementara Alea tampak enggan.

Nathan : Alea, ulangi dengan rela hati.

Tandasnya tajam.

Alea mendengus kesal, demi membela wanita itu Nathan bahkan menghujamnya yang notabene adalah istrinya. Dalam hati ia bertanya-tanya mengenai wanita itu.

Alea : hai Elena, selamat pagi.

Alea akhirnya menyapa wanita itu dengan nada lembut bersahabat, namun sebenarnya muak.

Elena : nah, gitu dong. Sangat sopan dan beretika.

Etika dia bilang. Apa wanita itu tidak berpikir bahwa bermesraan dengan suami orang melanggar etika. Dasar wanita busuk, batin Alea kesal.

Nathan : mulai hari ini, Elena akan tinggal di sini. Kau harus baik padanya.

Perintah Nathan barusan bagai geledek di tengah malam, mengagetkan.

Alea : tapi, si siapa dia?

Dengan susah payah Alea mengutarakan rasa penasarannya itu berharap Nathan tidak tersinggung.

Nathan : dia adalah pengantin ku.

Jleb, bagai ditusuk pisau hati Alea miris dengar penuturan Nathan. Apa maksudnya pengantin? Dan bagaimana dengan dirinya? Apa ia masuk dalam urutan pengantin juga? Atau malah lebih dari itu seperti istri kedua.

Tak pernah terbersit dihatinya jika ia akan menjadi istri kedua. Pantas saja saat menikahinya kemarin semua tampak mendadak, ternyata ini alasannya. Tak kan ada yang menduga jika pria dingin berwajah tampan itu sebenarnya beristri lebih dari satu.

Nathan : sudah ngomelnya?

Ucapnya masih dengan pandangan tajam.

Alea kembali dikagetkan dengan perkataan Nathan yang seakan bisa membaca pikirannya. Ia tertegun sambil menatap nanar.

Nathan : kenapa bengong? Cepat makan bistiknya jika masih sayang ayahmu.

Elena : sayang, aku rasa dia sama sekali tak mengenalmu. Apa dia tidak tau bahwa kau...

Nathan : Elena tutup mulutmu.

Elena : baik sayang, baik.

Wanita itu menurut, dia pun kembali menatap Alea yang tampak enggan memakan bistiknya.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Di sebuah gudang tua yang kosong dan gelap. Seorang pria terikat di kursi kayu dengan mulut serta mata tertutup kain. Pria itu tak kuat lagi melawan para penculik yang membawanya. Yang bisa dilakukan saat ini hanya menunggu orang dibalik semua kejahatan ini. Dan benar saja, delapan jam keberadaannya di sini membuahkan hasil.

Suara sepatu terdengar mendekat diikuti suara sepatu lainnya.

Anton : buka.

Perintah Anton ketika berdiri di hadapan Ramlan.

Seorang suruhan Anton membuka penutup mata dan sumpalan mulut Ramlan. membuat pria menyedihkan itu melihat dengan jelas sosok Anton di depannya.

Ramlan : tuan!!

Ada perasaan takut yang tak terelakan. Keringat dingin mulai bercucuran. Tubuhnya bergetar.

Anton : kau masih ingat aku, Ramlan.

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang