16

195 4 1
                                    

Nathan baru saja melempar pelayan rumahnya yang tak sengaja menjatuhkan sendok saat jam makan siang ini. Emosinya tak stabil, baik di parlemen maupun di rumah, rasanya tidak ada yang becus. Ditambah lagi ada beberapa dewan yang menyatakan pemberontakan terang-terangan, hal itu tentu semakin memperburuk keadaan.

Nathan : jika kau masih ingin kerja di sini? Kerja dengan baik!

Bentaknya kejam. Tangan kanannya mengarah pada si pelayan yang kesakitan. Sementara tangan kirinya mengepal kuat diikuti kilatan merah.

Morris dan beberapa pelayan lain yang melihat kejadian itu hanya diam. Mereka tak punya kekuatan cukup untuk menentang sang raja. Meski prihatin pada pelayan yang disiksa Nathan, nyatanya mereka tak bisa berbuat banyak.

Pelayan : ampuni saya, tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi.

Rintih pelayan kesakitan.

Nathan : masih berani menyela??!! Ku musnahkan, baru tau rasa kamu.

Nathan hendak melempar cahaya merah yang keluar dari tangan kirinya ketika sebuah tangan lain menahan.

Elena : Nathan, apa yang kau lakukan?

Nathan menoleh beringas.

Nathan : jangan ganggu aku, Elena. Biarkan aku menyelesaikan urusan ini.

Elena : urusan apa yang kau selesaikan, huh? Menyiksa pelayan mu?

Nathan : sebaiknya kau tidak ikut campur.

Mencoba melepaskan cengkeraman Elena. Namun, Elena makin perkuat genggaman.

Elena : bagaimana aku tidak ikut campur? jika calon suamiku jadi kejam seperti ini.

Nathan terdiam. Emosinya belakangan ini memang sulit ditebak. Rasanya dia ingin marah dan memusnahkan bangsa sendiri. Sejauh diketahui sang iblis terkuat itu, semua ini berawal sejak istri manusianya kabur dan tak diketahui keberadaannya.

Elena : tidakkah, kau berpikir jika kau terus seperti ini, para pemboikot di parlemen akan dengan senang hati menjatuhkan mu. Dan mengganti mu dengan kandidat pilihan mereka. Pikirkan itu Nathan, karirmu diujung tanduk.

Nathan pun berpikir demikian, sinyal-sinyal pelengseran telah banyak ia terima. Namun, karena sebagian anggota dewan maupun parlemen serta beberapa warga masih setia padanya, hal itu masih bisa dipertahankan. Mengingat apa yang tengah terjadi di rana kekuasaan semakin rapuh, dia pun meredam amarahnya.

Elena berhasil, senyumnya terukir indah.

Elena : pikirkan karirmu, sayang.

Suaranya dibuat selembut mungkin.. berharap sang raja iblis luluh padanya dan melupakan manusia lemah itu.

Nathan : lain kali, aku lihat hal itu lagi, jangan berharap belas kasihku.

Katanya pada pelayan yang sudah merosot dilantai dengan keadaan meringis merasakan sisa-sisa sakitnya.

Pelayan : saya tidak berani, tuan.

Jawabnya lemah nyaris tanpa suara.

Setelah itu, Nathan berbalik pergi ke ruang kerjanya, tak lupa Elena mengejar.

Di ruang kerja Nathan yang minim sekali cahaya. Tampak pria itu duduk sambil menopang dagu dengan kedua telapak tangannya. Pikirannya saat ini berpusat pada keadaan parlemen yang sedang gonjang ganjing. Isu mengenai kembalinya Leonel semakin santer. Iblis yang hilang itu berhasil ditemukan oleh para pengikut setianya. Dan hal itu tentu membuat posisi Nathan tak lagi aman.

"Astaga, ternyata kau di sini?" Ujar Elena sembari masuk.

"Cari tau, siapa saja pengikut Leonel yang bekerja di parlemen," suruh Nathan sebelum wanita itu sempat duduk.

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang