26

116 6 0
                                    

Baru akan membalik badan karena merasa pegal. Alea menangkap suara pintu dibuka. Ia terkesiap. Takut hal itu terulang.

Nathan : kau sudah bangun.

Suaranya terdengar mendekat.

Jantung Alea tak beraturan. Ia gugup.

Nathan : bangun dan minum ini.

Alea merasakan tubuh Nathan duduk di pinggiran kasur. Mau tak mau ia pun membalik badan menghadap pria itu.

Senyum Nathan terukir. Wajah pria itu tampak segar dan ceria. Salah satu tangan membawa gelas warna emas.

Nathan : kau baik-baik saja?

Alea diam. Ia bingung cari jawaban. Tubuhnya masih lemas, pegal-pegal dan nyeri berat di bagian vital.

Nathan : maaf, aku tidak bermaksud menyakiti mu.

Tangannya terulur menyodorkan gelas.

Alea : apa itu?

Perhatiannya jatuh pada gelas bawaan Nathan.

Nathan : pereda sakit.

Alea : benarkah?

Gadis itu bimbang. Selama tinggal di sini, ia jarang merasakan makanan atau minuman enak. Jadi, wajar keraguan yang harus dikedepankan.

Nathan : tentu saja, istriku.

Jemari Nathan membelai kening Alea lembut.

Nathan : minum, jika kau ingin segera sembuh.

Katanya menyakinkan. Alea menurut, sebab tak ingin debat kala kondisi lemah. Ia meraih gelas. Melihat isinya dan tanpa pikir panjang langsung minum.

Mimik Alea tampak nyengir jijik. Dalam hati ia merutuki prihal isi minuman. Kental, bau anyir dan rasa mirip comberan. Lambungnya menolak. Namun, ia enggan memuntahkan. Nathan mengawasi.

Nathan : bagus, itu baru istri terbaikku.

Belaian Nathan turun ke leher Alea.

💮💮💮💮💮💮💮💮

Butuh waktu berjam-jam bagi Justin agar bisa keluar dari tubuh ular raksasa itu. Tenaganya terkuras habis bahkan bergerak keluar dari mulut gua, ia harus merayap.

Lendir, darah dan bau tak sedap melumuri badannya. Sungguh perjuangan yang berat. Namun, ia puas bisa membela perut dan mengambil jantung ulat tersebut.

Cahaya pagi samar-samar memperlihatkan bagaimana Justin melahap jantung itu karena rasa lapar yang besar. Ia kalap tak mampu menahan lagi. Dalam waktu singkat jantung ular sebesar dua kepala manusia dewasa telah habis. Pencernaan yang enggan menerima makanan mentah ia paksa sedemikian rupa agar terpenuhinya syarat dari Alves.

Sekarang rasa ingin muntah mendominasi. perutnya memberontak. Namun, tangannya menutup mulut memblokade hal tak diinginkan terjadi.

Meski tersiksa, Justin tak menyesali, ia malah bangga karena telah berhasil sejauh ini dan masih selamat.

Justin : kau dan keluargamu akan menanggung semua ini, Alea. aku akan membalas perbuatan keluarga mu hingga tuntas.

Desisnya sembari sekuat tenaga menelan kembali santapan yang akan keluar.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

Fajar menyingsing di ufuk timur. Leonel beserta seluruh pasukan telah siap menggempur pertahanan Nathan. Tak peduli sehebat apa raja iblis ingusan itu Di mata warga sipil. Leonel pun tak bisa dipandang remeh. Hari ini sejarah akan tertulis. Perebutan tahta tertinggi bangsa iblis.

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang