dua puluh dua

170 4 0
                                    

Sepertinya apa yang ungkapkan si ular benar adanya. Bahwa gua ini memang punya jalan masuk tanpa memberi jalan keluar. Buktinya berlari kesana-kemari demi menghindari pemangsa, yang Justin lihat hanya terowongan satu ke terowongan yang lain. Mau sampai mati berlari pun ia tidak akan mampu menembus keluar dari gua ini. Ia terjebak dan mungkin jadi santapan ular raksasa itu.

Justin : bagaimana ini? Aku tidak ingin mati sia-sia di sini. Dendamku belum terbalas dan Alea masih selamat diluar sana. Padahal aku ingin melihat Alea hancur bersama keluarganya.

Lirihnya hampir putus asa. Namun, keinginan besar nan kuat membalas perbuatan keluarga Anton kembali berhembus membuat semangatnya berkobar tinggi. Pikirannya kembali fokus dan terus mencari jalan untuk menghadapi ular tersebut.

Sebuah ide melintas dibenaknya. Seutas senyum terukir.

Guna melancarkan rencananya. Justin ganti haluan berlari ke tempat awal.. cahaya senter yang kedap-kedip tak mau kalah dalam memberi petunjuk tempat tujuan. Jauh di lubuk hati, ia yakin bahwa cara itulah jalan menuju pulang. Larinya kian dipercepat tak peduli kelelahan bertambah kuat.

Justin : jangan menyerah, Justin. Kau harus tunjukkan pengorbanan ini tak sia-sia.

Begitulah semangat yang dibangun dalam dirinya.

Si ular yang merayap cepat dibelakang pun tak mau kalah. Menggunakan teknik licik, hewan itu mengibaskan ekornya ke depan. Sengaja menabrak tiang-tiang gua agar hancur untuk menutup jalan didepan Justin.

Justin yang terkejut mendapati serangan itu langsung panik luar biasa. Soalnya beberapa bongkahan batu nyaris mengenainya.

Justin : ular ini?! Benar-benar mau membunuhku.

Bergumam.

Untungnya ia berhasil menghindari bongkahan-bongkahan dengan selamat dan bak mendapat jackpot, akhirnya ia sampai ke tempat awal. Sebuah lanskap gua yang luas dengan lubang tinggi di atas.

Kini Justin tinggal mencari cara supaya bisa menggapai cela itu. Namun, sebelum menemukan ide, kepala ular raksasa telah muncul dari lorong sama seperti dirinya.

Justin : gawat!!

Tangannya meraba kantong bawaan guna mencari senjata untuk melawan si ular. Bersiaga apabila mendapat serangan.

Ular itu berdesis, kepalanya kian dekat dengan tubuh Justin yang mungil. Lama sudah dia tak memangsa manusia. Jadi, kali ini dia akan menggunakan kesempatan sebaik mungkin.

Dingin, itulah reaksi pertama Justin kala lidah ular menyentuh kulit. Pikirannya kacau sebab kematian didepan mata.

Tak perlu menunggu waktu lama, ular itu segera menggerakkan ekornya untuk melilit tubuh Justin.

Dingin, licin serta kasar dari sisik ular kian membalut Justin dari segala arah. Perlawanannya tak berguna. Ular itu terlalu besar sementara dirinya bagai semut yang akan mati dalam sekali injakan.

Apa seperti ini akhir hidupnya? Oh, ada penyesalan kala ia mengikuti saran Alves. Karena tanpa disadari ia menyetor nyawanya sendiri.

💮💮💮💮💮💮

Namanya Longpe. Ketua dari kelompok pemburu iblis termasyhur di kota tempat tinggal Kris saat ini.

Pria paruh baya itu menurut penuturan Lucy, mendirikan kelompok ini karena anak dan istrinya korban dari manusia serakah yang memilih bersekutu dengan iblis untuk mendapat kekayaan. Agaknya kisah sang ketua mirip seperti yang dialaminya sekarang. Ingin terbebas dari perjanjian menyengsarakan ini.

Mereka masuk ke sebuah rumah bergaya gotik, yang merupakan markas dari pemburu iblis.

Berbagai senjata serta media guna melawan serta melindungi diri dari serangan para iblis jadi pemandangan paling mencolok di ruangan.

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang