dua puluh tujuh

130 8 0
                                    

Di gedung parlemen. Pasukan elit kerajaan sudah bersiap menghadapi serangan pemberontak.

Ricardo : mana Nathan? Kenapa dia belum juga datang.

Enid : saya sudah menghubungi tuan muda. Tapi, belum ada jawaban.

Ricardo : anak itu, selalu saja ceroboh.

Kepanikannya kian membuncah tatkala melihat asap-asap hitam bermunculan di udara.

Ricardo : pasukan Leonel sudah datang. Kita harus siaga.

Enid : tuan muda belum memberi aba-aba. Sementara kita bertahan dulu.

Ricardo : kau sangat patuh sekali ya, sama Nathan.

Enid : itu sudah jadi tugasku, tuan besar.

Ricardo : bodoh.

Murkanya lalu pergi ke barisan elit.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

Di villa. Nathan sedang sarapan bersama Alea. Sikapnya santai seolah-olah tak terjadi hal genting di negerinya.

Alea : apa kau tidak pergi kerja?

Nathan : nanti.

Alea : di negeri mu itu, apa sama seperti di duniaku?

Nathan : kurang lebih sama.

Alea : apa di negeri mu ada makanan enak?

Nathan : ada, apa kau mau coba?

Alea : ah, tidak.

Mungkin enak menurut selera mereka. Sebagai contoh hidangan di rumah ini. Yang semuanya aneh.

Nathan : sebelum pergi, aku akan melatih mu.

Alea : jangan repot-repot. Biar Moris saja.

Nathan : Morris itu tidak profesional.

*
Paksaan itu membuat Alea berada di halaman belakang sekarang. Meski semalam dan tadi pagi diserang Nathan habis-habisan. Tubuhnya tak merasakan sakit seperti manusia normal lainnya. Tidak ada nyeri, perih, pegal-pegal atau jalan ngangkang. Tubuhnya fit dan bugar.

Makanya ia bisa berdiri tegap menghadapi Nathan.

Nathan : kau harus peka terhadap suara Shouya. Karena itulah cara terbaik menghindar.

Alea : Morris bilang suara Shouya umumnya seperti kilat.

Nathan : itu bentuk Shouya yang biasa. Semakin aneh suara Shouya makin berbahaya pula serangan yang dirasakan.

Alea : contohnya..

Nathan : tetap fokus dan peka pada suara. Aku akan menyerang mu.

Nathan lalu melontarkan shouya ungu kearah Alea. Yang berbunyi seperti seruling.

Alea berhasil menghindar. Agaknya ia mulai terbiasa dengan kekuatan Shouya ini.

Nathan tersenyum. Ia pun kembali menyerang beberapa Shouya dan semua berhasil dihindari Alea. Meski cukup melelahkan. Tapi, Alea senang bisa mempelajarinya.

Baru kali ini Alea merasakan sikap Nathan sedikit berubah. Dia tak sekasar dan sedingin biasanya. Apa karena mereka telah melakukan keintiman itu. Ah, lupakan mengingatnya saja sudah membuat hati Alea meleleh.

Nathan : kau harus fokus.

Tanpa disadari. Nathan telah memeluknya dari belakang. Mencium lehernya.

Alea : aku tertarik dengan Shouya kalian. Apa aku bisa memilikinya?

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang