delapan belas

182 6 0
                                    

Alea berusaha berdiri tegak. Entah siapa yang datang, dia sudah siap melawan.

Pintu bergerak dan masuklah Elena bersama anteknya.

Elena : halo Alea. Kita berjumpa lagi.

Alea : Elena, lepaskan aku.

Elena : kenapa harus melepas mu?  Kalo aku ingin kau membusuk di sini.

Terus berjalan maju.

Alea : kau...

Elena : Alea, biar ku jelaskan padamu. Dari awal Nathan membawamu ke villa itu, aku sudah membencimu.

Alea : kenapa? Bukankah kau tau, aku hanya tumbal.

Elena : kau memang tumbal, tapi tumbal yang istimewa.

Alea : istimewa? Pada akhirnya aku akan mati ditangan kalian.

Elena : memang benar, bahkan aku bisa mempercepatnya saat ini juga. Agar kau tak menghancurkan pernikahanku dengan Nathan.

Secepat angin. Elena memojokkan tubuh Alea ke dinding. Kukunya tiba-tiba memanjang, mencengkram kuat leher Alea.

Alea agak terkejut dengan kabar pernikahan itu. Mungkin karena hal penting itulah, Nathan tak memperdulikan dia yang kabur. Itu bagus...

Alea : kenapa kau berpikir bahwa aku akan menghancurkan pernikahan mu?

Elena : karena kau...

Tak melanjutkan Karena gengsi mengetahui kenyataan jika Nathan agak peduli dengan manusia lemah ini.

Frank : Elena, cepat selesaikan, waktu kita tak banyak.

Wade : terjadi pemberontakan besar-besaran di negeri iblis.

Maleo : posisi Nathan benar-benar terancam.

Elena : pergerakan mereka cepat sekali..

Frank : makanya cepat lakukan.

Kecemasan menghinggapi perasaan Elena. Pernikahan, pemberontakan serta manusia yang akan dibunuhnya ini, sungguh membuatnya sakit kepala. Emosi yang campur aduk begini tak ubahnya mengendarai kendaraan tanpa minat. Dia lengah.

Dan tentu saja itu kesempatan Alea agar bisa lolos dari kematian hari ini. Dengan cepat dia menyingkirkan tangan Elena dari lehernya. Kebetulan bersamaan dengan itu, kalung pasir pemberian wanita kala di tepi hutan terlepas dan jatuh ke lantai.

Alea yang berhasil lolos dari cekikan Elena bergeser ke pojok. Sedang iblis wanita itu, bak terbangun dari tidur tampak terkejut atas apa yang barusan Alea lakukan.

Alea : aku tidak sudi mati di tanganmu.

Elena : manusia lemah, beraninya kau....

Elena mengeram membuat seisi ruangan bergetar hebat. Dia segera bergerak ke tempat dimana Alea berdiri. Bersumpah dalam hati akan melenyapkan manusia lemah  dihadapannya. Saat ini juga.

Ketika Elena mengeluarkan kekuatan jerat kematian yakni berupa kilatan cahaya biru.

Diantara nyata dan halusinasi, sebuah siluet tiba-tiba muncul di depannya. Melindungi Alea dari kematian.

Elena : Na, Nathan...

Cahaya biru yang mengarah ke Alea ditangkis oleh Nathan dalam sekali gerakan tangan.

Frank : Nathan?!

Wade : bagaimana bisa?

Maleo : lenyap sudah kita hari ini.

Kaget parah. Terlebih Elena, karena ketahuan akan melenyapkan Alea.

Nathan : Elena? Tak kusangka kau yang selama ini menyembunyikan Alea.

Gairah Suami DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang