~°°°~°°°~
Welcome in new story
Ayo... Sebelum baca, vote dulu ya guys. Makasih.
~°°°~°°°~
Sedari awal, ini sudah menjadi hal berat untukku. Namun, aku yakin bisa menjalaninya dengan baik.
🪐🪐🪐
"Tuan Putri Auris bersediakah kamu ikut bersamaku? Tinggal di istana yang akan menjadi tempat tinggal masa depan kita." Seorang lelaki muda, yang merupakan pangeran berlutut sembari mengulurkan tangan. Seperti mengajak Auris pergi bersamanya.
Auris terdiam terlebih dahulu, menatap sosok pangeran tampan di hadapannya itu. Ia berusaha mencerna setiap perkataan lelaki itu.
Beberapa menit kemudian, setelah ia cukup berpikir sepertinya tak ada salahnya menerima ajakan dari pangeran itu.
Auris mengangguk, tanda ia menyetujui permintaan lelaki muda dan tampan itu. Kemudian, ia meletakan tangannya menerima uluran tangan pangeran sebagai tanda bersedia ikut pergi bersamanya.
Senyum mengembang menghiasi bibir gadis manis itu. Ia sekarang merasa amat bahagia, karena impiannya tercapai. Bisa menjadi seorang putri serta mempunyai kehidupan kaya raya dan bahagia.
Ia pun berjalan pergi bersama pangeran beserta dengan beberapa pengawalnya menuju istana masa depan yang akan menjadi awal kehidupan barunya.
Akan tetapi, saat Auris mulai berjalan bersama dengan pangeran. Tiba-tiba ia terjatuh, lalu pangeran melepas genggaman tangannya pergi meninggalkannya.
"Pangeran... Tunggu! Jangan tinggalin saya." Auris terus berteriak, tapi lelaki muda itu tak menghiraukan perkataan serta panggilannya.
Pletak!
Auris mulai membuka matanya, sadar dari alam bawah sadar yang menurutnya sangat indah itu. Ternyata ada seseorang yang menyentil keningnya cukup keras.
"Pangeran... Tunggu!" Auris masih menggerutu mengucapkan kalimat yang ia lontarkan sebelumnya.
"Auristela... Ini saatnya kamu belajar! Bukan malah tidur pada jam pelajaran saya!"
Lelaki paruh baya menatap tajam Auris, yang masih belum sepenuhnya sadar dari mimpi indah yang selalu menjadi impiannya.
Auris berusaha mengumpulkan nyawa, kemudian menatap ke arah kanan serta kirinya. Gadis itu menghela napas, tak nyaman dengan tatapan tajam dari gurunya yang menatap seperti ingin memangsanya.
"Maaf, pak." Auris hanya bisa mengucapkan kalimat itu, karena ia tak mempunyai ide lain. Meskipun, ia tahu akan tetap mendapat hukuman berat dari guru Matematika di sekolahnya itu.
Pak Harto menghela napas, menyadari salah satu siswinya itu memang tidak mau memperhatikan apa yang ia ajarkan. Justru, memilih tidur saat jam pelajarannya.
"Keluar sekarang juga! Lari keliling lapangan sebanyak lima kali." Pak Harto memerintah Auris dengan tegas.
"Sekarang, pak?" Dengan polos Auris masih menanyakan tentang hukuman yang ia terima.
"Tahun depan! Sekarang juga saya bilang kamu keluar dari kelas!" Kali ini, kesabaran pak Harto sudah tidak bisa dibendung.
Semua murid yang ada di kelas Auris tertawa, melihat sikap polos gadis itu. Ada yang merasa prihatin, adapula yang seperti mengejek dan senang melihat penderitaan Auris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...