❤️❤️❤️
Hatiku akan selalu bergetar bila berada di sampingmu. Saat bersamamu, di manapun itu berada. Karena, dalam hatiku sudah terukir namamu. Yang selalu membuatku bergetar, dan tak bisa berpaling.
❤️❤️❤️
"Kak... Boleh tanya sesuatu, nggak?" Auris mulai pembicaraan dengan Ravin. Kekasihnya.
Auris serta Ravin sekarang sedang berada di ruang tamu. Tepatnya, duduk pada sofa ruangan itu dengan posisi Auris menyender pada bahu kekasihnya.
"Boleh banget. Emang, kamu mau nanya apa, yang?" Ravin sembari memainkan jari jemari Auris yang ada di genggaman tangannya.
Auris terdiam sejenak, sedikit ragu akan menanyakan hal yang sedari dulu membuatnya penasaran. Namun, sepertinya ia memang harus menanyakan hal itu pada Ravin. Kekasihnya.
"Dulu banyak yang datang buat ngaku-ngaku jadi anak papa Lian sama mama Mita, ya? Mereka cantik-cantik, nggak?" Auris mulai memberanikan menanyakan hal itu pada Ravin. Kekasihnya.
Ravin tersenyum mendengar penuturan yang keluar dari mulut Auris. Sepertinya, kekasihnya itu mulai penasaran dengan para gadis yang pernah mengaku sebagai anak dari sahabat orang tuanya.
"Mau jawaban jujur atau nggak, yang?" Ravin tersenyum, sembari menggoda Auris. Tahu, bila kekasihnya itu malas berbasa-basi. Akan tetapi, ia sekarang sangat suka melihat raut wajah saat kesal karena bertambah menggemaskan.
"Terserah kakak aja, deh!" Auris mengatakan itu sembari memasang wajah cemberut. Lantaran, ia tak langsung mendapat jawaban pasti dari Ravin. Kekasihnya.
Ravin perlahan menarik tubuh Auris ke dalam dekapannya. "Cantik itu relatif, sayang. Tapi... Mereka nggak ada bikin aku tertarik. Beda, pas aku dekat sama kamu. Lagian, di mataku sekarang kamu paling cantik selain mama."
Diam-diam Auris tersenyum dalam dekapan Ravin. Ia bahagia, bisa mempunyai orang spesial seperti Ravin. Meskipun, dulu cowok itu sangat dingin kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu semua bisa berubah. Bahkan, ia sekarang sudah menjalin hubungan istimewa dengan Ravin.
Setelah itu, Auris mendongak menatap Ravin yang sedari tadi mengelus kepala serta rambutnya dengan lembut. "Makasih, kak."
Kini, Ravin serta Auris saling pandang sembari tersenyum satu sama lain.
"Ekhem." Suara itu, membuat Ravin maupun Auris beralih menatap orang yang baru saja mengeluarkan suara di sana.
Sepasang kekasih itu tersenyum, menatap orang yang sudah berada di samping mereka.
"Dari mana, Dek?" Ravin tersenyum, sembari menatap ke arah Levin. Adiknya. Yang terlihat dari arah luar rumah.
"Dari lapangan, kak. Habis main basket sama Jinan. Lain kali, jangan berduaan doang. Takutnya, nanti ada setan lewat bahaya. Mana tadi udah saling tatap sambil senyum-senyum. Kalo gue nggak datang pasti udah nempel tuh bibir kalian." Levin sedikit memperingatkan serta meledek Ravin dengan Auris.
"Gue nggak semesum itu, ya." Ravin tak terima dengan perkataan adiknya. Akan tetapi, ia memang terkadang suka terbawa suasana bila hanya berduaan dengan Auris. Namun, ia tetap bisa melihat tempat, situasi, serta kondisi yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...