[06] Waspada

105 94 14
                                    

🪐🪐🪐

Ingatlah... Kita perlu waspada dalam menjalani hidup. Karena, banyak bahaya serta rintangan menghadang. Tidak boleh, terlalu gampang percaya dengan orang asing. Itu bisa saja, membahayakan diri kita.

🪐🪐🪐

Ravin mendongak memperhatikan area sekitarnya. Tak menyangka, ada orang yang asing berani duduk di sampingnya tanpa meminta izin kepadanya. Namun, ia tak mau langsung mengusirnya secara paksa. Ingin memberi peringatan terlebih dahulu.

Perlahan namun pasti, Ravin menumpahkan air susu yang ia minum kepada rok Linda. Seketika, membuat Linda kaget sekaligus menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana. Akan tetapi, itu tidak mengagetkan bagi Galen, Jendra, Heksa, Levin, maupun Jinan. Karena, mereka berlima sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan Ravin. Terlebih, mereka tahu bila Ravin sangat tidak menyukai orang asing duduk di sebelahnya.

"Ngapain masih di situ?" Tanpa rasa bersalah, Ravin mengatakan itu kepada Linda dengan wajah datar serta dinginnya.

Linda yang tadi sudah bisa tersenyum bisa bergabung dengan Auris. Tiba-tiba senyumnya hilang, akibat ulah Ravin. Kejadian itu menjadi tonton semua orang yang ada di kantin.

Dengan cepat sekaligus pasrah, Linda bangkit dari duduknya lalu pergi dari hadapan Ravin, Auris, dan lainnya. Ia merasa sangat malu.

Auris menatap Ravin, tak habis pikir dengan ulah cowok itu yang sangat keterlaluan. Namun, Ravin hanya diam kembali fokus pada susu kotaknya.

"Kak Ravin pasti sengaja ngelakuin hal kayak tadi ke Linda, kan? Jahat banget sih, padahal baru aja gue punya temen." Auris merasa kesal dengan tindakan yang telah dilakukan Ravin kepada Linda. Merasa tak enak pada Linda, Auris memutuskan untuk menyusul Linda yang sepertinya pergi ke toilet membersihkan rok seragamnya.

Ravin tetap diam, meskipun Auris sudah melangkah meninggalkan kantin. Tak peduli, apa yang akan dipikirkan oleh semua orang yang ada di sana tentang dirinya.

"Cewek yang tadi rok-nya basah bukan siswi baru, kan?" Heksa berusaha memulai obrolan pada situasi hening yang sedang terjadi.

"Siswi lama, kok, kak. Tapi... Mungkin dia lupa kali kalo kak Ravin nggak pernah suka ada orang asing duduk di sebelahnya." Levin berpikir positif melihat sosok Linda, yang selama ini pendiam.

"Kayaknya dia terlalu pendiam, sama nggak tau sama berita itu." Jinan menambahi perkataan Levin, sembari menebak bila Linda memang sangat pendiam. Jarang berinteraksi dengan orang.

"Dia emang pendiam, tapi bakalan manfaatin Auris biar bisa dekat sama kita." Kali ini, Ravin-lah yang berbicara. Ia merasa bila teman sekelas Auris, Levin, serta Jinan itu memiliki niat jahat.

Galen mengangguk, ia merasa Linda akan lebih gampang memanfaatkan Auris karena gadis itu mempunyai sifatnya yang polos. "Mulai sekarang awasin tuh cewek. Gue takut Auris kenapa-kenapa."

"Udah gede, ngapain harus dijagain. Lagian, harusnya dia bisa jaga diri sendiri." Jendra dengan nada bicara sinisnya.

"Jen... Hati-hati sama omongan lo. Gue tahu, lo nggak suka sama kehadiran Auris di antara kita. Gue takutnya, malah nanti lo jatuh cinta sama dia baru tau rasa." Heksa selalu berbicara apa yang bisa saja terjadi.

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang