❤️❤️❤️
Kita harus percaya bila sebuah kebahagiaan akan didapat. Meskipun, itu tidak mudah dalam menjalani sebuah prosesnya. Namun, kita harus yakin semua akan indah pada waktunya. Karena, takdir tidak pernah salah dalam menentukan sebuah kebahagiaan.
❤️❤️❤️
Hari ini, Auris pulang bersama Ravin. Karena, Ravin berniat ingin menghabiskan waktu dengan Auris. Kekasihnya. Cowok itu sudah lama tidak pergi berdua bersama kekasihnya itu.
"Gue duluan, ya." Ravin tersenyum ke arah Levin serta Heksa yang terbiasa pulang bersama Auris. Ia memegang erat tangan Auris dengan erat. Seperti tak mau melepaskan kekasihnya itu.
Levin tersenyum, melihat raut wajah bahagia Auris dan Ravin. Kakaknya. Ia tahu, pasangan kekasih itu memang jarang menghabiskan waktu berdua. Karena, Ravin sibuk membantu pekerjaan papanya di kantor. "Hati-hati di jalan, have fun ya, kak."
Ravin tersenyum, mendengar perkataan adiknya yang selalu bisa mengerti keadaan. "Oke, siap. Makasih, Dek."
"Kalian mau pergi kemana, sih? Gue boleh ikut nggak? Kayaknya asik kalo pergi bertiga." Heksa sedikit menggoda Ravin serta Auris. Padahal, ia tahu pasangan kekasih itu membutuhkan waktu bersama berdua.
"Mending kak Heksa cari pacar dulu, deh. Biar nanti kita bisa double date, kak." Auris tersenyum, sembari sedikit meledek Heksa. Meskipun, ia hanya bermaksud bercanda. Akan tetapi, itu cukup membuat Heksa cemberut merasa tersindir dengan perkataan gadis itu.
"Wah... Ada yang udah berani ngeledek, nih. Padahal, biasanya kalo kesepian pacarnya nggak pernah ngajak jalan curhatnya ke gue. Emang dasar manusia suka lupa situasi dan keadaan." Heksa sedikit menyindir Auris. Walaupun, niatnya hanya bercanda. Karena, ingin melihat raut wajah cemberut Auris yang menggemaskan ketika sedang kesal.
"Kak Heksa nggak ikhlas nih ternyata jadi tempat curhat gue? Oke kalo gitu, gue doain nggak dapat pacar-pacar, deh. Biar tahu rasa, jomlo mulu." Tebakan Heksa benar, Auris langsung sebal dengan dirinya yang sudah meledek serta menyindirnya. Akan tetapi, reaksi gadis itu sangat menggemaskan. Wajar saja, bila Ravin terpikat pesona Auris. Padahal, Ravin bukan tipe cowok yang mudah jatuh cinta.
Ravin tersenyum mendengar sekaligus melihat percakapan yang terjadi diantara Auris dengan Heksa. Ia bisa memaklumi kedua orang itu pasti tidak akan bisa diam. Pasti ada saatnya saling meledek satu sama lain. Itu sudah menjadi hal wajar terjadi. Mengingat sifat keduanya terkadang bertolak belakang.
"Udah, yang. Mending kita jalan sekarang, biar nanti nggak kesorean. Walaupun, emang nanti bakalan pulang malam, sih. Tadi, aku udah izin sama papa sekaligus mama mau pergi sama kamu sampai malam." Ravin dengan lembut mengelus kepala Auris yang sudah menjadi kekasihnya penuh kelembutan serta kasih sayang. Ia tak mau, bila Auris semakin kesal dengan Heksa yang masih terlihat meledek gadis itu.
"Oke. Sebenarnya, kita mau pergi kemana, sih? Hm... Nggak bakalan ke tempat aneh-aneh, kan?" Auris mulai mempunyai pemikiran tidak-tidak. Mengingat keduanya memang jarang pergi berdua. Meskipun, ia tahu kekasihnya tidak mungkin mengajaknya ke sebuah tempat berbahaya.
"Tunggu aja. Nanti kalo aku kasih tahu nggak surprise lagi, dong. Jadi, mending sekarang kita langsung pergi jalan aja, ya." Ravin kembali mengelus kepala Auris dengan lembut, lalu menggandeng serta menarik tangan kekasih untuk pergi meninggalkan area parkir sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...