[26] Pantang Menyerah

45 29 16
                                    

🪐🪐🪐

Aku tidak akan menyerah mendapatkan maaf darimu. Karena, aku yakin kamu mempunyai hati serta perasaan. Sehingga, nanti mau dengan tulus memaafkan kesalahanku. Meskipun, mungkin itu sangat mengecewakan. Namun, aku melakukan hal itu tidak bermaksud menyakiti dirimu.

🪐🪐🪐

Beberapa hari kemudian. Setelah Ravin mengetahui rencana Heksa. Ravin benar-benar kecewa dengan tindakan yang dilakukan Heksa bersama Auris. Sehingga, sudah dua hari ini Ravin tidak tinggal di rumah Hendri. Ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu untuk mulai hidup mandiri.

Rasa bersalah semakin menggerogoti Auris. Bagaimana tidak, karena dirinya Ravin pergi dari rumah. Ia memang tak sepenuhnya salah. Akan tetapi, tetap saja ia merasa sedih. Apalagi, ia belum mendapatkan maaf dari Ravin. Bahkan, setelah kejadian Ravin memergokinya ingin membatalkan perjanjian Heksa. Cowok itu, sama sekali tak pernah mau berinteraksi dengannya. Menatapnya saja enggan, itu semakin membuat Auris bersedih. Entah kenapa, hatinya merasa sakit serta gelisah belum bisa mendapatkan maaf dari Ravin.

Sepertinya benar, rasa kecewa Ravin sudah teramat dalam kepadanya. Padahal, ia sama sekali tidak berniat mempermainkan hati cowok itu. Auris selalu nyaman saat berada di dekat Ravin. Sehingga, sekarang Ravin sudah menjauh darinya. Entah kenapa, ia merasa sangat merasa kehilangan sosok Ravin. Meskipun, cowok itu bersikap tak acuh kepadanya.

Pulang sekolah. Pandangan mata Auris sekarang tak sengaja melihat sosok Ravin sedang berada di parkiran. Sepertinya, cowok itu akan pulang ke tempat tinggal barunya. Auris melihat area sekitar, rasanya ingin menghampiri Ravin. Namun, ia yakin cowok itu akan memarahinya.

Belum sempat ia melangkah, Ravin sudah melajukan motor miliknya. Dengan cepat, Auris memutuskan untuk mengikuti Ravin, menggunakan ojek yang ada di depan sekolah. Tak peduli, bila nanti Ravin akan marah atau hal buruk lainnya. Namun, ia akan terus berusaha mendapatkan maaf dari Ravin. Terlebih, selama dua hari belakangan ini ia sama sekali tak bisa berinteraksi dengan Ravin.

Sepuluh menit kemudian. Ravin berhenti tepat di depan sebuah kafe. Lalu, Ravin terlihat mengobrol dengan Jefri.

Perlahan, setelah turun dari ojek serta membayarnya. Auris mulai berjalan mendekat ke arah Ravin serta Jefry sembari memegang susu kotak kecil. Ia harus bisa mengobrol sekaligus meminta maaf kepada Ravin. Meskipun, perasaannya gelisah saat semakin mendekat ke arah Ravin. Namun, ia harus kembali meminta maaf.

"Vin... Gue masuk duluan. Tuh... Ada cewek lo datang." Jefry tersenyum seperti meledek kepada Ravin, saat cowok itu melihat Auris mulai mendekat.

Ravin berusaha mencerna perkataan Jefry. Lalu, berbalik badan melihat Auris sudah berada di sana.

"Hai, kak." Auris memberanikan menyapa serta memulai pembicaraan dengan Ravin.

Ravin hanya diam. Sembari diam-diam memperhatikan Auris. Tak menyangka, bila gadis itu bisa berada di sana. Sepertinya, Auris mengikutinya secara diam-diam. Ia tak suka, bila ada orang yang penasaran dengan kehidupannya. "Ngapain ke sini?"

Auris terdiam mendengar respon dingin dari Ravin. Tahu, bila Ravin pasti akan memarahinya setelah ini. Namun, ia harus berusaha tetap tenang. Tujuannya, mendapatkan maaf dari Ravin. Jangan sampai kembali membuat cowok itu kecewa dengannya.

"Buat kakak." Dengan sedikit ragu, Auris menyodorkan susu kotak yang ia bawa ke arah Ravin.

Ravin menepis minuman itu, sampai terlempar beberapa meter dari sana. Auris menghela napas melihat tindakan Ravin.

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang