[21] Tanggung jawab

63 38 19
                                    

🪐🪐🪐

Menjadi dewasa tidaklah mudah. Terlebih, mendapat tanggung jawab cukup besar. Kita harus melaksanakan apa yang sudah dipercayakan kepada kita sebaik mungkin. Meskipun, semua itu tidak mudah. Namun, kita harus berusaha melakukan yang terbaik.

🪐🪐🪐

Seperti yang dikatakan Jendra. Ia benar-benar mengantarkan Auris sampai dengan selamat di rumah Ravin. Ia sadar, bila Auris memang gadis baik meskipun bisa dibilang bodoh sekaligus polos. Namun, ia bisa melihat kebaikan Auris sangat tulus tanpa memandang apapun.

"Udah sampai, masuk sana!" Jendra memerintah Auris keluar dari mobilnya, lalu menyuruh gadis itu masuk ke rumah Ravin.

Auris menyunggingkan senyum, "Iya, kak. Makasih udah mau nganterin sama rumah."

"Hm."

Auris keluar dari mobil Jendra, kemudian melangkah masuk ke rumah Ravin.

"Tuan putri dari mana aja? Nggak terjadi apa-apa, kan?" Levin dengan nada khawatir menyambut kedatangan Auris.

Auris tersenyum, tahu bila Levin sangat peduli serta memperhatikannya. "Gue nggak apa-apa, Le. Buktinya masih utuh pulang ke rumah ini."

Auris sengaja tidak memberitahu, bila ia sempat akan diculik oleh seseorang bertopeng di taman. Karena, ia tak mau membuat Levin terlalu mengkhawatirkan. Yang terpenting, sekarang semua baik-baik saja.

"Pokoknya, kalo ada apa-apa harus cerita sama gue." Levin memperingatkan Auris, agar tidak menyembunyikan apapun darinya.

"Siap, Le."

"Kayaknya... Tadi lo dianter kak Jendra, ya? Kalian habis jalan berdua?" Raut wajah Levin mendadak cemberut, sempat melihat Jendra mengantarkan Auris.

"Iya. Kak Jendra nganterin gue, tapi kita nggak pergi berdua. Tadi, nggak sengaja ketemu di jalan, pas kak Jendra dikeroyok sama preman." Auris mengatakan hal yang sebenarnya sudah terjadi pada Jendra.

"Hah? Kak Jendra dikeroyok sama siapa? Dia baik-baik saja, kan?" Levin merasa khawatir dengan keadaan Jendra. Meskipun, tahu bila Jendra bukan cowok lemah.

"Kak Jendra cuma luka dikit, pasti bakalan cepet sembuh, kok."

"Syukurlah kalo gitu... Tuan putri mending istirahat aja. Soalnya, sekarang udah malam. Biar, nanti makan malamnya dianter ke kamar aja." Levin memberikan perhatian yang teramat besar kepada Auris. Ingin membuat gadis itu nyaman tinggal di rumahnya.

"Oke."

🪐🪐🪐

Keesokan paginya. Sepertinya, hubungan Auris dengan Ravin masih tidak baik-baik. Terlihat, bila keduanya tak ada yang mau saling menyapa maupun menatap satu sama lain. Auris memilih berangkat satu mobil bersama Jendra, Galen, serta Jinan. Tidak seperti biasanya, yang akan satu mobil dengan Ravin.

Dalam perjalanan, Levin serta Heksa berusaha berbicara dengan Ravin. Agar, Ravin tidak boleh bersikap terlalu dingin serta cuek kepada Auris.

"Sepi ya... Nggak ada tuan putri di sini." Heksa sedikit menyindir, meskipun biasanya juga tidak terlalu banyak obrolan saat ada Auris. Akan tetapi, keberadaan Auris bisa membuat suasana lebih ramai di mobil Heksa. "Gara-gara lo nih pasti, Vin. Makanya, tuan putri milih ikut mobil Jendra."

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang