🪐🪐🪐
Sejak kehadirannya, hidupku tidak pernah tenang. Bahkan, dia selalu membuatku naik darah. Namun, aku harus bisa sabar menghadapi segala hal yang berkaitan dengannya.
🪐🪐🪐
Bella meninggalkan Auris, kembali ke bangku miliknya. Takut bila guru tiba-tiba datang mengetahui perjanjian yang dilakukan dengan Auris.
Auris menghela napas, berusaha tenang. Meskipun, ia sekarang dalam masalah besar. Ia membutuhkan tutor untuk belajar, agar mendapatkan nilai lebih tinggi dari Bella.
"Nanti gue bantuin lo, Ris." Linda tersenyum, kepada Auris. Ia tahu, bila Auris tidak akan mudah mendapatkan nilai tinggi karena semua itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Auris sedikit merasa lega mendengar penuturan dari Linda. Ia harap, mendapatkan bantuan Linda bisa membantu dirinya dapat nilai lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya, tidak akan mempermalukan dirinya sendiri.
"Makasih, Lin." Auris tersenyum ke arah Linda. Senang bisa mulai akrab dengan gadis itu. Meskipun, Ravin selalu memperingatkan bila tidak boleh terlalu dekat dengan siapapun di sekolah itu. Namun, ia yakin Linda akan menjadi teman baiknya di sana. Ia akan membuktikan perkataan Ravin salah.
"Sama-sama."
Levin memperhatikan percakapan Auris dengan Linda. Juga menaruh curiga, pada kebaikan yang diberikan Linda kepada Auris. Jinan tahu, bila Levin pasti akan benar-benar menjaga Auris selama di kelas tanpa ada Ravin. Levin juga mempunyai tugas yang sama.
"Lo juga curiga sama Linda kayak kak Ravin, ya?" Jinan sedikit berbisik kepada Levin. Agar, tidak ada yang mendengar perkataannya.
"Iya. Tau sendiri, anak-anak di sekolah ini kalo berbuat baik ada maunya. Kita bahkan, udah paham hal itu dari pertama kali masuk SMA Bina Pustaka ini." Levin membalas perkataan Jinan. Sekolah mereka memang terkenal elite. Namun, bukan berarti siswa maupun siswinya memiliki kelakuan yang baik. Apalagi, rasa empati. Di sana, rasa itu amat susah didapatkan.
🪐🪐🪐
Saat istirahat Levin serta Jinan mengajak Auris untuk ke kantin tanpa Linda, karena tak mau ada keributan seperti sebelumnya. Sejujurnya, Auris ingin mengajak Linda juga. Akan tetapi, merasa tak enak dengan Levin maupun Jinan.
"Gue ke kantin dulu, ya, Lin. Nggak apa-apa kan gue tinggal?" Auris terpaksa meninggalkan Linda. Padahal, ia sedang belajar bersama dengan Linda. Namun, sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh kedua cowok yang mengajaknya itu.
Auris mengikuti langkah Levin serta Jinan menuju kantin. Ia malas bertemu dengan Ravin. Terlebih, ia yakin cowok itu akan memasang wajah dinginnya terus menerus. Sikap Ravin membuatnya tidak nyaman. Berbeda dengan sikap hangat sosok Galen yang selalu baik kepadanya.
Sesampai di kantin. Seperti biasa, Levin dan Jinan langsung duduk bersama dengan Ravin, Jendra, Heksa, serta Galen. Galen tersenyum manis kepada Auris. Senyum yang tak pernah luntur dari sosok Galen Aditama Putra.
"Kok tuan putri ke sini, karena terpaksa, ya?" Heksa menebak dari raut wajah Auris yang tampak cemberut.
"Tau aja, kak. Soalnya, tadi gue lagi belajar sama Linda biar dapat nilai tinggi pas ujian." Auris mengatakan yang sedari menjadi beban pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...