[09] Selalu terbebani

81 71 10
                                    

🪐🪐🪐

Jangan mengharapkan sesuatu dari orang lain. Karena, kita harus berusaha sendiri terlebih dahulu untuk melakukan segala hal yang ada di dunia ini.

🪐🪐🪐

Ravin masih berada di basecamp bersama dengan Galen, Heksa, Jendra, Levin, serta Jinan. Ravin duduk bersantai sembari membaca buku. Ia jarang mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Terlebih, sekarang ia mempunyai tugas untuk menjaga sekaligus selalu bersama Auris. Itu cukup membuat waktunya tersita. Auris menjadi beban baru baginya. Meskipun, hal itu karena perintah Hendri.

"Udah sore, Vin. Lo nggak ada niat buat cepet-cepet pulang? Takutnya Auris butuh bantuan lo?" Galen membuka pembicaraan dengan Ravin, yang masih sibuk berbaring di sofa sembari fokus membaca.

Ravin menghela napas, ia ingin menikmati waktunya sendiri terlebih dahulu. Akan tetapi, Galen justru mengingatkan bila ia harus menjalankan tugasnya.

"Bentar lagi, Len. Lagian... Dia udah gede pasti cepet bisa adaptasi sama apa yang diajarkan oleh para pelayan. Kan, cuma disuruh belajar tata cara makan doang." Ravin harap, Auris tidak selalu bergantung padanya. Ia juga butuh waktu dengan kepentingannya sendiri. Tak harus serta merta meladeni Auris.

Setelah mendengar penuturan Ravin. Mereka semua kembali fokus dengan kesibukan masing-masing. Namun, sekarang fokus Ravin terpecah saat melihat ada pesan masuk dari pak Boby.

Pak Boby

Den, bisa pulang sekarang? Soalnya, kita butuh bantuan Den Ravin.

Ravin meletakan buku yang ia baca, lalu ia berjalan dari ruangan itu. Membuat kelima cowok lain hanya bisa menggelengkan kepala.

"Dia bikin masalah apa, sih?" Ravin menggerutu sembari keluar dari basecamp menuju mobil milik Levin.

Sesampai di halaman basecamp, ia terhenti karena lupa meminta kunci mobil milik adiknya itu. Kemudian, ia berbalik untuk menghampiri Levin.

"Dek... Kunci mobil lo mana? Sini... Gue pinjem, soalnya harus pulang." Ravin mengulurkan tangan kepada Levin, sembari meminta kunci mobil adiknya itu.

Levin mengambil kunci mobil dalam saku celananya. "Ada masalah ya sama tuan putri, kak?"

"Sepertinya iya, makanya gue harus pulang. Kalo nggak cepet diselesaiin, bakalan tambah rumit." Ravin mengambil kunci mobil Levin dengan cepat. Lalu, kembali melangkah pergi meninggalkan basecamp.

🪐🪐🪐

Sepuluh menit kemudian, Ravin sudah sampai di rumahnya. Cowok itu menghela napas, melihat Auris terlihat meletakan kepalanya di meja makan. Sudah dipastikan gadis itu, tak bisa melakukan apa yang diajarkan para pelayan di rumah Ravin.

"Kan saya udah bilang nggak bisa pake peralatan itu. Yang ada nanti makanannya terbang ke muka orang." Auris menggerutu kesal, masih dengan posisi kepala di meja makan.

Ravin perlahan mendekat ke arah Auris. Ia masih berusaha menahan emosi, karena masalah ini tak akan selesai dengan mengeluarkan emosi. Namun, butuh kesabaran ekstra bila menghadapi sosok polos Auris. Gadis itu memang sangat butuh waktu beradaptasi dengan kehidupan mewahnya sekarang. Terbiasa hidup sederhana membuat Auris tidak tahu aturan yang ada dalam keluarga orang kaya raya.

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang