[23] Terus berusaha

53 37 34
                                    

🪐🪐🪐

Kita tidak tahu ke depannya, hidup seperti apa. Jadi, jangan membuang waktu untuk hal yang tidak terlalu penting. Berusahalah melakukan hal yang lebih memiliki makna. Karena, roda kehidupan akan terus berputar tanpa kita ketahui seperti apa ujungnya.

🪐🪐🪐

Suasana rumah cukup sepi, keadaan kesehatan Auris sudah mulai membaik. Sepertinya, gadis itu cepat sembuh karena mendapatkan uang cukup banyak dari Heksa serta Levin. Meskipun, ia harus menjalankan misa yang diyakini tidak mudah. Akan tetapi, itu tidak jadi masalah bagi Auris. Karena, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin terjadi.

Auris memanfaatkan hari Minggu-nya untuk menikmati suasana sepi rumah Ravin. Meskipun, sebenarnya ia ingin pergi ke luar untuk menghibur diri. Namun, ia yakin belum diizinkan pergi terlalu jauh dari rumah Ravin. Sekarang, ia hanya duduk di teras rumah.

Jika, dibilang Auris merasa bosan. Jawabannya iya. Karena, kondisi tubuhnya sudah membaik. Hanya saja, memang masih butuh sedikit istirahat.

"Non... Ini minumnya." Wanita paruh baya yang merupakan pembantu rumah tangga di rumah Ravin meletakan satu gelas teh hangat kepada Auris.

Auris tersenyum, "Makasih, bik Sri. Lain kali, nggak usah repot-repot. Lagian, saya cuma duduk nyari udara segar. Bisa ambil minum sendiri."

"Nggak apa-apa, Non. Itu kan sudah menjadi kewajiban serta pekerjaan saya di rumah ini." Bik Sri tersenyum kepada Auris dengan ramah. 

"Bik... Boleh nanya, nggak?" Auris ingin menanyakan sesuatu pada bik Sri.

"Boleh, Non."

"Kak Ravin belum pulang, ya?" Pertanyaan Auris itu, membuat bik Sri tersenyum. Sepertinya, Auris sudah merindukan sosok Ravin. Anak dari majikan dari Sri.

"Den Ravin biasanya di rumah Bu Rindu dua hari, Non. Paling baru pulang besok. Non Auris sudah kangen sama den Ravin, ya?" Bik Sri memberi informasi, sembari sedikit menggoda Auris.

"Nggak, bik. Malah bagus kan kalo nggak ada kak Ravin. Saya nggak akan dengar omelan dia mulu. Terus... Dari tadi saya nggak liat Levin. Dia kemana, ya?" Auris sedikit mengalihkan pembicaraan.

"Den Levin kalo Minggu pagi biasanya main basket di lapangan kompleks sama den Galen, den Jendra, den Heksa, sekaligus den Jinan." Bik Sri memberitahu, mengenai kegiatan wajib Levin kepada Auris.

"Oh gitu... Makasih infonya, bik." Auris mengangguk paham.

🪐🪐🪐

Siang hari. Kali ini, Auris sudah duduk di ruang tamu bersama dengan Levin, Galen, Heksa, Jendra, serta Jinan. Kelima cowok itu, benar-benar terlihat amat sangat menjaga Auris selama kepergian Ravin. Tak hanya itu, memberikan perhatian secara ekstra kepada Auris.

"Buat beberapa hari ke depan, tuan putri nggak boleh minum minuman dingin sama es krim." Heksa sedikit protektif kepada Auris. Tak mau bila gadis itu kembali sakit. Karena, masih sangat rentan mengalami demam.

Auris cemberut mendengar perkataan dari Heksa. Padahal, sedari tadi ia ingin sekali memakan es krim. Namun, semua bayangan indah makan makanan dingin seketika sirna.

Galen tersenyum, melihat ekspresi sedih dari wajah Auris. Gadis itu bertambah menarik serta imut di mata Galen.

"Inget, Len. Tuh cewek calonnya kak Malvin. Lo jangan berharap lebih sama dia." Jendra berbisik, sembari mengingatkan Galen tentang fakta yang ada.

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang