❤️❤️❤️
Aku sangat bahagia. Karena, semua masalah sudah selesai. Dan, kamu selalu ada di sampingku. Jadi, mari kita tatap masa depan kita. Agar, bisa mendapatkan sebuah kebahagiaan hidup yang sempurna.
❤️❤️❤️
"Tuan Putri... Ayo masuk, biar nggak terlambat ke sekolah." Ravin membukakan pintu mobil, untuk Auris. Kekasihnya.
Auris tersenyum sebagai perlakuan manis dari cowok yang sekarang sudah menjadi kekasihnya. Ia merasa sangat bahagia, terlebih ia sangat diterima pada keluarga Ravin.
"Makasih, kak." Auris sembari memasuki mobil, masih tersenyum manis kepada Ravin. Kekasihnya.
"Iya, sama-sama sayang." Ravin sembari mengelus kepala Auris dengan lembut. Seketika perkataan Ravin, membuat wajah Auris merona. Tak menyangka sekarang bisa mendapatkan perlakuan istimewa dari cowok yang awalnya sangat dingin serta cuek kepadanya. Mungkin, ini yang dinamakan kekuatan cinta bisa mengubah segala hal.
"Dibilang gitu doang langsung salting. Astaga... Tuan putri gemes banget, sih." Levin sedikit menggoda Auris, membuat gadis itu cemberut. Tak hanya itu, Levin langsung mendapat tatapan tajam dari Ravin. Kakaknya. "Bercanda gue, kak. Lagian, tuan putri kan emang lucu. Makanya, lo bisa jatuh cinta sekaligus bucin banget sekarang."
"Dek, kenapa malah lo masuk ke mobil Heksa? Nggak jadi ikut gue?" Ravin melihat Levin, berjalan serta memasuki mobil Heksa. Sepupunya.
"Gue nggak mau jadi nyamuk. Jadi, mending ikut mobil kak Heksa yang sama-sama jomlo kayak gue." Levin tak ingin berada dalam situasi canggung bersama orang yang sedang jatuh cinta.
"Padahal, gue sama Auris nggak ngerasa keganggu sama lo, kok." Ravin mengucapkan hal yang membuat Levin tersenyum.
"Gue yang ngerasa nggak enak sama kalian, kak. Duluan, kak. Bye." Levin melambaikan tangan kepada Ravin. Karena, Heksa sudah menghidupkan mesin mobil.
Ravin hanya menggelengkan kepala, lalu memasuki mobilnya. Tak mau membuat kekasihnya menunggu lama.
"Levin kok nggak bareng kita, kak?" Auris mencoba membuka obrolan dengan Ravin, saat cowok itu sudah mengemudikan mobil.
Ravin tersenyum, lalu tangan kirinya berpindah menggenggam tangan Auris. Serta memainkan jari jemari gadis itu.
"Dia lagi pengin ikut Heksa. Katanya, nggak mau ganggu kita." Tangan Ravin, beralih mengelus kepala Auris dengan lembut. Membuat hati gadis itu menghangat.
"Oh gitu... Aku deg-degan hari ini kan pengumuman peringkat hasil ujian kemarin, kak." Auris tampak gelisah, takut bila nilainya tidak bagus. Meskipun, ia sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, ingat bila dia sama sekali belum pernah masuk lima besar membuatnya khawatir. Terlebih, ia sudah membuat perjanjian dengan Bella. Teman sekelasnya.
"Nggak usah takut, kan kamu udah ngerjain semampunya. Aku yakin, nilai kamu bakalan bagus. Kan, waktu itu udah belajar diajarin sama yang lain." Ravin berbicara cukup lembut, sembari menenangkan Auris yang terlihat sangat gelisah.
Auris cemberut, mengingat Ravin pernah mengatakan bila ia bukan masuk kriteria yang disukai. Karena, Ravin menyukai gadis kalem, lembut, serta pintar. Sedang, Auris tidak pintar dalam pelajaran apapun. Kalaupun, nilai dia lumayan bagus pasti butuh belajar sangat ekstra. "Nanti kakak nggak sayang lagi sama aku. Kan, aku bukan tipe kakak, yang pintar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...