🪐🪐🪐
Semua akan menjadi rumit. Terlebih bila melibatkan uang serta perasaan. Jadi, jangan pernah bermain-main dengan hati. Itu akan mempersulit serta rumit keadaan. Mungkin, akan sulit untuk diselesaikan.
🪐🪐🪐
Pagi hari. Ravin sudah sampai di rumah Rindu. Mama kandungnya. Ia merasa lega, bisa bertemu kembali dengan orang yang sangat disayangi. Terlebih, waktu berkunjungnya sempat tertunda karena harus menyambut kedatangan Auris beberapa waktu lalu. Sekarang, ia sudah berada di tempat yang rindukan.
"Ravin kangen mama." Ravin memeluk mamanya dengan erat serta penuh kasih sayang. Karena, sangat merindukan orang tua kandungnya itu.
"Mama juga kangen. Gimana kabar kamu? Baik sekaligus sehat-sehat, kan?" Rindu tersenyum kepada Ravin, sembari mengelus kepala anaknya dengan lembut penuh kasih sayang.
"Iya, mah. Ravin selalu sehat, tenang aja." Ravin tersenyum, sangat bahagia bisa merasakan pelukan hangat dari Rindu. Mamanya. "Kak Malvin sama Levin juga sehat, mah."
"Syukurlah kalo gitu... Jangan lupa pastiin orang terdekat kamu juga selalu sehat ya sayang." Rindu selalu memberi nasihat, bila Ravin harus memastikan semua orang baik-baik saja.
Perkataan yang keluar dari mulut Rindu, sontak membuat Ravin terdiam. Ia teringat sosok Auris yang masih terbaring lemah di ranjang. Meskipun, hanya demam tapi Ravin bisa melihat keadaan batin Auris tidak baik-baik saja.
"Ada masalah di rumah, ya? Kamu nutupin apa dari Mama?" Rindu seperti merasakan ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Ravin.
"Nggak ada kok, mah. Semua baik-baik saja."
"Oke. Pokoknya... Kalo ada masalah bilang ke mama. Mama juga bakalan bantu kalo dibutuhin." Rindu selalu akan menjadi orang yang menjadi garda terdepan untuk anak-anaknya.
Ravin tersenyum, sangat bahagia mempunyai mama yang sangat perhatian serta dipenuhi rasa kasih sayang. "Siap, mah."
"Kalo gitu, sekarang kita sarapan, ya. Mama tau pasti kamu nggak sempet sarapan di rumah papa, kan?" Rindu sangat paham, bila Ravin pagi buta langsung berangkat pergi ke rumahnya.
Senyuman Ravin selalu muncul bila berada bersama Rindu. "Mama tau aja, kalo Ravin udah laper."
"Ayo... Mama udah masakin makanan kesukaan kamu." Rindu berjalan beriringan dengan Ravin menuju ruang makan sederhana di rumah itu.
Ravin langsung duduk, lalu menikmati makanan yang sudah disediakan oleh Rindu. Mamanya.
Rindu tersenyum bahagia, melihat Ravin terlihat sangat lahap memakan hidangan yang ia masak. Sepertinya, anak keduanya itu sangat menikmati makanan favoritnya.
"Makan yang banyak, biar selalu sehat. Jangan kebanyakan makan makanan instan ya, sayang." Rindu menasihati Ravin, agar menjalani pola hidup sehat. "Kalo bibi masakin, dimakan. Jangan makan di luar."
"Siap, mah." Ravin masih dengan menikmati masakan mamanya.
"Anaknya om Lian sama tante Mita gimana? Jangan bilang, kamu jutekin terus?" Rindu tiba-tiba menanyakan sosok Auris kepada Ravin. Wanita paruh baya itu, sedari tadi tak mendengar apapun tentang anak dari sahabatnya itu dari mulut Ravin. Anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penjaga Hati [SELESAI]
Teen Fiction"Sebuah anak panah, tidak akan salah sasaran. Sama seperti cinta, takkan salah memilih. Meskipun, banyak jalan berliku. Namun, pada akhirnya akan kembali ke arah Sang pemilik hati." Ingatlah kata pepatah, cinta tidak bisa dipaksakan. Sama halnya, de...