[32] Official, Happy Ending

117 34 37
                                    

🪐🪐🪐

Rasa bahagia didapat, karena ada perjuangan dalam sebuah proses. Jika, kita bisa menyelesaikan proses dengan baik. Maka, akan mendapatkan hasil maksimal. Tak hanya itu, semua akan indah pada waktunya.

🪐🪐🪐

Seminggu kemudian, Auris sama sekali tidak ada interaksi bersama Ravin. Bahkan, ia sangat susah bertemu atau menemui sosok cowok yang disukainya itu. Ia bersyukur, masih bisa berkonsentrasi saat mengerjakan ulangan semester. Meskipun, ia tetap memikirkan hubungannya dengan Ravin yang belum mempunyai status.

Pulang sekolah, Auris langsung ditarik oleh Levin serta Jinan. Sepertinya, mereka akan membicarakan hal penting dengan Auris. Kedua cowok itu membawa Auris ke tempat tongkrongan mereka.

"Sori... Ris. Gue minta bantuan lo, jadi terpaksa harus nyuruh Levin sama Jinan ke sini." Galen mulai berbicara dengan Auris, yang sudah duduk di hadapannya.

Auris mengangguk, paham bila Galen memang serius ingin meminta bantuan kepadanya. Namun, ia sekarang justru terfokus melihat tempat yang cukup asing baginya.

"Ini tempat biasa kita berenam nongkrong, Ris. Cuma... Ravin emang udah lama banget nggak kesini, terakhir ke sini seminggu yang lalu." Galen mengatakan fakta yang ada. "Oh ya... Gue mau minta bantuan ke lo, buat beliin bunga kesukaan Aurel. Kira-kira dia suka bunga apa, ya? Pasti lo tau soal itu."

Auris tersenyum, tak menyangka bila Galen tidak mengetahui bunga kesukaan Aurel. Padahal, setahunya beberapa hari belakangan ini mereka sedang dekat. Ia mendengar itu langsung dari mulut Aurel. Sahabatnya. "Mawar, kak. Kayaknya, semua cewek suka itu. Kak Galen mau nembak Aurel, ya?"

Galen tersenyum, senang bila Auris paham dengan apa yang ingin dilakukannya. "Oke. Makasih infonya. Besok, tolong bunga itu sama Levin, ya, Ris."

Auris mengangguk, tak masalah bila harus pergi bersama Levin. Ia merasa akan lebih aman, daripada dengan Heksa. Pasti cowok itu akan selalu menggodanya tiada henti.

"Tuan putri belum ditembak sama pangeran Ravin, ya? Kasihan banget, sih. Padahal, udah ciuman sehot itu. Tapi, belum diresmiin." Heksa mulai menggoda serta meledek Auris. Membuat gadis itu cemberut, sekaligus kesal kepada Heksa.

Galen tersenyum, sadar bila Auris masih belum mempunyai status yang jelas bersama Ravin. Akan tetapi, ia bisa melihat baik Auris maupun Ravin saling mencintai satu sama lain.

"Sabar, ya, dek. Jangan dengerin Heksa, Ravin mungkin lagi sibuk. Jadi, mungkin nanti secepatnya bakalan nembak lo, kok." Galen mengelus kepala Auris, mencoba menenangkannya. Tak mau, bila gadis itu bersedih.

"Kak Ravin jahat banget, kak! Mana sekarang dia nggak bisa temui. Di sekolah juga, gue nggak bisa ngobrol sama dia. Sebenarnya, kak Ravin sibuk ngapain, sih!" Auris tampak kesal, terbukti bantal yang berada di sofa menjadi sasarannya.

"Astaga... Lo harus sabar nunggu Ravin, Ris. Kayak nggak tau aja, tuh cowok gimana. Coba lo telepon, tanyain hubungan kalian." Jendra memberi saran kepada Auris. Tak tega, melihat Auris gelisah.

"Dia nggak mau angkat telepon maupun balas chat gue, kak." Auris dengan raut wajah cemberut serta kesal, mengingat dalam waktu seminggu ini tidak ada komunikasi dengan Ravin. "Kak Ravin cuma main-main sama gue, ya, kak?"

Penjaga Hati [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang