Langit telah menghitam seluruhnya, tidak ada bulan ataupun bintang yang biasanya menemani langit hitam di atas sana.
Suasana di dermaga tidak seperti malam-malam sebelumnya di mana para nelayan sibuk membongkar muatan kapal mereka ataupun kapal-kapal besar yang tengah bersiap berlayar di samudera.
Malam ini tidak seberisik biasanya, tidak ada hiruk pikuk manusia. Suasananya tegang dan sangat serius.
Malam ini adalah malam di mana sebuah lukisan terkenal yang sangat mahal datang dari luar negara, kabarnya ini lukisan yang sangat mahal hingga pengirimannya dikawal puluhan prajurit gabungan polisi dan TNI.
Di depan sana, para petugas keamanan yang telah dilengkapi oleh senjata tampak berbaris rapih, mengerubungi sebuah kapal yang di dalamnya diduga berisi lukisan dan akan diletakkan ke mobil hitam di depan sana.
Di sekitarnya juga banyak petugas yang berjaga, meskipun lukisan ini tidak disiarkan di televisi atau diberitahukan kepada khalayak, tentu ada saja yang akan berniat jahat terhadap lukisan tersebut mengingat betapa berharganya benda tersebut.
Satu hal lagi yang ditakuti oleh polisi, yaitu Criminal. Bukan tidak mungkin geng itu tengah berada di sini, menatap mereka dari gelapnya malam dengan mata setajam elang, mengintai mencari kesempatan untuk mencuri lukisan tersebut.
Geng beranggotakan lima orang itu benar-benar telah terkenal di seluruh penjuru negeri, kasus mereka hampir setiap minggunya terdengar. Geng yang sangat meresahkan masyarakat itu bahkan sampai detik ini belum diketahui identitasnya oleh Polisi.
★★★
Seorang pria melangkah dengan hati-hati di tengah gelapnya malam, bahkan bulan dan bintang saja enggan menyinari malam ini. Di tangannya memangku sebuah senjata laras panjang yang juga merupakan hasil dari curian.
Pemuda itu diam di sana, di balik rimbunnya semak-semak dengan sangat tenang. Menunggu kode dari rekannya yang juga tengah menjalankan bagian mereka masing-masing.
Sembari menghembuskan asap rokoknya, ia mengintai para polisi yang tampak berjaga-jaga di sekitar area dermaga sambil memikirkan strategi yang pas untuk memulai permainan.
Dua orang teman pemuda itu, Opal dan Jeffrey, telah menyusup pada rombongan polisi yang tengah berjaga itu dengan sangat baik. Mereka juga telah menyandera dua orang petugas keamanan, sekarang tinggal melihat bagaimana Criminal malam ini bermain.
Setelah sebuah sinyal di berikan, pemuda itu, Jeffrey, membuang asal rokoknya kemudian memakai penutup wajahnya seperti biasa. Mengambil posisi untuk beraksi, sedikit was-was di dalam hati karena mereka belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Ini adalah kali pertamanya Criminal beraksi untuk hal yang besar seperti ini, biasanya mereka hanya merampok bank atau toko perhiasan.
Lain dengan Jeffrey yang akan bersiap menembak petugas di sana apalagi keadaan mendesak, Opal dan Chandra tampak saling tatap satu sama lain di barisan para petugas keamanan.
Keduanya kompak menelan ludah gugup, tapi mereka yang dilahirkan di jalanan dan untuk jalanan tidak akan pernah takut dengan bahaya. Mata tajam keduanya melihat seorang pria dengan jas hitam berjalan ke luar dari kapal dikawal beberapa petugas, di tangan pemuda itu ada sebuah tas yang dipercaya adalah hidangan utama mereka malam ini.
Di sisi lain, Brian tengah menghisap rokoknya duduk tenang di dalam mobil, sama seperti yang lain, dia juga tengah menunggu giliran untuk membawa kabur lukisan berharga itu. Karena sebenarnya otak utama dari rencana mereka ini adalah Adista.
Wanita itu sekarang tengah mengotak-atik beberapa kabel yang akan terhubung dengan pencahayaan di dermaga itu. Ya, Adista berniat membuat dermaga itu ikut menggelap bersama malam. Tentu tak hanya itu, wanita itu juga telah mengatur komputernya, mengacaukan sambungan komunikasi di dermaga ini sehingga para petugas itu tidak akan bisa menghubungi bala bantuan dari luar.
Berniat memutus kabel penerangan dermaga itu? Tentu tidak. Wanita itu sekarang tengah menghantam benda kotak dengan banyak kabel dan tombol itu dengan kakinya, tiga kali hantaman benda itu benar-benar hancur dan suasana dermaga benar-benar gelap gulita tanpa adanya penerangan. Adista menekan sesuatu yang mengganjal di telinganya lalu berbicara di sana.
"Sekarang!"
Seketika itu juga Opal dan Chandra yang berada di jejeran para petugas beraksi, dengan mata tajam mereka, mereka menghantam beberapa para petugas dengan hanya tangan kosong, mencoba berlari untuk sampai ke arah pria dengan jas hitam yang tengah memegang lukisan mahal itu.
Jeffrey dari balik semak pun ikut turun, membantu kedua rekannya menyingkirkan para petugas. Teriakan tentang adanya Criminal mulai terdengar, geng itu benar-benar muncul malam ini.
Dengan bengis, Chandra menembak beberapa petugas yang menghalanginya. Adalah hal mudah baginya menghindari tembakan hanya dengan mendengar suara, lawan hampir tidak pernah menembak geng itu tepat sasaran, tapi jangan remehkan ketepatan kelimanya dalam hal tembak-menembak.
Chandra tersenyum puas ketika ia sampai di depan pria dengan jas hitam itu, dengan sekali tendangan pria itu berhasil ditumbangkan oleh Chandra dan segera mengambil tas berisi lukisan itu.
"Dapat!" ucap Chandra di alat komunikasinya.
Brian yang merasa ini gilirannya segera menancap gas dengan laju ke arah ketiga rekannya, tak peduli banyaknya petugas yang ditabraknya.
Tapi di beberapa kisah pahlawan super dengan penjahat lainnya, penjahat tidak selalu menang di awal. Karena sekarang kelimanya tiba-tiba berhenti ketika sebuah cahaya dari atas menyinari kawasan dermaga dengan sangat jelas.
"Sial!" umpat Brian dengan cepat.
Helikopter di atas itu, mereka dijebak.
Merasa keadaan mereka tidak baik, ketiganya segera berlari ke mobil Brian yang tengah melaju itu. Pintu mobil itu terbuka lebar memang menanti ketiganya untuk masuk.
Pertama Opal, pemuda itu berhasil masuk, lalu Jeffrey. Ketika Jeffrey akan meraih tangan dari Chandra, satu tembakan mengenai bahu Chandra yang entah berasal dari mana yang mengakibatkan pemuda itu jatuh tersungkur.
"CHANDRA!" teriak Jeffrey.
Brian menatap ke luar dari pantulan kaca spion, mengusap wajahnya kasar sebelum tambah melanjukan mobilnya dari sana karena para petugas itu tengah mengejar mereka.
Opal yang berada di kursi bagian belakang membuka pintu mobil, ketika melewati depan dermaga di mana Adista berada, Opal menjulurkan tangannya dan menarik wanita itu untuk masuk ke dalam mobil.
"BRIAN, CHANDRA, BRI!" teriak Adista ketika wanita itu telah memasuki mobil.
Melihat Brian yang sama sekali tidak menanggapi ucapannya untuk menolong Chandra, Adista menatap pada Opal dan Jeffrey.
"PAL, JEFF, CHANDRA ADA DI SANA, KITA GAK MUNGKIN NINGGALIN DIA!" teriak Adista.
Tapi dua orang itu hanya diam, pikiran semua orang di dalam mobil itu sama-sama kalutnya, tidak bisa berpikir jernih atas apa yang terjadi pada mereka.
Opal dan Jeffrey sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya melakukan apa yang pemimpin mereka katakan. Dan jika Brian tidak memerintahkan apapun, mereka akan tetap diam.
"SIAL! KITA HARUS NOLONGIN CHANDRA, BANGSAT!" teriak Adista lagi.
Respon tiga orang di dalam sana tetaplah sama, tidak ada yang berbicara hingga Brian berdecak kesal. Polisi sialan itu masih mengejar mereka, ia meraih senjata di dashboard mobilnya.
"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...