Opal tertegun mendengar deretan kalimat yang keluar dari bibir Laura. Opal tidak mengerti.
Melihat suasana yang canggung membuat Laura terkekeh. "Maaf membuat kamu bingung, aku akan melanjutkan membuat kuenya."
Opal hanya diam, tetap pada ekspresinya. Sedangkan Laura kembali melanjutkan acara mengaduk adonan.
"Laura, apa kamu tahu kalau ..."
Laura kembali menghentikan kegiatannya dan menunggu lanjutan kalimat dari Opal, tapi pria itu tetap diam.
"Lupakan," ujar Opal pada akhirnya.
Melihat itu Laura tersenyum, ia mencuci tangannya yang bergelimang tepung, melepas apron lalu mengambil duduk di samping Opal.
"Ada sesuatu yang ingin ditanyakan?" tanya Laura menatap Opal lekat.
"Aku ragu menanyakan ini, tapi ... apakah kamu tahu kalau ..."
"Kalau?"
Opal menatap manik wanita itu, tatapannya benar-benar membingungkan. Dia tidak terlihat seperti gadis manja yang berlindung di balik kedua orang tua, ataupun terlihat seperti anak orang kaya yang bersikap layaknya pelacur murahan karena mengejar tokoh utama seperti yang ada di novel milik Adista.
Tapi dia terlihat sangat mandiri dan juga dewasa.
Tapi ada hal lain yang tidak bisa Opal pecahkan di pandangan itu juga.
Opal tertawa canggung lalu menggeleng. "Tidak, lupakan saja."
Entahlah, tapi setelah mengucapkan itu, Opal merasa raut wanita itu menyendu. Tapi Laura masih berusaha untuk tersenyum.
Ia mengangguk. "Aku paham, ini tentang Papa yang bermain dengan wanita lain di belakang kami selama ini, kan?"
Opal tertegun, wanita itu tahu. Tapi kenapa? Dan bagaimana?
"K-kamu okay?" Opal memberanikan diri untuk mengelus jemari lembut Laura.
Laura mengangguk. "Aku gak papa. Kamu tahu itu berarti kamu memang bukan anak konglomerat biasa, ada sesuatu yang ingin kamu targetkan kan?"
Hampir saja Opal merubah ekspresinya menjadi terkejut sebelum membuatnya menjadi biasa saja.
Laura tersenyum. "Tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul kembali ke publik. Apapun itu, aku harap kamu mendapatkan apa yang kamu tuju."
"Laura—"
"Aku percaya pada kamu, dan aku percaya bukan aku targetnya." Wanita itu tersenyum.
Lama Opal terdiam, ia menghela napas pelan. Kenapa ia menjadi melankolis seperti ini?
Hah, sialan!
"Laura, boleh aku bertanya sesuatu?"
"Selama aku bisa menjawabnya, aku pasti akan memberikan jawaban," ujar wanita itu.
"Hanya kamu yang mengetahui tentang perselingkuhan John Frendi?" tanya Opal hati-hati.
Wanita itu terkekeh miris, lalu mengangguk. "Aku harus bisa menyembunyikannya, aku tidak ingin Mama kecewa."
Opal terdiam, wanita ini berbicara seakan ia tahu berbagai hal. Apa ia juga tahu mengenai Chandra? Anak hasil hubungan gelap ayahnya dengan seorang pegawai hotel?
Ah, apakah itu pantas disebut sebuah hubungan gelap?
Opal menatap wanita itu dengan pandangan yang sulit diartikan lalu memberikan senyum yang terkesan canggung.
"Boleh aku bertanya sekali lagi?"
Wanita itu memberikan anggukan.
"Apa alasan kamu menyukaiku? Bukankah kita tidak saling kenal awalnya? Kenapa begitu mudahnya kamu menerima ajakanku untuk melakukan pendekatan?" tanya Opal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Fiksi Remaja"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...