CRIMINAL- 22 (ADISTA)

47 4 0
                                    

Arvano tengah memeriksa berkas-berkas yang berhubungan dengan kasus tabrak lari kedua orang tua Adista ketika pintu ruangannya dibuka dengan tidak sopan oleh seseorang.

Ayahnya.

Arvano berdiri, menatap ayahnya sedikit bingung. Tapi Arvano tahu bahwa mantan Kepala Polisi itu pasti ingin tahu bagaimana perkembangan kasus yang tengah ditangani oleh Arvano sekarang.

Arvano yakin ayahnya tahu hal ini dari media, itu sebabnya Tuan Prasetya datang ke kediaman Adista kemarin, ayah dan anak itu memang sempat bersiteru, tapi akhirnya Tuan Prasetya memilih pergi setelah beberapa tetangga Adista mendekati mereka dengan tatapan tak bersahabat.

Tetangga-tetangga Adista adalah para pemabuk dan pejudi, mengenal betul siapa Prasetya Althaf yang merupakan pensiunan Kepala Polisi. Pria itu terkenal sangat tidak adil selama jabatannya.

"Kenapa Papa ke sini?" tanya Arvano meskipun ia sendiri telah tahu jawabannya.

Tuan Prasetya menatap tajam putranya itu. "Jujur saja, kamu bukan hanya mengangkat kasus itu kembali bukan? Tapi juga oknum yang menerima suap dari Robert Dearen?"

Arvano mengernyit. "Bagaimana Papa—"

"Bukankah kamu yang mengambil amplop coklat di laci rak ruangan Papa?" Tuan Prasetya mengangkat sebelah alisnya.

Tuan Prasetya terkekeh. "Kamu sudah tahu semuanya, tidak usah membuat drama pada publik."

Arvano menghela napas lalu mengangguk. "Memang aku yang mengambil amplop itu, dan sekarang aku sedang mengumpulkan bukti tambahan untuk memenjarakan Robert Dearen juga orang-orang yang terlibat dalam penutupan kasus itu."

"Kamu ingin memenjarakan Papa kamu sendiri?" Tuan Prasetya menatap putranya tak percaya.

Arvano mengangguk. "Papa lupa? Papa sendiri yang mengajarkan aku untuk menegakkan keadilan. Aku akan melakukan apapun untuk kasus ini meskipun itu berarti aku harus menjadi anak durhaka."

★★★

"Kirimkan surat panggilan kepada Robert Dearen." Arvano menyerahkan dokumen-dokumen yang tadi ia baca kepada sang ajudan.

"Bagaimana dengan para polisi yang terlibat dalam kasus ini, Pak?"

"Kamu sudah mendapatkan daftar siapa saja yang terlibat dalam kasus ini?" tanya Arvano yang diangguki oleh ajudannya.

"Ada lima orang polisi yang terlibat dalam kasus ini. Tiga di antaranya telah pensiun, salah satunya ..." Ajudan Arvano tampak ragu melanjutkan ucapannya.

"Salah satunya mantan kepala polisi Prasetya Althaf?" Arvano menatap ajudannya yang tampak terkejut dengan ucapan sang Kepala Polisi.

"Bapak tahu?"

"Kenapa saya tidak harus tahu? Saya putra dari Prasetya Althaf," ujar Arvano pongah.

"T-tapi jika Bapak tetap melanjutkan kasus ini, itu tentu akan mencoreng nama besar Keluarga Althaf." Ajudan Arvano menatapnya takut-takut.

"Kenapa harus mencoreng nama besar Althaf? Hanya Papa yang melakukan kecurangan, saya bahkan menegakkan keadilan atas kecurangan yang dilakukan oleh Papa di masa lalu," ujar Arvano.

Ajudan Arvano tidak berbicara lagi.

"Dan ya, panggil putri dari korban juga, kita membutuhkan kesaksiannya kembali," ujar Arvano lagi.

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang