Adista menatap hamparan laut luas di depannya dengan sendu, ia menghela napas lelah. Benar-benar di luar dugaan, takdir memang sebercanda ini.
Padahal niat awal Adista adalah untuk melepaskan diri dari kejaran polisi yang memburu gengnya. Tapi dia malah berurusan dengan seorang Kepala Polisi yang juga merupakan mantan kekasihnya.
Berniat menghindari Arvano, tapi pria itu datang dengan bukti tentang kasus kematian kedua orang tuanya yang ditutup secara sepihak oleh pihak kepolisian. Bertahun-tahun dirinya mendapat ketidak adilan, bertahun-tahun juga ia berusaha mengikhlaskan hal tersebut, tapi semuanya percuma karena bukti telah ada di depan matanya.
Sangat lucu, ketika orang yang bertahun-tahun hidup bersamamu, berbagi suka dan duka bersama, dan sekarang justru keluarganya terlibat dalam kematian orang tua Adista.
Adista tidak bisa berbohong, duka itu masih ada, secara tiba-tiba pagi itu hidup mereka bertiga direnggut paksa, oknum yang tidak bertanggung jawab membiarkan Adista hidup sengsara sedangkan dia hidup dengan tenang tanpa merasa bersalah.
Adista bangkit ketika bertemu dengan Arvano, dia pria yang baik, sangat baik. Oke, Adista akui bahwa mungkin ia salah paham dengan kejadian yang membuatnya berakhir melakukan percobaan bunuh diri itu. Tapi Adista tidak bisa mengelak, bagaimanapun, jika bukan karena kesalah pahaman itu, mungkin ia tidak akan pernah bertemu dengan Brian, dan Adista juga tidak akan pernah menjadi anggota Criminal.
Tapi, sekarang setelah fakta terkuak, apa yang harus ia lakukan? Bohong jika setelah membaca semua itu Adista tidak dendam terhadap Opal. Tentu, ketika kedua orang tuanya meregang nyawa, Opal masih hidup bahagia bersama dengan keluarganya. Menikmati kesenangan di balik penderitaan dirinya yang berjuang melawan kerasnya hidup.
Secara tidak langsung, Opal seorang pembunuh! Dia dihidupi oleh pembunuh, dia makan dari uang pembunuh.
Air matanya kembali mengalir, ia masih merasakan sesak belasan tahun yang lalu ketika kehidupannya direnggut paksa. Orang tuanya meninggal, dia sendiri tidak punya siapa-siapa. Adista sangat beruntung bisa bertemu dengan Arvano, dia mencintai Adista tanpa syarat sedikitpun. Bahkan sampai detik ini pria itu masih memperjuangkannya.
Tangannya digenggam oleh seseorang membuatnya menoleh ke samping. Arvano tersenyum tulus kepadanya.
"Jangan ditahan, lepaskan jika itu membuat kamu sakit," ujarnya.
Dengan begitu, Adista sontak memeluk erat Arvano yang dibalas oleh pria itu.
"Aku tahu kamu kuat, By. Kamu wanita paling kuat yang pernah aku temui, dan wanita ini hanya punya aku. Aku di sini, aku di samping kamu, selalu di samping kamu," bisiknya.
Mendengar itu Adista terisak, ia memukul punggung Arvano.
"Kenapa?!"
Arvano tersenyum tulus. "Karena aku mencintai kamu, selalu mencintaimu."
Arvano mengecup telinga Adista dan berbisik di sana. "Kembali sayang, aku mencintaimu."
★★★
Arvano berjalan tegas memasuki ruangan kerjanya. Duduk di kursi kebesarannya sembari melihat beberapa berkas yang menumpuk di atas meja.
"Pak, pengacara Nona Yena—"
"Alihkan semua kasus yang sedang saya tangani pada Nona Krissaya, saya mempunyai hal yang ingin disampaikan." Arvano menatap ajudannya.
"Apa Bapak yakin? Nona Krissaya—"
"Apa saya meminta kamu untuk membantah?" Tajam Arvano.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Подростковая литература"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...