CRIMINAL- 32 (CHANDRA)

42 5 0
                                    

"Sekarang ngaku, siapa anggota kamu!"

Pria itu menghela napas jengah, sesekali meringis ketika merasakan lukanya yang terasa nyeri. Polisi sialan itu tidak benar-benar mengobati luka tembaknya, serius, ini sangat sakit kalau kalian tahu.

"Gue udah bilang, mau mulut kalian sampai berbusa pun, gue gak akan ngaku! Gue setia pada janji geng gue, gak sama kayak kalian yang disodorkan uang sedikit aja langsung menjilat kayak anjing."

Dan Chandra masih kekeuh untuk menutup mulutnya karena memang mereka telah berjanji sedari awal, jika salah satu tertangkap, tidak akan ada yang keluar dari mulut mereka kecuali penolakan.

"Kamu mau saya pukul hah?!"

"Mau kuku gue kalian cabut lagi juga gak masalah."

Bahkan teriakan dari polisi itu sama sekali tidak dihiraukan Chandra, ia hanya menatap malas dan kembali meringis ketika luka-lukanya berdenyut nyeri.

Ya, luka-lukanya. Bukan hanya bahunya yang terkena tembakan, tetapi dua kuku tangannya juga turut dicabut dengan tidak berkemanusiaan oleh petugas itu. Sakit, memang sakit.

Chandra telah sering kecelakaan dalam balapan, bahkan sampai tubuhnya patah-patah. Tapi entah kenapa terkena timah panas, rasanya jauh lebih sakit dari banyaknya kecelakaan yang ia rasakan. Mungkin ya, Chandra terlahir untuk jalanan, bukan untuk terbiasa menerima tembakan.

"Hei nak, dengarkan saya. Kalau kamu terus bungkam seperti ini, kamu tahu kan konsekuensi yang akan kamu terima nantinya?" Seorang polisi senior menatap serius pada Chandra.

Chandra berdecih mendengarnya, lalu mengangguk. "Tau, hukuman mati 'kan? Pemimpin gue udah sering ceritain tentang hal ini. Hukum sebab-akibat dan karma berlaku di dunia gelap ini."

"Kalau kamu sudah tahu, kenapa kamu tetap melakukan hal seperti itu? Apa kamu tidak punya perasaan sampai harus melakukan tindakan tercela seperti yang biasa geng kamu lakukan itu?

Saya telah lama di tempat ini, menginterogasi setiap orang-orang bersalah. Kadang mereka mengaku akan kesalahannya, kadang juga kekeuh dengan opini mereka. Dan baru pertama kali dalam seluruh kasus yang saya tangani, ada orang seperti kamu, bahkan diancam dengan hukuman mati pun kamu tetap tutup mulut.

Itu membuat saya semakin penasaran dengan seluruh anggota kamu. Bagaimana kalian di masa lalu hingga terbentuk kelompok kriminal ini."

Chandra melengah ketika kalimat panjang polisi itu selesai. Lalu ia mendengus. "Kalian yang hanya menyaksikan tidak akan paham."

"Hei nak, kalau ini memang karena trauma—"

"Apa pernah ada yang bilang kalau Criminal gak pernah suka ada yang ngungkit tentang masa lalu mereka?" Chandra memotong ucapan polisi itu dengan tajam.

"Lagian apa yang bisa kalian mengerti? Bahkan ketika rakyat bersuara saja, kalian menutup telinga kalian rapat-rapat dan rela menjadi tameng melindungi gedung besar sialan itu?" Chandra terkekeh.

"Orang seperti kalian mengerti apa? Naik jabatan? Atau menembak orang gak bersalah? Huh, hanya itu kan yang bisa kalian lakukan?" Chandra mengangkat alisnya.

Tampak polisi itu menghela napas kasarnya. "Saya gak pernah tahu sedalam apa kebencian dalam diri kamu untuk negara ini, tapi gak semua pemerintah itu jahat. Jika kamu membalaskan dendam kamu kepada pemerintah dengan cara seperti ini, bukan pemerintah yang sengsara, rakyat yang menderita.

Kamu menjarah, merampok, menculik, bahkan membunuh. Jika kamu menyebut diri kamu manusia, kamu gak akan melakukan ini. Apa bedanya kamu dengan pemerintah? Bahkan kamu lebih biadab dari pemerintah."

Mendengar itu Chandra terkekeh, ia menjentikkan jarinya. "Itu dia. Memang benar, kalian tidak akan pernah bisa mengerti."

Polisi itu menghela napas, pemuda ini adalah tipe orang yang sangat keras kepala. Mungkin itu terkait masa lalu yang membuatnya tidak ingin mendengarkan perkataan orang lain.

"Pak, antarkan dia ke sel-nya. Kita akan melanjutkan introgasi ini setelah Nona Krissaya menemukan petunjuk lain tentang anggota Criminal."

Polisi yang sedari tadi berdiri di pintu itu mengangguk patuh, membawa Chandra dengan baju orange-nya itu, tak lupa kedua tangannya yang di borgol. Chandra hanya mengikuti polisi itu tanpa banyak bicara, ia tidak bisa menjadi buas di kandang orang lain.

★★★

Chandra menatap datar polisi yang perlahan menjauh itu, setelah melepaskan borgol dan mengunci sel-nya, polisi itu pergi. Ia mendengus kecil, menatap malas pria yang berbaring tak jauh dari sana. Tampaknya tertidur.

Chandra menatap sekitar, ini pertama kalinya Chandra dipenjara, ternyata tak seburuk yang diceritakan orang-orang. Ah, seharusnya Chandra tidak menilai terlebih dahulu, baru beberapa menit ia berada di jeruji besi ini.

"Anak baru?"

Chandra mengangkat sebelah alisnya, menatap pria yang tengah berbaring di sana. Ternyata ia tidak tidur.

Pria itu duduk lalu menghadap Chandra. "Bible, udah dua tahun di sini."

Chandra mengangguk, tampaknya teman satu ruangannya ini mencoba memperkenalkan diri.

"Gue Chandra."

Chandra mengernyit, dari tampangnya, dia tidak terlihat seperti seorang kriminal, wajahnya putih bersih dan terawat. Seperti anak orang kaya, mengingatkannya pada Opal ketika pertama kali mereka bertemu.

Seakan tahu apa yang dipikirkan Chandra, pria bernama Bible itu terkekeh.

"Gue tau gue terlalu tampan untuk berada di sini. Yah, tapi inilah takdir, di sinilah gue sekarang. Dua tahun lebih," ujar pria itu.

Chandra mengernyit. "Kok—"

"Gue tau apa yang Lo pikirin?" Chandra hanya mengangguk.

Bible kembali terkekeh. "Banyak yang bilang gitu, dua tahun gue di sini, silih berganti 'roomate' yang dateng, mereka selalu bilang kalau wajah gue terlalu tampan untuk dipenjara."

Dan setelah mendengar ucapan Bible tersebut, Chandra tambah mengernyitkan dahinya. "Sebelumnya ada orang di sini?"

Bible hanya mengangguk seadanya.

"Lalu kemana mereka? Bebas?"

Lagi-lagi Bible mengangguk.

"Secepat itu?"

"Mereka bebas. Jiwa mereka yang bebas, jasad mereka udah dikubur sekarang. Mungkin udah dimakan cacing."

"Hah?!"

Sekarang Bible yang berwajah kebingungan. "Lo beneran gak tau?"

Melihat Chandra yang tidak berbicara sudah menjawab semuanya. Bible menghela napas berat. "Sekarang Lo ada di sel khusus terpidana mati, Lo beneran gak tau? Sebenarnya kasus apa yang Lo perbuat?"

Chandra terdiam setelah mendengar itu, tiba-tiba ia terkekeh. Ternyata polisi itu tidak main-main dengan ancaman hukuman mati itu.

Baiklah, sekarang lihat berapa lama waktu yang gengnya butuhkan untuk menyelamatkannya atau Chandra harus melakukan kegiatan amal selama berada di sini untuk bekalnya mati nanti.

Chandra kembali menatap Bible. "Lo tau Criminal?"

Mata pria itu melotot seketika ketika mendengar pertanyaan dari Chandra.

"Jangan bilang ..."

Chandra mengangguk. "Gue salah satu dari mereka."

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang