Keempatnya berhasil lepas dari kejaran polisi setelah mengelabui mereka dengan berputar-putar di jalur yang hanya geng itu tahu. Entah polisi itu tengah tersesat sekarang atau apapun itu, yang pasti mereka bisa berhasil sampai di bengkel—oh lebih tepatnya markas mereka sekarang.
Bunyi tamparan yang sangat keras menggema di dalam ruangan rahasia Criminal.
"LO GAK BISA NINGGALIN CHANDRA GITU AJA SIALAN!"
Pelakunya adalah Adista yang baru saja membuat pipi putih milik Brian memerah karena tamparan yang tak main-main.
Adista berbalik menghadap Opal dan Jeffrey.
"Pal, kita harus menyelamatkan Chandra sekarang. Ayo!"
"Jeff, Chandra butuh kita!"
Keduanya hanya diam, tidak berani bersuara. Siapa yang akan bertindak kalau Brian belum memerintah?
Brian berdecak kesal lalu membalikkan tubuh Adista. "LO GAK LIAT KALO KITA DIJEBAK HUH?!"
"Itu bukan pengiriman lukisan, tapi jebakan untuk kita! INI SEMUA MEMANG DIRANCANG UNTUK KITA!" teriak Brian. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa pria yang ia temui di arena balap itu berbohong kepadanya.
Tapi kenapa?
"TAPI LO GAK BISA BIARIN CHANDRA DITANGKAP GITU AJA, BANGSAT!" Adista berteriak tak kalah kencang.
Mendengar itu Brian terkekeh, ia mendorong dahi wanita itu dengan telunjuknya. "Dan dengan itu, bukan hanya Chandra, tapi gue, Opal dan Jeffrey juga akan ditangkap."
Meskipun telah dijelaskan oleh Brian, Adista tetap mengamuk, ia menjerit kesal lalu menatap Brian dengan tajam. "Gue akan bobol sistem keamanan polisi itu." Lalu berjalan ke arah meja tempat di mana ia bermain dengan komputer.
Brian yang melihat itu hanya menghela napas, wanita keras kepala itu selalu melakukan apa yang ia inginkan. Ingin sekali mematahkan leher kecilnya itu, tapi ia teringat akan kemampuan luar biasanya yang sangat bisa diandalkan membuat Brian mengurungkan niatnya.
Brian mengacak-acak rambutnya frustasi lalu berjalan ke arah layar besar yang memperlihatkan hal yang tengah dikerjakan oleh Adista, kantor pusat, kemungkinan besar Chandra akan di bawa ke sana.
Brian tidak bisa memikirkan apapun untuk saat ini, mereka yang biasanya selalu pulang dengan membawa kemenangan sekarang pulang dengan wajah tertunduk tidak bisa berbuat apa-apa. Salah satu anggotanya tengah berada di tangan polisi, kelompok orang yang paling geng itu benci sampai kapanpun.
"Brian, gue tahu kalau Lo lagi buntu. Tapi kita gak bisa berdiam di sini, anjing negara itu akan melacak keberadaan kita, bagaimanapun Chandra ada di tangan mereka sekarang. Kita harus melakukan sesuatu," ujar Opal mendekati Brian.
Brian menatap Opal dengan pandangan yang bahkan tidak terbaca, lalu menatap Adista yang tengah sibuk mengotak-atik komputernya di ujung sana. Pria itu menghela napas lelah.
"Dis, Jeff, ke sini!" perintahnya yang membuat Jeffrey mendekat, sedangkan Adista mau tak mau ia harus mendatangi pemimpin gengnya itu meskipun dengan setengah hati.
"Polisi sekarang tengah memburu kita, lama atau cepat kalau kita gak melakukan apapun semuanya akan terungkap dan Criminal hanya akan tinggal nama. Gue mau kita sendiri-sendiri dulu."
"Maksud Lo?" tanya Jeffrey.
"Tidak semua di antara kita terlahir di jalanan, kalian mempunyai sebuah kehidupan yang kalian tinggalkan sebelum kalian memutuskan untuk tetap di jalanan. Untuk sementara waktu, kembali lah ke kehidupan kalian sebelumnya itu. Jangan datang ke sini atau melakukan apapun yang melibatkan nama Criminal. Hanya sampai kondisi aman hingga kita siap menyelamatkan Chandra," ujar Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
Teen Fiction"Pal, Jeff, Dis, ambil senjata kalian." Di jalanan hanya ada istilah, yang kuat yang akan bertahan. CRIMINAL; Persahabatan Seharga Nyawa Cerita dewasa bukan tentang 1821, jika kalian mencari itu, kalian salah lapak. Ditulis 4 Des 2022 Dipublikasika...